Tapi ternyata tidak sesuai harapan. Yang ada hanyalah penolakan. Masih terbayang jelas wajah itu, ketika saya menawarkan jasa gratis tapi ekspresi dari setiap pemilik bengkel seolah ada kecurigaan tertentu sehingga kemudian mereka menolak untuk menerimaku.
Pahit? Ya, memang pahit. Bahkan akibat dari penolakan itu telah mempengaruhi mental dan psikologi. Kepercayaan diri seolah dirobek-robek. Benar saja, karena banyaknya penolakan sehingga membuat saya tidak lagi percaya diri untuk mencoba menawarkan diri menjadi seorang mekanik.
Ada ketakutan, kekhawatiran, dan dengan semua pikiran negatif lainnya. Cukup pahit, semua perlakuan itu juga sangat cukup untuk menorehkan luka pada batin seorang lelaki. Tapi demikianlah hidup.
Mengingat betapa sulitnya kehidupan, tidak jarang air mata menetes di balik tembok kamar. Juga terkadang menetes di perjalanan. Ada begitu banyak luka batin yang telah terukir. Hanya saja kalian tidak pernah tahu itu.
Tetap saja pura-pura tangguh, walaupun sebetulnya sudah babak belur oleh keadaan. Kalian perlu tahu, demi orang-orang yang tersayang, demi permata hati, tidak jarang teh manis menjadi lauk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H