Mohon tunggu...
Hazal
Hazal Mohon Tunggu... Guru - Peneliti Karya Sastra

Anak sholeh kelahiran '96. Asal kota Raha kabupaten Muna. Senang membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Air Mata setelah Perceraian, Sakitnya Seperti Tulang Ikan yang Tersangkut di Tenggorokan

21 Mei 2023   10:56 Diperbarui: 21 Mei 2023   11:05 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Aku tidak benar-benar merasakan bagaimana kondisi setelah perceraian. Hanya saja dari berbagai fakta di lapangan menunjukan bahwa betapa menyedihkannya perceraian itu.

Anda bisa bayangkan? Perjuangan panjang di masa lalu, suka duka, tawa dan air mata. Dimulai sejak pertama saling menaruh kasih. Saat bait-bait kasih dan cinta terungkap. Berapa kali bertengkar yang kemudian damai kembali? Berapa kali saling mengejek tapi pada akhirnya berakhir di atas ranjang?

Lupa kah kamu bagaimana manisnya cinta di masa lalu? Lupakah kamu bahwa buah hati yang hari ini ikut merasakan kehidupan dunia, lahir karena dorongan cinta juga kasih sayang?

Betapa sangat menyedihkan, setelah sekian lama memupuk cinta bersama. Akhirnya terhenti karena sesuatu dan lain hal. Apapun alasannya tetap saja dasar dari lahirnya masalah itu selalu dilatarbelakangi oleh ego pribadi dan kurangnya kesabaran juga kesyukuran dalam rumah tangga.

Mengalah demi kebaikan mestinya lebih didahulukan.

Daluhu yang hari-hari dihiasi dengan cinta. Sekarang dipenuhi dengan air mata dan penyesalan. Betapa indahnya, bila saja keduanya saling mendukung. Betapa bahagianya anak, bila ayah dan ibunya saling mencintai sehingga cinta itu juga tersalurkan kepada anak yang begitu mengharapkan kasih sayang.

Suami yang akhirnya berstatus duda mesti memulai hidup baru. Berjuang sendiri tanpa ada lagi yang menyiapkan sarapan pagi, tak ada lagi yang mencucikan pakaian kerjanya, tak ada lagi yang bermanja setelah kepulangannya. Semua mesti dilalui dalam kesendirian.

Demikian pula dengan istri yang akhirnya berstatus janda juga mesti memulai kehidupan baru. Ibu rumah tangga yang mesti beralih menjadi tulang punggung. Pupus sudah harapan gaji bulanan yang diterima. Mesti bergerak dan mengeluarkan keringat  sendiri untuk tetap bisa bertahan hidup.

Terlebih lagi sang anak. Teramat sulit untuk merasakan pelukan hangat dari ayah dan ibu. Mungkin saja ia bisa merasakan kasih sayang seorang ibu tapi tetap saja ia juga membutuhkan kasih sayang dari seorang bapak. Begitu pun sebaliknya.

Yang lebih menyedihkan ketika sang anak terpaksa harus tinggal dengan nenek. Seorang anak yang mestinya dibesarkan oleh kasih sayang seorang ayah dan ibu sehingga tumbuh menjadi pribadi yang lembut dan penyayang. Kini ia harus menerima kenyataan pahit, tak bisa merasakan lagi hangatnya pelukan ayah dan ibu.

Sebuah kesalahan di masa lalu yang seharusnya tidak terjadi, yang seharusnya bisa dibicarakan dengan baik, yang seharusnya saling menyayangi, kini berubah menjadi air mata penyesalan. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Tetap saja harus membiasakan diri dengan kehidupan baru setelah perceraian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun