Kini kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan di dalam ruang kelas, namun kegiatan pembelajaran pun dapat dilakukan di luar kelas. Pembelajaran di luar kelas tersebut dapat secara langsung mengajak siswa untuk belajar melalui pengamatan dan pengalaman mereka sendiri untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari sebelumnya.Â
Pengamatan dan pengalaman dapat diperoleh dengan mengajak siswa untuk melaksanakan sebuah field trip atau karya wisata. Field trip merupakan sebuah metode pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar ke luar kelas dengan mengunjungi suatu tempat untuk melihat, mendengar, dan merasakan objek yang telah mereka pelajari. Hal ini selaras dengan pendapat Yuliati T. & Martuti N. K. T., (2014) dalam (Bramasta, D., & Irawan, D., 2021) yang menyatakan bahwa field trip merupakan metode pembelajaran yang mengajak siswa untuk dapat terjun langsung ke lokasi yang sesuai dengan materi yang di pelajarinya.
Metode field trip dapat diselenggarakan untuk setiap jenjang kelas dalam sistem pendidikan, baik TK, SD, SMP, dan SMA. Namun, dalam penyelenggaraan field trip ini tentunya akan berbeda di setiap jenjangnya. Hal ini dikarenakan pada setiap jenjang kelas memiliki perbedaan usia, sehingga di masing-masing kelompok usia tersebut akan memiliki tujuan pembelajaran tersendiri sesuai dengan tahap perkembangan anak. Sebagaimana pendapat Hasanah, U. (2016) yang menyatakan bahwa anak memiliki karakteristik sendiri sesuai dengan tahapan usianya.Â
Di jenjang Sekolah Dasar, kegiatan field trip ini dapat dilakukan secara berkelompok dan juga dapat dilaksanakan di semua kelas, yaitu dari kelas rendah (kelas 1 SD - 3 SD) hingga kelas tinggi (kelas 4 SD - 6 SD). Namun, dalam penyelenggaraan field trip di Sekolah Dasar pun perlu dibedakan pada setiap jenjang tingkatan kelas. Hal tersebut bertujuan agar pelaksanaan field trip dapat disesuaikan dengan perkembangan dan karakteristik siswa SD serta tujuan pembelajaran agar dapat tercapai.Â
Kegiatan field trip kelas rendah (kelas 1 SD - 3 SD) dapat dilaksanakan secara sederhana dan lebih difokuskan pada kegiatan belajar yang menyenangkan seperti berkunjung ke rumah pintar, mini zoo, atau berkunjung pada suatu perkebunan yang dapat melibatkan anak secara langsung untuk belajar. Sedangkan pada kelas tinggi (kelas 4 SD - 6 SD) kegiatan field trip dilaksanakan dengan sedikit lebih berat dari kelas bawah, yaitu dengan mulai menghubungkan antara pelajaran yang telah diperoleh di sekolah dengan kegiatan yang ada di lapangan, seperti berkunjung di museum dan lain sebagainya.
Dengan adanya kegiatan pembelajaran melalui penerapan metode field trip tersebut, siswa dapat melihat hal yang telah mereka pelajari secara konkret, sehingga dapat menumbuhkan motivasi mereka untuk terus belajar. Hal ini sependapat dengan Fitriya, A. (2022) yang menyatakan bahwa melalui karyawisata dapat menumbuhkan minat dan rasa ingin tahu anak terhadap sesuatu, karena anak dapat melihat secara langsung dalam bentuk nyata. Dalam kegiatan field trip ini juga telah mengimplementasikan aktivitas belajar aktif bersama dengan siswa, sehingga secara langsung siswa dapat belajar melalui pengalamannya sendiri.Â
Selain itu, adanya kegiatan field trip dapat membantu siswa untuk berinteraksi dan belajar bersosialisasi dengan sesama. Â Hal ini didukung pada teori perkembangan Vygotsky dalam Fitriani, F., & Maemonah, M. (2022) yang menyatakan bahwa anak dapat mempelajari beberapa konsep melalui pengalamannya sendiri melalui interaksi sosial. Oleh karena itu, kegiatan field trip ini dapat memberikan dampak positif bagi kemampuan sosial anak. Penerapan metode field trip dalam pembelajaran ini juga berdampak positif dalam memberikan pengalaman belajar yang realistis kepada anak, sehingga anak dapat memperoleh pembelajaran yang bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
Bramasta, D., & Irawan, D. (2021). Peningkatan Pemahaman Mahasiswa pada Mata Kuliah Perkembangan Masyarakat dan Budaya dengan Metode Field Trip. Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Sekolah Dasar (JP2SD), 9(1), 1-15. https://ejournal.umm.ac.id/index.php/jp2sd/article/view/13256
Fitriya, A. (2022). Penggunaan Metode Karyawisata Dalam Meningkatkan Kemampuan Sosial Anak Usia Dini Di RA Al Azhar Kabupaten Jember. Childhood Education: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 3(2), 159-180. http://ejournal.kopertais4.or.id/tapalkuda/index.php/CEJ/article/view/4694
Hasanah, U. (2016). Pengembangan kemampuan fisik motorik melalui permainan tradisional bagi anak usia dini. Jurnal pendidikan anak, 5(1). https://journal.uny.ac.id/index.php/jpa/article/view/12368
Fitriani, F., & Maemonah, M. (2022). Perkembangan Teori Vygotsky dan Implikasi Dalam Pembelajaran Matematika Di Mis Rajadesa Ciamis. Primary: Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 11(1), 35-41. https://primary.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPFKIP/article/view/8398
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H