Hal sederhana yang paling terasa adalah tentang notifikasi. Tentu saja aku sangat merindukan notifikasi di waktu subuh. Sebelum memasuki waktu sholat biasanya muncul notifikasi. Sungguh itu adalah notifikasi yang membuatku lebih bersemangat. Melenyapkan semua kantuk, sekalipun tidak cukup tidur.
Notifikasi yang berisi sejumlah aksara yang sangat bermakna. Sungguh! Aku sangat merindukannya, kata-kata yang mengingatkan untuk menunaikan kewajiban. Begitu terasa harapan di balik aksara tersebut. Sebuah harapan untuk melihatku bisa menjadi imam yang baik.
Perubahan demi perubahan pun terjadi pada diriku. Mulai dari hal sederhana, seiring perputaran waktu perubahan itu akhirnya nyata terjadi. Aku kembali menemukan diriku. Aku kembali menemukan semangat yang berkobar di dalam jiwa.
Target demi target mulai direncanakan kembali. Melakukannya dengan penuh semangat dan percaya diri. Setelah berulang kali babak belur oleh keadaan, sekarang menjadi lebih berbeda dengan kehadiranmu yang begitu menenangkan. Kamu datang untuk menghapus kesedihan.
Perjuangan ini sebetulnya dilakukan agar kita bisa nikmati bersama. Aku tahu bahwa yang berjuang sepenuhnya adalah saya tapi kamu juga harus tahu bahwa berkat suntikan semangat yang kamu berikan, semangat juang kini terbangkitkan lebih dahsyat.
Aku tidak tahu seperti apa yang akan aku rasakan saat ini, bila saja tidak ada dukungan dari kamu. Mungkin saja hari ini aku masih hanyut dalam kesedihan karena kegagalan di masa lalu. Mungkin saja aku masih tetap berada dalam pembaringan, mengurung diri dan merenung setiap saat.
Tapi lihatlah! Saat ini aku benar-benar bahagia. Aku menjalani hari-hari dengan penuh semangat, bangun lebih awal dari biasanya. Seperti apa yang pernah kamu katakan "Bangkitlah! Aku tidak akan pernah meninggalkanmu dalam keadaan apapun itu, tetap membersamaimu dalam suka dan duka".
Kalimat itulah yang membuatku melihat dunia menjadi lebih berbeda. Bila dulu dipenuhi dengan rasa putus asa, sekarang berganti dengan rasa percaya diri dan keyakinan bahwa saya bisa. Aku harus katakan bahwa melakukannya bukan untuk diriku sendiri tapi juga harapan untuk bisa melihatmu tersenyum mana kala kamu melihat keberhasilan demi keberhasilan yang aku capai.
Tapi setelah kamu melihatku berbahagia. Tanpa satu pun alasan yang kamu berikan, kamu pergi begitu saja. Sungguh! Itu menjadi tanya yang sampai hari ini belum menemukan jawabannya. Sebuah tanya yang terus hadir di saat menjelang tidur. Bahkan seringkali membuatku tidak bisa tidur karena pertanyaaan itu.
Sekarang yang tersisa hanyalah kerinduan. Rindu notifikasi darimu. Rindu semangat darimu, rindu senyum yang selalu hadir di saat aku berjuang. Tapi semua hanyalah tinggal kerinduan tanpa ada kesempatan lagi untuk bisa membalas kebaikan yang engkau berikan.
(Bersambung)
Adakah yang bisa bantu bagaimana mengembangkannya lebih lanjut? Mohon saran terbaiknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H