Tak kehabisan akal,  kali ini  ia meminta suaminya untuk menambahkan teh itu dengan air dingin.  Alasannya teh buatan suaminya  itu terlalu panas untuk ukuran lidahnya. Â
Tak ingin mengecewakan istrinya dan ingin segera memperlihatkan kejutan yang sudah dipersiapkan, Â si suami pun kembali bergegas ke dapur. Â Memenuhi keinginan istrinya itu tanpa rasa curiga sedikit pun. Â
"BROBOOOT....BROOOT...BROOOOT...CREEET!!"
Untuk ketiga kalinya si istri meletupkan hasratnya. Hanya yang ketiga ini rupanya serba lebih ketimbang yang pertama dan kedua. Â Lebih keras. Lebih meyakinkan. Â Lebih bervariasi iramanya. Â Lebih beraneka pula baunya. Begitu banyak kelebihan tembakan ketiganya ini.
Setelah itu barulah si istri benar-benar merasa lega.  Sampai-sampai teh yang baru saja ditambahkan air dingin itu dihabiskannya hanya dalam sekejap.  Tanpa ada lagi keluhan kurang manis,  terlalu panas,  atau terlalu dingin seperti  sebelumnya. Tandas.  Habis.  Ludes seketika.  Tak bersisa.
Namun sesudahnya,  hal tak  terduga kemudian terjadi.  Ketika sang  suami membuka tutup mata si istri untuk memperlihatkan  hadiah rumah kejutan itu,  si istri hanya bisa menganga. Tanpa bisa berkata-kata.  Bukan itu saja,  matanya pun ikut terbelalak. Persis seperti orang yang kesetrum arus listrik tegangan tinggi.
Suaminya sampai terheran-heran sendiri melihat ekspresi aneh  istrinya itu.  Ia memamg sejak awal sudah membayangkan kalau  istrinya pasti ternganga dan terbelalak begitu melihat hadiah rumah yang terbilang mewah itu karena suprise dan senang.  Tapi ekspresi yang diperlihatkan istrinya saat ini sama sekali  bukan menganga dan terbelalak karena senang.  Itu ekspresi terbelalak dan menganga yang lain. Itu menganga dan terbelalak karena  kaget dan malu. Â
Bagaimana tidak. Begitu tutup matanya di buka,  si istri baru sadar ternyata di ruangan itu ada banyak orang. Semuanya sedang menatap dirinya dengan pandangan  aneh. Sambil senyam senyum. Sebagiannya malah nampak sekali sedang menahan tawa.  Â
Lebih kaget lagi ketika ia menengok ke samping. Â Di situ berdiri kedua mertuanya lengkap dengan keempat adik iparnya. Â
Tapi dia masih bisa menguasai diri. Â Lalu bertanya pelan kepada mertuanya:
"Eng..Eng.. Bapak...Ibu...sudah lama di sini?"