Mohon tunggu...
Hayyiklana Min Amrina Rosada
Hayyiklana Min Amrina Rosada Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melihat Dunia dari Mata Generasi Alpha

13 Juni 2024   17:54 Diperbarui: 13 Juni 2024   18:09 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Generasi Alpha dapat dikatakan sebagai generasi paling muda yang hidup saat ini karena generasi alpha lahir pada tahun 2010 hingga 2025 mendatang. Generasi alpha juga sering dikatakan sebagai generasi yang lahir setelah generasi Z dimana teknologi, seperti smartphone, internet dan media social menjadi bagian penting bagi mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan dari awal kelahiran generasi alpha akan langsung berhubungan dengan teknologi. Generasi alpha yang selalu berhubungan dengan teknologi diklaim menjadi generasi paling cerdas dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Sebanyak 2,5 juta generasi alpha lahir setiap minggunya, yang berarti terdapat 10 juta kelahiran generasi alpha di seluruh dunia setiap bulannya. Generasi alpha memiliki karakteristik yang membedakan dengan generasi sebelumnya, dimana generasi alpha tidak mudah lepas dari gadget, individualism, menginginkan hal yang instan, dorongan akan kebebasan dalam hidup, multitasking serta pemikiran terbuka, transformative dan inovatif.

Perkembangan teknologi dan informasi di era revolusi industri 4.0 tentunya akan berpengaruh terhadap kehidupan generasi alpha. Era revolusi industri 4.0 sering disebut sebagai cyber physical system karena karakteristik utama dari era ini menitikberatkan pada otomatisasi dengan mengkolaborasikan teknologi cyber. Pada era ini nantinya akan menggabungkan informasi dan teknologi komunikasi dalam bidang industri. Perkembangan teknologi ini akan berdampak pada masyarakat, khusunya generasi alpha dalam kahidupanya baik itu dampak negatif ataupun dampak positif. Perkambangan teknologi yang pesat di era revolusi industri 4.0 akan memberikan dampak positif bagi generasi alpha dan diharapkan generasi alpha mampu untuk mengelola dan memanfaatkan dampak positif tersebut. Contoh dampak positif adanya perkembangan teknologi di era revolusi industri 4.0 bagi generasi alpha antara lain, pertama dengan adanya perkembangan teknologi di era revolusi industri 4.0 maka generasi alpha diklaim menjadi generasi yang paling pintar dari generasi sebelumnya. Menurut Atika (2019) generasi alpha dipercaya dapat tumbuh dan berkembang menjadi generasi yang lebih pintar dibandingkan dengan generasi sebelumnya. Hal ini dikarenakan generasi alpha lahir di tengah-tengah pesatnya arus teknologi, sehingga generasi alpha akan dimudahkan dalam proses mencari informasi. Kedua, kemudahan dalam mencari informasi. Dengan adanya perkembangan teknologi membuat generasi alpha lebih mudah dalam mencari sebuah informasi. Segala sesuatu yang perlu mereka cari dan pelajari tersedia di internet dan banyak media yang mendukung mereka dalam meningkatkan pengetahuan. Ketiga, jiwa inovatif dan kreativitas yang tinggi. Dengan pesatnya perkembangan teknologi akan mendukung generasi alpha dalam menyalurkan jiwa ataupun pikiran kreativitas mereka dalam menciptakan sebuah inovasi teknologi terbaru.

Namun, dibalik keuntungan berupa dampak positif yang diperoleh, era revolusi industri 4.0 nyatanya memberikan dampak negatif bagi generasi alpha. Adapun dampak negatif perkembangan teknologi bagi generasi alpha diantaranya, pertama perkembangan teknologi menyebabkan generasi alpha tidak bisa lepas dari internet. Tidak bisa terlepas dari internet atau biasa disebut sebagai kecanduan menjadi dampak yang dapat dirasakan akibat dari adanya perkembangan teknologi di era saat ini. Generasi alpha sulit lepas dari internet dan gedget. Bahkan dalam waktu 24 jam generasi alpha tidak bisa jauh dari jangkauan internet. Hal ini karena aktivitasnya yang mengharuskan mereka menggunakan internet seperti pendidikan, sosial, hiburan dan kegiatan lainya. Sulit lepasnya generasi alpha dengan internet dapat dibuktikan dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengungkapkan bahwa presentase penduduk usia 5 tahun ke atas yang pernah mengakses internet dalam 3 bulan terakhir di tahun 2022 pada kelompok umur 5-12 tahun sebesar 12,43 persen. Kelompok umur ini menduduki urutan ke 3 setelah kelompok umur 25 ke atas yang memiliki presentase sebesar 58,63 persen dan kelompok umur 19-24 yang memiliki presentase sebesar 14,69 pesen (BPS, 2022). Kedua, generasi alpha cenderung tidak menghargai proses dan lebih menyukai sesuatu yang instan. Lahir dalam kondisi yang serba tersedia menjadikan generasi alpha malas berusaha dan lebih menyukai sesuatu yang instan. Ketiga, adanya perkembangan teknologi akan menyebabkan generasi alpha mudah stress dan depresi. Stress yang dialami generasi alpha sebagian besar disebabkan karena kecanduan gadget. Hal ini karena generasi alpha tidak bisa terlepas dari gadget. Kedekatan generasi alpha dengan gadget akan memberikan efek pada kehidupan dan pola pikir mereka.

Oleh karena itu untuk dapat mengatasi dampak negatif dari adanya perkembangan teknologi di era revolusi industri 4.0 maka generasi alpha perlu untuk selektif dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi. Disamping itu peran orang tua dalam mengtasi dampak negatif perkembangan teknologi bagi generasi alpha sangat diperlukan. Orang tua sudah seharusnya memberikan batas waktu dalam menggunakan gadget. Hal ini karena penggunaan gadget yang terus menerus akan memberika efek yang merugikan seperti kerusakan mata, stress, depresi dan kacanduan. Tidak hanya itu saja di era modern ini peran orang tua sangat penting dalam mengajari anaknya apa yang dianggap baik dan yang tidak baik dalam kehidupan bermasyarakat. Seperti contohnya orang tua harus memberikan pemahaman kepada anaknya mengenai pentinya bersosialisasi dan berhubungan baik dengan masyarakat. Hal ini sangat penting untuk diterapkan karena seperti yang telah dijelaskan bahwa salah satu karakteristik dari generasi alpha adalah memiliki sifat indivisualisme. Selain itu, interaksi aktif antara anggota keluarga juga menjadi upaya yang dapat dilakukan orang tua dalam mengatasi dampak negatif dari teknologi. Interaksi antar anggota keluarga akan menjadikan anak menyadari bahwa dirinya seorang pribadi yang memiliki jiwa sosial. Interaksi antar anggota keluarga inilah yang nantinya akan membentuk kepribadian seorang anak. Namun selain usaha orang tua dalam membatasi penggunaan teknologi perlu diingat bahwa saat ini merupakan era digitalisasi yang tidak hanya memberikan dampak negative tetepi juga memberikan dampak positif sehingga orang tua jangan terlalu mengekang anaknya menggunakan teknologi dengan dalih "kesehatan". Di era saat ini orang tua seharusnya melakukan komunikasi terbuka yang artinya orang tua harus memahami dan mengetahui kesukaan anak terhadap teknologi, karena era teknologi dapat dimanfaakan generasi alpha dalam menciptakan inovasi yang mampu untuk mengatasi permaslahan yang saat ini dihadapi.

Daftar pustaka

Anwar, F. (2022). Generasi Alpha: Tantangan dan Kesiapan Guru Bimbingan Konseling dalam Menghadapinya. Jurnal At-Taujih Bimbingan dan Konseling Islam, 5(2).

Badan Pusat Statistik. 2023. Presentase Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas yang Pernah Mengakses             Internet dalam 3 Bulan Terakhir Menurut Kelompok Umur (Persen), 2022.             https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/ODQwIzI=/persentase-penduduk-usia-5-tahun-            ke-atas-yang-pernah-mengakses-internet-dalam-3-bulan-terakhir-menurut-kelompok-  umur.html (Diakses pada tanggal 12 Juni 2022 pukul 06.05 WIB)

Fadlurrohim, I., Husein, A., Yulia, L., Wibowo, H., & Raharjo, S. T. (2019). Memahami Perkembangan Anak Generasi Alfa di Era Industri 4.0. Jurnal Pekerjaan Sosial, 2(2).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun