Mohon tunggu...
Haz Algebra
Haz Algebra Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang hamba dari semua insan besar, juga hamba dari para pecundang. Menulis untuk meninggalkan JEJAK! [http://hazbook.blogspot.com/]

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ego Primitif Tuhan (2)

12 Juli 2010   13:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:55 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum aku tidak ada seperti aku yang dibentuk, dan sesudah aku tidak akan ada lagi. Aku adalah aku. Aku yang satu, tunggal dan tiada terbagi. Aku bukan bilangan rasional, bukan pula bilangan nyata. Aku tidak mungkin men-dua, tidak mungkin pula diambil setengahnya. Aku bukanlah sebuah kata yang berasal dari hasil pilah-pilahan manusia ke dalam fragmen-fragmen penyifatan manusia itu sendiri yang senantiasa terkurung oleh keterbatasannya yang esensial. Tapi aku adalah kesempurnaan yang tiada terkata dan tanpa penyebab. Kesempurnaan dari segala segi.  Jika manusia mengerti aku dari segi-segiku yang terpisah, maka itu akan meruntuhkan makna sejatiku.  Aku adalah tempat bergantung segala sesuatu.  Aku tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada sesuatupun yang setara dengan aku. Aku benar-benar sendiri selama masa yang tak terhingga. Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi. Aku ingin dikenal, maka aku ciptakan dunia. Kemudian aku ciptakan manusia agar aku bisa dikenal. Aku menciptakan manusia dan berbagai makhluk hidup lainnya agar aku bisa bersenang-senang. Kemanapun manusia berpaling, maka disana akan ada manifestasi aku. Aku menciptakan dunia, tapi bukanlah salah satu yang ada di dunia. Aku adalah tempat dunia, tapi dunia bukanlah tempatku karena aku meliputi dan mencakup dunia. Aku tidak hidup dalam dunia sebagaimana ciptaanku, tetapi aku menghidupi dan melampauinya. Aku memberi keindahan pada ciptaanku, tapi tidak akan mengambil rupa ciptaanku dan menjadi sama dengan ciptaanku sendiri karena jika mereka tidak memiliki eksistensinya di dalam aku, mereka takkan pernah ada sama sekali. Manusia akan tersesat dengan segala keindahan yang kuciptakan, menganggap salah satunya adalah aku, membuat mereka semakin jauh dariku. Padahal, dalam pencipataan ruang dan waktu, dalam kesedihan, bahagia, cinta dan benci, terdapat tanda-tanda kekuasaanku bagi manusia yang memikirkan. Ada pemahaman, nalar, pengetahuan, sentuhan, persepsi, imajinasi, nama, dan banyak hal lainnya mengenai aku. Akan tetapi, aku tidak bisa dipahami dan tak ada yang dapat diucapkan mengenai diriku, aku tidak bisa dinamai. Aku bukanlah salah satu dari apa yang ada. Aku akan mendekati manusia yang mendekatiku dengan mencermati ciptaanku, memperhatikan bagaimana sesuatu tejadi sehingga membuat mereka melihat dengan kehendak bebas, mencintai dengan kehendak bebas. Aku tidak akan datang kepada mereka yang membayangkan aku bisa diraih oleh pikiran, tapi aku akan mendatangi orang-orang yang mengenal aku melampaui pikiran. Di sinilah aku bermain-main dengan ciptaanku. Untuk menambah seru dunia yang kuciptakan, selain kebebasan kehendak yang berisi hak, kewajiban dan tanggung jawab kuberikan pada manusia, aku juga membuat aturan dan sangsi. Aturan dan sangsi ini sebenarnya sudah diketahui setiap manusia karena dalam penciptaannya sudah kuberikan bekal untuk membedakan baik dan buruk, benar dan salah. Tapi untuk lebih menegaskan aturan itu, aku telah membuat tempat bagi manusia yang mengikuti dan melanggar aturanku. Tempat itu adalah surga dan neraka. Surga untuk mereka yang mengikuti aturan dan neraka sebagai sangsi pelanggar aturanku. Aku sudah mengabarkan kepada manusia mengenai tempat ini melalui utusan-utusanku. Tapi manusia sering salah mengartikan, menganggap tempat itu adalah tujuan mereka, mereka lupa bahwa itu adalah ciptaanku, mereka lupa bahwa akulah pencipta dan akulah tujuan akhir. Aku ingin manusia mencintaiku bukan karena manusia menginginkan surgaku atau takut pada nerakaku, tapi karena aku layak untuk dicintai. Oleh karena itu, manusia yang mencintaiku karena takut pada neraka akan kumasukkan dalam neraka, dan manusia yang mengejar surgaku akan aku jauhkan dari surga. Manusia jangan sekali-kali mencintaiku tanpa makna. Sebelum mencapai tempat-tempat itu, sebenarnya manusia bisa menciptakan sendiri surga dan neraka didunia real dengan saling menyayangi atau membenci sesama mereka sesuai dengan kehendak bebasnya. Jika kehendak bebasnya mengarah padaku, maka manusia telah menciptakan surga di dunia sebagai awal untuk mencapai surgaku. Sebaliknya, jika kehendak bebasnya menjauh dari nilai-nilai yang kutanamkan dalam jiwa mereka, maka manusia akan menciptakan nerakanya dan aku garansikan manusia seperti itu akan ku lemparkan ke nerakaku. Aku yang sempurna juga menyadari bahwa manusia dan ciptaanku yang lain adalah yang tak sempurna. Oleh karena itu, aku hanya sekedar menjanjikan surga dan neraka bagi manusia. Dan sebagai pemilik permainan besar ini, aku sewaktu-waktu bisa saja mengingkari janjiku itu. Tapi semua tergantung dari usaha manusia dan ciptaanku yang lainnya itu. Selain berbuat sesuai dengan nilai yang aku gariskan, manusia juga harus mendekatiku dengan cara berharap mendekatiku ataupun mengajukan proposal perubahan nasib. Manusia sudah kubekali akal untuk memilih cara mereka masing-masing. Cara itu pada dasarnya adalah permohonan atau doa. Dan ketika manusia melakukannya, maka hal itu akan menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan nasib mereka sesuai kebijakan dan keadilanku. Semua ini aku lakukan semata-mata untuk kesenanganku, karena akulah maha kuasa. Kesenangan bagiku adalah jika para manusia dan ciptaanku yang lain saling menyayangi, berbuat kebaikan, menjauhi keburukan, mengerti arti tanggung jawab, hak dan kewajiban, serta sadar akan cara hidup yang mulia. Aku akan mencintai manusia yang selalu mendekatkan dirinya kepadaku dengan mengamalkan perbuatan-perbuatan yang aku anjurkan. Dan jika aku mencintai manusia, maka aku akan menyertai telinganya yang dipergunakan untuk mendengar, matanya untuk melihat, tangannya untuk memegang dan kakinya untuk berjalan.

***

Source: Google

Tulisan sebelumnya:

Ego Primitif Tuhan (1) Antara Beta dan Alpha-Omega Aku, Lelaki yang Terusir [Dari Surga]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun