Kemana lagi kaki mesti melangkah? Apa lagi yang mesti dipikirkan oleh otak? Juga dosa apa yang mesti direnungkan oleh hati? Hingga sejauh ini tampak begitu sulit untuk bisa merasakan setetes madu yang jatuh dari sarangnya.
Siapa yang mesti disalahkan? Haruskah mengeluh karena terlahir dari keluarga yang sederhana? Atau menyalahkan diri sendiri karena tidak memanfaatkan waktu di masa lalu dengan baik? Tapi bukankah itu tidak memberikan efek apapun pada kondisi saat ini?
Sebenarnya sudah berusaha untuk tetap tenang. Berjuang keluar dari kesulitan hidup. Banyak orang mengatakan bahwa sebetulnya mudah saja untuk mendapatkan pekerjaan hanya saja aku malas mencari kerja sehingga sampai saat ini tidak mendapatkan pekerjaan.
Kira-kira seperti itu apa yang dibisikkan oleh tetangga yang tidak sengaja sampai di telingaku. Tentu saja itu adalah kalimat yang cukup menggores hati, menambah luka di dalam diri. Mereka tidak pernah tahu bahwa sudah berkali-kali memasukan lamaran kerja tapi rasanya tidak ada yang percaya bahwa aku bisa bekerja sebagaimana orang lain.
Sebelumnya aku berpikir barangkali mereka tidak cukup pendapatan untuk memberiku gaji apabila masuk kerja. Hari berikutnya mencoba menawarkan jasa gratis. Jadi saya coba menemui bos bengkel motor. Dengan harapan, walaupun tidak digaji tapi setidaknya saya bisa mempelajari ilmunya.
Lagi-lagi masih tetap saja ditolak dengan alasan yang sama karena saya belum memiliki pengalaman untuk menjadi mekanik. Tampak lucu tapi demikianlah kenyataannya. Sejauh ini sudah 8 bengkel yang saya kunjungi dan hasilnya adalah penolakan mentah-mentah.
Rasanya ingin marah, ingin melampiaskan emosi dalam diri. Tapi aku sadar bahwa aku tidak memiliki hak apapun untuk itu. Barangkali Tuhan memiliki rencana lain untuk diriku.
Setidaknya dari pengalaman itu telah memberikan pelajaran bahwa dalam proses menjalani hidup memang diperlukan kesabaran agar tetap mampu berdiri walaupun mental dibabat habis-habisan.
Juga benar apa yang dikatakan oleh teman bahwa mencari kerja lebih sulit daripada mencari cewek. Kalau hanya persoalan perempuan dalam waktu satu minggu kita bisa mendapatkannya. Tapi kalau untuk pekerjaan terkadang perlu air mata untuk bisa mendapatkannya.
Untuk kalian yang hari ini sudah memiliki pekerjaan. Bersyukurlah. Buktikan rasa syukur itu dengan bekerja lebih serius, lebih ikhlas, lebih semangat. Cintai apapun yang kalian kerjakan. Gunakan dengan baik uang yang kalian dapatkan. Kalau perlu belajarlah untuk menabung untuk masa depan.
Sebab kita juga mesti sadar bahwa seiring perputaran waktu, kekuatan juga akan semakin lemah. Sedangkan kita semua tahu bahwa semua tempat kerja hanya membutuhkan orang kuat. Ketika sakit maka ratusan orang di belakang sudah menunggu untuk menggantikan posisimu.
Dari pengalaman yang saya alami seharusnya bisa menjadi pelajaran untuk teman-teman. Kondisi hidup saat ini cukup sulit. Terlebih lagi yang tidak memiliki keterampilan apapun. Rasanya seperti daun kering yang diterbangkan angin, jatuh dan terinjak oleh siapapun yang melewatinya. Tak ada yang peduli denganmu.
Sudah berkali-kali saya menawarkan diri agar bisa bekerja di bengkel sekalipun tidak digaji tapi tetap saja ditolak. Tidak memiliki keterampilan memang cukup pahit. Karena itu, saya sengaja menuliskan ini agar adik-adik yang masih muda dan belum memiliki keterampilan, maka carilah tempat yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan keterampilan sebab suatu saat keterampilan itulah yang akan memudahkan jalanmu di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H