Mohon tunggu...
hayyawisnuviana
hayyawisnuviana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Transformasi Gizi Lokal: Kunci Melawan Pengaruh Globalisasi.

29 Desember 2024   18:17 Diperbarui: 29 Desember 2024   18:16 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosialisasi tentang Gizi di Komunitas RW XI Kalasan, Tambaksari, Surabaya. Sumber gambar : dokumen pribadi

Globalisasi telah membawa perubahan besar dalam gaya hidup masyarakat di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Salah satu dampak paling mencolok adalah perubahan pola makan yang dipengaruhi oleh tren global. Produk makanan cepat saji, minuman kemasan, dan makanan instan kini mendominasi pilihan konsumsi masyarakat, terutama generasi muda. Sayangnya, di balik kemudahan dan popularitasnya, makanan ini sering kali minim nilai gizi dan menjadi penyebab meningkatnya masalah kesehatan di masyarakat.
Namun, harapan masih ada. Program berbasis komunitas menjadi langkah strategis untuk mengatasi dampak negatif ini. Dengan pendekatan yang kreatif dan melibatkan nilai-nilai lokal, edukasi tentang pola makan sehat dapat menjadi benteng yang kokoh dalam menjaga kesehatan generasi mendatang.

Globalisasi dan Pergeseran Pola Konsumsi

Seiring globalisasi, akses terhadap produk impor semakin mudah. Banyak orang kini tergoda dengan makanan cepat saji yang terlihat menarik dan praktis. Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), konsumsi makanan olahan di negara berkembang, termasuk Indonesia, naik hingga 30% dalam lima tahun terakhir.

Hal ini menciptakan tantangan besar: Indonesia kini menghadapi masalah gizi ganda. Di satu sisi, masih ada anak-anak yang menderita kekurangan gizi. Di sisi lain, tingkat obesitas meningkat tajam, terutama di kalangan anak muda. Kedua masalah ini menjadi bukti nyata bahwa modernisasi tanpa edukasi yang tepat dapat berdampak buruk pada kesehatan masyarakat.

Inisiatif Lokal: Contoh Nyata dari RW XI Kalasan

Di tengah arus globalisasi yang deras, komunitas RW XI Kalasan di Tambaksari, Surabaya, menunjukkan bahwa perubahan dimulai dari lokalitas. Melalui program bertajuk "Healthy Food for Children", warga setempat berhasil mengedukasi anak-anak tentang pentingnya pola makan sehat dengan pendekatan kreatif dan interaktif.

Program ini memanfaatkan konsep sederhana "4 Sehat 5 Sempurna," yang diajarkan melalui berbagai kegiatan menarik seperti:
1.Sesi mewarnai: Anak-anak diminta mewarnai gambar makanan bergizi sambil mendiskusikan manfaatnya.
2.Diskusi interaktif: Dengan panduan fasilitator, anak-anak diajak berpikir kritis tentang pentingnya makanan sehat.
3.Simulasi pola makan: Anak-anak diajak membuat menu sehat sederhana bersama-sama, melibatkan bahan lokal seperti sayur dan buah.

Hasilnya, anak-anak tidak hanya memahami pentingnya makanan sehat, tetapi juga mulai mempraktikkan kebiasaan tersebut di rumah.

Tiga Strategi Utama Menghadapi Globalisasi

Keberhasilan RW XI Kalasan memberikan pelajaran penting bagi komunitas lain. Ada tiga strategi utama yang dapat diadopsi:
1.Kolaborasi Lokal
Melibatkan warga, tokoh masyarakat, dan anak-anak menciptakan rasa memiliki terhadap program. Ini juga membantu membangun solidaritas di antara anggota komunitas.
2.Edukasi Inklusif
Mengajarkan pola hidup sehat sejak usia dini adalah investasi jangka panjang. Edukasi berbasis komunitas melengkapi kurikulum formal yang sering kurang memberikan perhatian pada isu gizi.
3.Pemberdayaan Generasi Muda
Anak-anak yang memahami pentingnya kesehatan tidak hanya lebih peduli terhadap dirinya sendiri, tetapi juga menjadi agen perubahan di lingkungan sekitar.

Melestarikan Tradisi di Tengah Modernisasi

Meskipun globalisasi tak terhindarkan, masyarakat Indonesia dapat memanfaatkan modernisasi untuk memperkuat identitas lokal. Edukasi berbasis komunitas, seperti yang dilakukan di RW XI Kalasan, menjadi contoh nyata bagaimana kita bisa melindungi generasi muda dari dampak negatif globalisasi.

Melalui pendekatan ini, kita tidak hanya menjaga kesehatan fisik, tetapi juga memperkuat nilai-nilai budaya. Dengan mengedepankan bahan pangan lokal seperti sayur, buah, dan rempah-rempah, masyarakat dapat tetap bersaing di dunia global tanpa kehilangan akar tradisionalnya.

Kesimpulan: Bergerak Bersama untuk Masa Depan yang Sehat

Globalisasi menawarkan banyak peluang, tetapi juga membawa tantangan besar. Dengan memperkuat edukasi gizi melalui komunitas lokal, kita bisa menciptakan generasi yang tidak hanya sehat secara fisik, tetapi juga memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga nilai-nilai lokal di tengah modernisasi.

Langkah kecil seperti program di RW XI Kalasan adalah bukti bahwa perubahan besar selalu dimulai dari aksi sederhana. Kini saatnya kita bergerak bersama, menjaga kesehatan generasi muda, dan memastikan bahwa globalisasi tidak menggerus identitas kita sebagai bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun