Mohon tunggu...
Hayyun Nur
Hayyun Nur Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan Pemerhati Sosial

Seorang penulis frelance, peminat buka dan kajian-kajian filsafat, agama, dan budaya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pubertas Spiritual Akar Klaim Kebenaran: Menyoal Salah Paham tentang Tahlil

21 Oktober 2020   05:46 Diperbarui: 21 Oktober 2020   05:59 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lantas bagaimana halnya dengan tahlil. Persis sama dengan berzakat dalam bentuk beras, membaca al-Quran yang bertanda baca dan berharakat, tahlil juga tidak dipraktekkan pada masa nabi dan sahabat.

Tapi itu tidak lantas berarti sesuka hati menvonisnya sebagai bid'ah atau haram. Terlebih berbagai hadis yang disebutkan dalam postingan itu, tak satupun yang secara eksplisit mengharamkan tahlil. stilah nihayah yang disebutkan dalam beberapa hadis itu, tak ada kaitannya sedikitpun dengan tahlil.

Bagi saya, orang yang seenaknya mengharamkam tahlil seperti dalam postingan itu, disebabkan oleh beberapa hal:

1. Tidak paham arti kata tahlil. Kata tahlil itu artinya kalimat tauhid. Yaitu ucapan:

Bila demikian, mereka yang mengharamkan tahlil, sama saja dengan mengharamkan kita mengucapkan kalimat tauhid itu. Padahal demikianlah sesungguhnya substansi dari praktik tahlil di masyarakat. Mengucapkan kalimat tauhid, tahmid, tasbih, shalawat, dan ayat suci al-Quran secara berjamaah.

Siapakah yang lebih sesat dari orang yang mengharamkan praktek mulia seperti itu?

2. Kedangkalan ilmu. Semangat beragama yang tidak diimbangi dengan ilmu yang cukup memang kerap membuat orang terjebak pada pubersitas spiritual.

Sebuah sikap dan perilaku beragama yang mirip-mirip seorang remaja dalam masa pubersitas. cenderung merasa benar sendiri. Juga gemar sekali menyalah-nyalahkan orang lain. Padahal dirinya sendiri belum lagi memiliki pengetahuan yang memadai dan kedewasaan mental serta intelektual.

Demikian pula halnya dalam kasus tahlil ini. Postingan seperti itu sangat mungkin muncul dari orang yang sedang mengalami pubertas spiritual. Memiliki semangat beragama yang kuat, tapi belum matang secara mental dan intelektual. Semangat beragamanya sangat besar, tapi basis keilmuannya dangkal.

Padahal tahlil secara historis telah dipraktekkan sejak masa tabiin. Berakar dari fatwa seorang ulama tabiin. Imam Atho. Menurut imam Atho, orang yang meninggal dunia, diuji di kuburnya selama tujuh (atau) empat puluh hari. Untuk itu sang imam memfatwakan anjuran bersedekah dan berkirim doa.

Fatwa Imam Atho ini sejalan dengan sebuah riwayat. Bahwa suatu hari Rasulullah ditanya oleh seseorang yang ibunya baru saja meninggal. Orang tersebut bertanya: "Apakah aku boleh bersedekah untuknya?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun