Mohon tunggu...
Hayati Rizki Putri
Hayati Rizki Putri Mohon Tunggu... -

Saya menemukan kedamaian dalam kesibukan. twitter: hayputrii

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Hingga Kita Menua

5 Agustus 2013   03:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:37 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hai cinta, lama sekali kita tidak bersua. Mereka bilang kau ada di sini bersamaku. Mereka bilang aku menyimpanmu. Hanya saja, aku benar-benar curiga. Mereka tidak mengenalku sebaik itu.

Hai cinta, bagaimana rupamu sekarang? Apakah masih menyebalkan seperti dulu. Membuatku menjadi gadis penunggu. Menunggu telpon yang tak kunjung berdering, pesan yang tak kunjung di balas, dan pertemuan yang tak sesuai harapan? Kekecewaan menenggelamkan pujianku padamu. Hingga, tak ada yang tersisa selain pertemuan itu sendiri. Yang akan tertimbun bersama kenangan-kenangan lama. Bertumpuk, berdebu, dan perlahan lupa.

Cinta, hidupku lebih baik sekarang, tanpamu. Kau tidak perlu tahu sebenarnya. Hanya saja, semua rasa yang kukira tak mampu kutanggung tanpamu ternyata tidak menggangguku. Aku tanpamu, tapi ku tak sendiri.

Kau tidak di sisiku, tapi aku baik-baik saja.

Hanya saja cinta, kadang cemburu menelusup di hatiku. Bukan, bukan cemburu padamu. Tapi pada orang lain yang saling menggenggam dan bertegur sapa. Berbicara dan memahami. Aku cemburu pada yang muda dan melakukan itu.

Tapi pasangan-pasangan beruban yang duduk manis di depan rumah mereka. Menyesap kopi dan membicarakan anak cucunya, membuatku lega. Bahwa cemburuku sia-sia. Tak mengapa, akan ada yang lebih baik menunggu di ujung sana.

Cinta, aku tak lagi mengharapkan kata rayu gombal romantis yang dibisikkan di telinga. Atau perbincangan tanpa henti di telepon antar kota.

Yang kutunggu hanya sosokmu yang percaya diri dan santun yang berbincang dengan orang tuaku. Yang menyayangi mereka seperti aku menyayangimu. Yang kutunggu bukan badan bagus dan wajah tampan yang berdiri di sisiku. Cukuplah punggung tegap dan lengan kuat yang mau menggendong adikku saat mereka berlari menyambutmu.

Cinta, terlalu dini bagiku untuk mengharapkan sosok seperti itu. Hanya saja, perempuan ini menunggu cinta suci yang di berkahi Illahi. Bukan lagi singgungan penuh dosa dan sia-sia.

Cinta, cerita khas remaja bisa terjadi di mana saja. Tapi kuharap, kau datang dalam bentuk yang berbeda. Suami yang mencintaiku karena-Nya. Yang menggandeng tanganku di bawah sinar matahari hingga cahaya keemasan itu menyinari kulit keriput dan mengilaukan uban kita berdua.

Sampai berjumpa cinta...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun