Mohon tunggu...
Haz Algebra
Haz Algebra Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang hamba dari semua insan besar, juga hamba dari para pecundang. Menulis untuk meninggalkan JEJAK! [http://hazbook.blogspot.com/]

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Negeri Sex Edukasiana (2) Rekreasi Ke Negeri Feminisia

21 Juli 2010   09:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:42 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya di Negeri Sex Edukasiana (Axiologi Sperma). “Aaaaaaaahhhhhhhh….. Pannnnaaaaaaassss!!!” “Tolooonnngg…!” “Tolooonnngg…!” "Apa yang terjadi di sini?" "Hujan asam membunuh sperma!" "Panas menyesakkan dadanya! Hatinya terluka!" "Hahaha.. Dasar bodoh ! Mereka terlalu semangat hingga melampaui kecepatan Zat Alkali dan Prostaglandin." "Maksudmu apa Sun Tzu?" "Zat alkali itu fungsinya melindungi kita dari lingkungan yang berubah. Makanya kita jangan keluar dari Zat ini. PH-meterku menunjukkan angka 3,5. Ini sangat mematikan. Tapi, sudahlah. Jangan menangisi mereka. Wajar saja kalau mereka mati. Itulah guna prajurit terdepan." Sperma Sun Tzu tersenyum licik. "Apa? Mati? Tamat riwayat biografinya?" "Siapa yang mati?" "Beberapa sperma muda dan seekor sperma tua. Tunggu, sepertinya aku kenal si tua itu. Ya, itu sperma Anaximander." "Anaximander yang pendiam itu? Ck ck ck." "Ternyata yang gugur adalah Anaximander dan beberapa muridnya. Memang sudah menjadi khasnya yang pendiam dan selalu menyendiri. Dia sperma pertama dalam perkumpulan kami yang menempatkan prinsip yang kita cari bukan pada benda yang bersifat material. Betapapun, dia belum meningkat pada wilayah "ide". Karena itu dia ingin melampaui yang bersifat materi, namun tetap tertawan bahkan mati oleh sesuatu yang material." Jelas seekor sperma kecil yang memiliki raut wajah lebih lembut dari Aristoteles. "Plato? Eh, maksud saya Guru. Untunglah kau masih hidup." "Hahahaha. Dasar romantis." "Kita berdosa kepada Sperma yang gugur. Kau masih sempat tertawa Rene?" "Ah, kau ini lelaki dari pembelaan sel sih. Jangan merasa seperti manusia deh! Dasar!" "Apa katamu? Meskipun aku dari pembelahan sel, tapi aku memiliki setengah dari potensi jiwa manusia tau!" "Huh, dasar banci tulen. Sudahlah potong saja ekormu. Menikahlah di antara tabung gas, mikroskop dan perangkat bioteknologi." "Rene, Tinus. Sudah cukup ! Bisakah kalian tidak bertengkar terus?" Lebih baik kita kuburkan mayat rekan-rekan kita ini." Pinta seeokor sperma yang secara genetik mirip Onta Arab. "Baiklah Al Farabi. Aku menghargaimu sebagai sesama calon religius yang tercerahkan." Jawab Augustinus sambil melepaskan ekornya dari ekor Rene yang saling mengait. "Tapi di mana kita akan kuburkan mereka?" Tanya seekor sperma yang sudah siap mengangkat mayat rekannya. "Tunggu, jangan ada yang bergerak jauh-jauh. Kita tunggu sampai pH-meterku menunjukkan angka 6-6,5. Zat Alkali dan Cairan prostat sedang menetralkan keasaman lingkungan ini." Sun Tzu menyarankan. Kali ini mereka menurut mengingat yang di katakan Sun Tzu ada benarnya juga. :D

***

"Aku tau dimana kita harus menguburkan rekan kita." Tiba-tiba seekor sperma muncul dari belakang barisan sambil membawa gulungan kertas mini di ekornya. Entah dari mana asalnya, tapi itu kelihatan seperti sebuah peta. "Nah, lihat ini!" Dia lalu membuka gulungan kertas itu dan memperlihatkan kepada para rekannya. "Apa itu, Colombus?" "Ini peta." "Iya aku tau ini peta. Maksudku ini peta apa?" "Oh, ini peta tempat kita berada sekarang." "Memangnya sekarang kita berada dimana?" "Negeri Feminisia. Negeri paling seksi dari negeri 1001 malam. Dan sekarang kita tepat berada di mulut negeri ini yang bernama Vagina. Manusia kadang menjulukinya sebagai Surga Dunia." "Apa surga? Apakah itu berarti kita semua sudah menyebrang ke dunia jiwa?" "Surga Dunia, Augustinus! Dasar!" "Iya Rene. Tapi tak seperti surga yang ku pelajari waktu kecil. Ini malah seperti neraka saja. Buktinya teman kita Anaximander mati di sini. Apanya yang surga?" "Heh, kalian. Mau bertengkar lagi atau mau mendengarkan Colombus menjelaskan peta ini?" "Hehehe. Oke oke. Lanjutkan Mbus." "Baiklah. Kita sekarang berada di sini." Colombus menunjuk lokasi Vagina. "Dan coba kalian lihat daerah di depan pintu masuk Segitiga Harapan ini, sepertinya itu daerah yang dalam. Bagaimana kalau kita kuburkan rekan kita Anaximander di situ saja?" Tawar Colombus sambil menunjuk daerah di antara Vagina dan Servix. Mungkin yang di maksud Colombus adalah Fornix Posterior, dan Segitiga Harapan itu adalah ruang di dalam Uterus yang sepintas memang terlihat seperti segitiga. "Ya. Setuju."

***

Para sperma semua setuju. Lalu mereka mengantar rekan-rekannya yang mati ke tempat peristirahatan terakhirnya. Mereka menyanyikan lagu duka yang di pimpin Augustinus dan Al Farabi. Dengan penuh hikmat mereka berdoa. Dan ikhlas merelakan kepergian teman mereka. Sementara tampak seekor sperma kekar menangis di depan pintu uterus sambil memanggil-manggil kawannya yang hilang.

***

"Aku sejak tadi penasaran padamu Colombus dan ada yang ingin ku tanyakan padamu. Darimana kau dapatkan peta itu?" tanya Sun Tzu yang sejak tadi memperhatikan tingkah Colombus. Kebetulan dia tidak mengikuti ritual pemakaman rekannya. Dalam konsep di kepalanya dia hanya tau mayat itu di bakar. "Sebenarnya aku juga memiliki lembaran berisi UUD Negeri Feminisia." Colombus membuat si Cina itu semakin penasaran. "Apa kau juga tau apa tujuan kita berada di sini?" Sun Tzu bertanya dengan suara agak keras sehingga para sperma yang sementara berdoa berbalik ke arah mereka berdua. "Ya. tentu." Jawab Colombus. Mendengar itu para sperma yang sedang berdoa langsung meninggalkan pemakaman dan mendekat kearah mereka. Dan sperma kekar tadi mendekati Colombus dan berbicara dengan nada mengancam. "Kau mengetahui segala situasi di negeri ini?" "Iya Permenides." "Jadi, sejak awal kau sudah tahu ini akan terjadi? Kau membiarkan kawanku mati lebih dulu. Makanya kau berada paling belakang ketika memasuki negeri ini, hah?" "Tu tunggu, jangan salah paham dulu kawan. Aku berada paling belakang karena aku mengikuti saran dari Sun Tzu. Dan sebenarnya aku baru tahu ini semua sejak aku masuk ke negeri ini. Terus terang peta itu aku dapatkan di pintu masuk sebelah sana." Colombus menjawab dengan sedikit takut sambil menunjuk lokasi di belakang Labia Minora. "Sabarlah sedikit Permenides." Al Farabi menenangkan. "Sekarang coba kau jelaskan apa itu UUD Negeri Feminisia, Mbus." Pinta para sperma. "Okeoke. Jadi, menurut UUD itu, sperma yang telah masuk dalam wilayah kekuasaan Negeri Feminisia tidak akan bisa lagi keluar atau pun kembali ke negeri asalnya. Jika ada sperma yang mencoba keluar dari wilayah ini sengaja maupun tak sengaja, pasti sudah dalam keadaan mati!." "Wah, gawat! Bagaimana dengan nasib kami yang masih muda?" Akhirnya sperma muda bersuara juga setelah lama menutup telinga karena capek mendengarkan debat kusir para sperma tua. Tapi sekali lagi dia mendapat sambutan yang agak asam dari para sesepuhnya. "Ssssssttt...." "Hufffftttt..." Sperma muda menghela napas ketegaran. Dan kali ini dia dan rekan sebayanya  tak menutup telinga lagi. Mereka mau mendengarkan penjelasan Colombus dengan seksama.

***

"Hanya ada satu cara untuk dapat keluar dari sini hidup-hidup. Tapi..." "Tapi apa, Mbus?" Tanya para sperma penasaran. "Hanya ada satu sperma yang dapat hidup dan di garansikan dapat bebas mengekspresikan sifatnya hingga tiba waktunya untuk keluar dari Negeri ini." Lanjut Colombus. "Sudah ku duga. Sudah Ku duga." Para sesepuh sperma yang sudah lama memikirkan hal ini tampak biasa-biasa saja mendengarnya. Akan tetapi para sperma lain yang belum tahu hal itu, langsung saling bertatapan dan mulai timbul semangat saling berkompetisi di antara mereka. "Lalu bagaimana caranya agar sperma yang beruntung itu dapat memperoleh kebebasannya?" Sperma yang tak jelas identitasnya bertanya pada Colombus. "Ya, betul betul betul." Sperma yang lain menyambung. "Menurut UUD ini, Negeri Feminisia di huni oleh seekor putri mahkota yang bernama Ovum. Nama itu di ambil dari kota kelahirannya yakni Ovarium. Dia juga hidup berpindah-pindah untuk menjadi dewasa, sama seperti kita. Pada mulanya dia tidak sendirian karena memiliki beberapa saudara kembar. Akan tetapi, kembarannya harus bunuh diri dalam proses mereka menjadi dewasa. Di sini tak begitu jelas menerangkan sebab-sebab kematiannya, tapi UUD Negeri Feminisia sepertinya sudah mengatur hal itu. Setelah dewasa, Putri Ovum ini akan menunggu seekor Supersperma yang dapat menyelamatkannya dari kepunahan. Karena ternyata UUD Negeri Feminisia juga mengatur pergantian tahta sebagai putri Ovum. Seekor putri hanya memiliki masa 20-45 hari, dan biasanya rata-rata 28 hari sang putri harus mati dan di keluarkan dari negeri ini. Pergantian tahta itu di sebut di sini dengan Siklus Menstruasi." "Lalu apa hubungannya dengan kita? Mengapa kita harus menyelamatkannya?" "Ya, aku belum selesai. Ternyata Putri Ovum juga memiliki setengah jiwa dari manusia. Dan untuk dapat keluar hidup-hidup dari negeri ini , jiwanya harus di sempurnakan dengan setengah jiwa dari sperma yang terpilih. Dengan kata lain seekor sperma harus bersetubuh dengan Ovum untuk membentuk seorang manusia sebagai wadah kebebasan mengekspresikan gen yang masing-masing di bawa oleh sperma dan ovum itu." "Hmm.. Aku paham sekarang. Inilah yang aku sebut "idea" yang sempurna. Dan manusia adalah ekspresi dari idea itu." Gumam Plato. Dan para sperma yang penasaran satu persatu mengajukan pertanyaan pada Colombus. "Apakah kau juga tau di mana Putri Ovum berada, Colombus?" "Nah, coba perhatikan lagi petanya. Dari sini kita harus memasuki Segitiga Harapan dan menyusuri sisinya hingga tiba pada sebuah terowongan di bagian sudut segitiga. Dari situ kita menyusuri terowongan itu untuk bertemu dengan Putri Ovum di sebuah kota yang bernama Tuba Fallopi. Konon Putri Ovum menjadi dewasa di kota itu, dan apabila ada sperma yang memasuki Negeri Feminisia, maka Ovum akan menyebarkan berita ke seluruh negeri melalui sinyal feromon." "Kita sudah di Negeri Feminisia, tapi kenapa kita tak mendengar informasi tentang Ovum?" "Iya juga ya?" "Mungkin Putri Ovum belum mencapai kedewasaan, kita tunggu saja sebentar lagi." "Ngomong-ngomong, cadangan makanan kita hanya bisa untuk 72 jam, kita tidak bisa menunggu lama di sini. Kita harus segera bertemu dengan Ovum." "Benar sekali. Nah, apa lagi yang kau ketahui tentang Ovum ini?" "Oh iya, di sini juga di katakan bahwa Ovum membawa kromosom X yang apabila bertemu dengan kromosom Y dari sperma, maka akan membentuk manusia berjenis kelamin laki-laki yang akan mendirikan lagi negeri-negeri Maskulinisia yang baru. Tetapi apabila bertemu dengan kromosom X, maka akan membentuk manusia perempuan yang jelas mendirikan negeri-negeri Feminisia yang baru pula." "Tidak bisa! Negeri Maskulinisia harus terus berjaya. Aku khawatir kehadiran Negeri Feminisia yang baru hanya akan menyebabkan banyak dosa di muka bumi." Augustinus mulai berfatwa. "Apakah itu berarti fatwa untuk melarang Sperma berkromosom X untuk membuahi Ovum?" Seekor sperma X bertanya. "Iya. Harus Sperma Y yang melakukannya." Tegas Augustinus. Mendengar hal itu, para sperma X  terhentak. Dan fatwa yang di keluarkan oleh Augustinus itu melahirkan sikap primordialisme di kubu sperma.  Para sperma X mulai berkumpul bersama, demikiann halnya kubu sperma Y. Akan tetapi, meskipun mereka yang di fatwakan untuk membuahi Ovum, mereka masih terbagi-bagi lagi menjadi berbagai etnis dan sekte-sekte. "Ini diskriminasi namanya. Kami sperma X tidak terima kalau kami harus mati tanpa berjuang untuk mencapai Ovum. Ini tidak moralis." Salah seekor sperma X menggugat. "Sudahlah. Ini sudah menjadi kehendak Tuhan dan Hukum Alam. Bahwa kita berasal dari Negeri Maskulinisia maka harus mempertahankan kejayaan negeri kita." Augustinus pun mendogma. "Bagaimana dengan Hak Asasi Sperma? Kami juga memiliki hak yang sama dengan sperma lain. Kami menginginkan kesetaraan. Adapun maksudmu mengenai dosa, biarlah itu menjadi urusan masing-masing manusia yang lahir kelak, entah dia laki-laki atau perempuan kau tidak berhak memvonis dia berdosa atau tidak. Karena itu adalah otoritas Tuhan. Dan dengan fatwa yang kau keluarkan itu, kau telah malangkahi otoritas Tuhan. Siapa sekarang yang pantas di vonis berdosa, Augustinus?"

***

Perdebatan itu terus terjadi yang berefek pada perkelahian antara kubu. Korban tak dapat di hindari. Selain karena terluka, sebagian juga mati kerana kehabisan energi akibat terlalu banyak bergerak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun