Pagi itu Rizal bergegas keluar rumah karena jam sudah menunjukkan angka 06.10 WIB. Seperti biasanya ia memiliki tugas rutin mengantar anak-anaknya sekolah sambil berangkat kerja. Kebetulan kantor tempat bekerja satu jalur dengan sekolah anak-anaknya. Karena sudah tidak memiliki asisten rumah tangga maka semua urusan pekerjaan harus dilakukan sendiri. Berbagi tugas dengan isterinya dalam melaksanakan tugas sehari-sehari.
Mentari sudah semakin tinggi menampakkan senyumnya. Sinarnya yang hangat mengusir dinginnya udara pagi hari. Setengah berlari ia membuka pintu gerbang rumah untuk mengeluarkan kendaraannya. Sambil memanggil anak-anaknya agar segera keluar rumah ia tak lupa menutup pintu garasi. Disaat itu tiba-tiba muncul seorang nenek bernama mbah Mariyem. Ia seorang nenek tua renta yang berusia lebih dari 80 tahun. Rumahnya sekitar 300 meter dari rumah Rizal. Bisa dikatakan tidak terlalu jauh dan tidak pula terlalu dekat karena terhalang pemukiman penduduk yang lumayan padat meski di kampung.
Dengan langkah yang agak terseok-seok ia datang menghampiri. Sambil mendekat lalu menyapa.
"Nak....sudah mau berangkat ya".
"Iya nek...",jawabnya singkat.
Ada apa ya nek ?".imbuhnya.
Sang nenek maju selangkah mendekati Rizal. Kedua tangannya menyodorkan sebuah bakul. Dengan sedikit ragu ia menerima bakul tersebut. Bakul kecil yang terbuat dari anyaman bambu yang sudah usang dan lusuh. Pada beberapa bagian pojoknya tampak lepas karena rusaknya pengikat.
Seraya menahan perasaan kaget bercampur sedikit penasaran Rizal membuka penutup bakul sambil bertanya.
 "Apa ini nek ?"
Nenek menjawab dengan semangat. "Itu ada sedikit beras nak "
Rizal melihat beras didalam bakul yang terlihat agak sedikit kecokelatan. Tampak pula ada campuran sedikit pasir. Jika ditimbang kemungkinan tidak sampai kilogram beratnya.