Tak ada yang lebih indah selain dari cinta. Cinta adalah rasa yang selalu ada dalam diri seseorang. Setiap orang pasti membutuhkan namanya cinta. Tanpa cinta hidup menjadi terasa hampa. Juga karena cinta hidup menjadi sebuah derita. Apa kamu tahu apa penyebabnya? Tidak lain adalah kesalahan dalam mendefenisikan tentang cinta.
Beberapa orang akan mengatakan aku mencintainya karena ia mampu memberiku kenyamanan. Tapi apakah itu bisa dikatakan sebagai cinta sejati?
Kita semua tahu bahwa kenyamanan lahir karena ada yang mendasarinya. Entah karena perhatian yang diberikan, sikapnya yang humoris, atau karena kebaikan hatinya seperti senang membantu orang lain. Dan masih banyak hal lain yang menjadi pemicu lahirnya kenyamanan.
Tapi apakah kamu bisa jamin bahwa semua sikap yang kamu rasakan saat ini adalah bagian dari ketulusannya. Atau mungkin itu hanyalah sebuah sandiwara karena ada sesuatu yang diharapkan di balik dirimu? Aku hanya sedikit khawatir, mengingat banyaknya kasus tentang cinta yang hanya dijadikan sebagai umpan.
Lantas bagaimana cara membedakannya? Atau bagaimana cara menguji pasangan untuk mengetahui apakah cintanya tulus atau hanya sekedar pura-pura? Yuk! Simak,
#Terkait kebahagiaan karena cinta
Semestinya cinta itu membawa kebahagiaan. Bahagia karena mana kala mendapat masalah ia selalu hadir untuk membantu menemukan jalan keluarnya. Di saat berada pada fase kebimbangan, juga ada dia yang bisa digunakan bahunya untuk bersandar. Memberi perhatian, kasih sayang. Bahkan di saat sakit, ia yang selalu hadir menemani, membawa kita berobat. Layaknya sebagai pengawal yang selalu menuruti permintaan seorang ratu.
#Terkait derita karena cinta
Ada pula, cinta justru menghadirkan derita. Hal ini terjadi ketika salah satu begitu mencintai pasangannya tapi ia sendiri justru mencintai orang lain. Seperti daun yang kering di pagi hari, berharap masih menikmati tetesan embun yang jatuh tapi akhirnya kesejukan itu hilang karena hadirnya sosok matahari.
Segala upaya dilakukannya. Memberikan perhatian namun tak kunjung menyentuh hatinya. Siang malam selalu siap siaga untuk memenuhi semua permintaannya. Bahkan rela mengorbankan mimpi yang indah demi bangun lebih awal untuk mengantarnya dimanapun ia mau tapi semua yang dilakukan itu, tidak juga menyentuh nuraninya. Masih saja ia berharap pada orang lain.
Dalam momen chatan, si pecinta begitu cepat merespon ketika ada chat yang masuk darinya namun ketika balasan itu ada, mesti menunggu sepanjang malam atau hari esok untuk melihat balasannya. Betapa menderitanya, betapa pahitnya kerinduan untuk saling bercakap tapi yang terjadi justru rasa sakit yang teramat pilu. Bukankah itu sangat menyedihkan?