Barulah setelah mendaftar beasiswa yang ketiga kalinya dengan jurusan yang sama saya diterima, itupun setelah menunjukkan keseriusan saya dalam bidang pariwisata dengan menunjukkan keanggotaan resmi sebagai pramuwisata dan juga kontribusi-kontribusi lainnya. Sementara kawan saya yang satu akhirnya lulus juga namun tetap di jurusan pendidikan.he
Satu contoh lagi dari kawan saya yang baru saja menerima pengumuman kelulusan. Dia lulus S1 program studi pendidikan bahasa Inggris, namun aktifitasnya lebih banyak bergelut di bidang agama seperti menempuh pendidikan non-formal keagamaan selama 4 tahun, lalu menjadi pendakwah, penulis kajian-kajian keagamaan dalam bentuk buku dan esai di media-media lokal dan nasional. Ini sudah cukup meyakinkan bagi pewawancara untuk meluluskan dia mengambil S2 ilmu tafsir Al-Quran yang jelas-jelas tidak linier dengan pendidikan formalnya.
Oleh karenanya, boleh lah kemudian kita tarik kesimpulan bahwa boleh-boleh saja kita mengambil jurusan yang berbeda dengan S1 kita ketika melamar beasiswa. Yang paling penting adalah, kita mampu menjamin bahwa jurusan yang kita ambil mempunyai dukungan yang kuat dalam bentuk kontribusi-kontribusi yang nyata (karya) yang telah banyak memberikan manfaat dan perubahan dalam lingkungan sosial kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H