Mohon tunggu...
Hayati Rizki Putri
Hayati Rizki Putri Mohon Tunggu... -

Saya menemukan kedamaian dalam kesibukan. twitter: hayputrii

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tidak Apa-apa Jadi Badut, Asal Tidak Jadi Peminta-Minta

4 Agustus 2013   23:23 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:37 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Saat orang-orang sudah duduk manis di warung-warung makan. Menunggu waktu berbuka tiba. Seorang hamba Allah masih sibuk bekerja. Apakah ada yang memedulikannya?

Hanya sekedar berbagi.

Sore itu saya sekeluarga, papah mamah dan kedua adik saya berencana untuk buka bersama keluarga besar dari pihak mamah di kota sebelah. Karena kami berangkat cukup terlambat, papah memacu kendaraan lebih cepat. Pemandangan biasa pun berkelabatan dari jendela mobil yang hari itu tumben bersih. *soalnya papah mau bukber bareng teman-teman sejawatnya, jadi sebelum berangkat si irang di mandiin dulu. Kkeke*.

Pemandangan itu berupa warung-warung makan yang dipenuhi orang-orang yang siap berbuka. Aduh, ramai sekali tempat-tempat itu. Sudah kaya antrian BBM menjelang harga di naikkan saja. Di tengah perjalanan itu, ada pemandangan mengharukan sekaligus menyentuh yang membuat kami sekeluarga tercenung. Lima belas menit sebelum buka, seorang entah laki-laki atau perempuan, dengan kostum badut teletubis dengan pantat besar dan tentu berat, berjalan di pinggir jalan dekat warung yang penuh sesak itu sambil menjajakan balon pada orang-orang di samping jalan.

Kostum badutnya itu sudah tidak berwarna cerah, sudah kusam dan kumal. Warnanya mungkin awalnya kuning, tapi sekarang sudah berubah jadi coklat. kostum itu pasti berat, karena ukurannya cukup besar. Belum lagi panas dan pasti pengap sekali memakainya. Dan juga sulit untuk bernafas secara normal. Tapi orang itu berjalan dengan santai dan somehow saya merasakan dia menguarkan perasaan riang gembira.

Balon yang ia jual tersisa dua, berwarna kuning dan bentuknya oval. Saya tebak harganya seribu rupiah, paling mahal mungkin dua ribu rupiah. *saya tidak tahu karena tidak pernah beli*. Tapi itu tipikal balon tipis yang mudah pecah dan cuma di sangga semacam sedotan tebal. Untungnya, saat kami melintas itu ada orang naik motor yang beli, dan orang berkostum badut tadi mendatanginya dengan senang. Ia buru-buru menghampirir dan menyerahkan balon dengan sedikit membungkuk tanda hormat, juga khas dengan goyangan tubuh yang menunjukkan keceriaan dari kostum yang dipakainya.

Secara alami, kesedihan menelusup di hati saya. Ah, di saat kami mengejar waktu untuk berbuka. Makanan lezat dan kebersamaan sudah menunggu dan siap. Sedangkan orang tersebut, jangankan memikirkan makanan apa buat buka. Di waktu-waktu krusial itu saja dia masih bekerja. Dan kerjaannya bukan termasuk ringan pula.

Saat saya menyerukan rasa prihatin itu, papah tersenyum mendengar saya, dan sambil menatap jalanan lurus di depan beliau berkata.

“Orang itu hebat.”

“Kenapa?” tanya saya.

“Dia mau bekerja apa saja asalkan tidak menjadi peminta-minta.”

Ya, benar sekali. Orang itu mau melakukan pekerjaan berat dan tidak biasa, mau menanggung panas, penat dan lelah. Bayangkan saja, saya pernah juga liat dia berjaja balon di jalanan yang lain yang jaraknya tidak dekat. Jarak tempuhnya jauh, kostumnya berat, duit hasil jualannya sedikit, tapi dia mau melakukannya, demi tidak jadi peminta-minta.

Berapa banyak orang di dunia ini yang melakukannya? Astaga jangankan di dunia. Di negeri gemah ripah loh jinawi ini saja fenomena miris terjadi setiap tahunnya. Banyak yang menjadi pengemis dadakan saat bulan ramadhan tiba. Tapi tidak banyak yang mau melakukan usaha nyata untuk mendapatkan rezeki yang halal.

Mendapatkan uang memang enak, apalagi mau hari raya, pasti banyak persiapan untuk merayakannya. Tapi mencari uang dengan cara yang halal dengan usaha yang tidak mudah itulah yang patut di acungi jempol. Bagi orang berpendidikan dan cerdas mungkin bisa mengandalkan ‘ilmu’nya. Tapi bagi masyarakat menengah kebawah yang tidak punya apa-apa selain tenaga dan kemauan, hal-hal sederhana seperti berjualan balon adalah salah satu dari sedikit pilihan pekerjaan ‘non minta-minta’ yang bisa dilakukan.

Seandainya yang berilmu dan mampu lebih mau membantu yang kurang, keadaannya pasti akan jadi lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun