Mengingat tahun 2023 menjadi  tahun yang bisa dikatakan bersejarah dan sangat berarti. Masa yang benar-benar berkesan dan tak akan terlupakan. Serasa dapat pencerahan luar biasa.  Tahun yang sangat berarti dalam sejarah hidup dimana saya mulai merambah dunia literasi, dunia yang identik dengan tulis menulis. Bagi saya merupakan dunia baru yang penuh tantangan namun mengasyikkan.
Sebenarnya saya sudah mulai menulis sejak 2022 namun lebih karena tuntutan tugas matakuliah. Membuat makalah dan artikel ilmiah sesuai petunjuk dosen pengajar. Â Namun diluar itu sejatinya seringkali muncul ide,gagasan ataupun tema yang muncul dan mengganggu pikiran. Dorongan untuk mengungkapkan pikiran dalam bentuk tulisan sudah mulai tampak namun belum begitu kuat. Untungnya setiap ada ide,gagasan, judul ataupun tema selalu saya sempatkan menyimpan dalam file. Seakan insting saya berkata suatu hari saat sudah siap ini akan menjadi bahan tulisan.
Dan benar saja, pada bulan April 2023 tiba-tiba muncul niat membuat tulisan. Awal munculnya keinginan itu bukan tanpa sebab. Salah satu pemicunya arena mendapat "cambuk sakti" dari salah satu dosen saat proses perkuliahan. Beliau menyampaikan sangat jarang pegawai struktural yang mau dan mampu menulis. Saya waktu itu tidak tersinggung akrena itu benar adanya. Namun saya punya tekad saya akan membuktikan bahwa kuliah bukan sekedar formalitas niat betul-betul mencari ilmu. Salah satu bukti keseriusannya adalah harus bisa membuat karya tulis dan berprestasi. Lalu mulailah membuat konsep tulisan mengambil tema sesuai dengan tusi pekerjaan.Â
Tulisan pertama  saya dimuat di majalah Mimbar Pembangunan Agama (MPA) Jawa Timur pada bulan Mei. MPA adalah majalah bulanan milik Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur untuk seluruh warga Kementerian Agama se Jawa Timur. Setiap naskah harus melalui seleksi dari sekian tulisan yang dikirim ke tim redaktur. Jika lolos masih harus rela antri terlebih dahulu.
Luapan perasaan bercampur aduk antara senang, tidak percaya dan bangga atas terbitnya karya perdana tersebut. Berawal dari situ mulai sedikit tumbuh rasa percaya diri dan terdorong untuk menulis lagi. Dua sahabat ikut memberikan motivasi yang luar biasa. Satu sahabat kenal dalam suatu acara. Beliau dosen,sejarawan,budayawan dan penulis yang sudah memiliki banyak buku. Waktu itu beliau menjadi narasumber kegiatan bimtek menulis artikel bertema lokalitas. Memanfaatkan waktu kosong sebelum acara dimulai sekedar berbincang basa basi berubah menjadi obrolan yang serius namun tetap dalam suasana keakraban.
Satu sahabat lagi juga seperti kebetulan perkenalannya. Kenapa saya gunakan kata "seperti" karena sebenarnya didunia ini tidak ada yang kebetulan. Semua sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Perkenalan bermula dari bermain tennis lapangan bersama. Disela istirahat mengobrol ringan ssampai membahas pekerjaan , keluarga, pendidikan dan hobbi. Beliau salah seorang Widyaiswara yang juga seorang penulis buku. Karyanya sudah cukup banyak yang membuat saya terkagum-kagum. Dalam hati berkata kapan saya bisa sepertinya bisa punya buku.Motivasi dan dukungan kedua sahabat itu benar-benar membuat saya selangkah lebih berani untuk tidak berhenti dan terus belajar. Â
Di penghujung bulan April tiba-tiba mendapat informasi akan ada lomba penulisan feature sejarah tentang kota Blitar. Antara ragu dengan kemampuan sendiri namun di sisi lain juga ada rasa penasaran ingin uji nyali dan  ingin menambah pengalaman. Terjadi kecamuk perang batin antara iya dan tidak.  Akhirnya mengambil dengan keputusan harus berani mencoba, kalau tidak sekarang kapan lagi. Kesempatan tidak akan pernah datang dua kali.
Perjuangan yang bagi saya sangat tidak mudah sebagai pemula. Faktor substansi yang belum saya kuasai ditambah dengan minimnya pengetahuan dalam dunia literasi. Kekurangan itu tidak menyurutkan semangat untuk terus melangkah. Maka tak  ada jalan lain kecuali harus berburu referensi untuk lebih mengenal "makhluk" yang bernama feature sejarah itu seperti apa . Faktor kesulitan lain yang sempat mencoba menghadang adalah waktu. Pada saat yang bersamaan harus menyelesaikan tugas-tugas matakuliah berupa tugas mandiri menyusun makalah ataupun artikel untuk presentasi.
Memasuki Mei kisaran pertengahan bulan mendadak ada panggilan tugas harus dinas luar. Selama satu minggu lamanya berkutat di Balai Diklat Keagamaan Surabaya untuk mengikuti pelatihan penguatan penggerak moderasi beragama seJawa Timur khusus eselon IV. Disela istirahat khususnya pada malam hari disaat teman-teman sekamar terlelap karena kelelahan saya justeru memainkan jari jemari diatas lap top. Selain melanjutkan konsep naskah untuk lomba feature sejarah juga harus membuat tugas semacam makalah berupa best practice dari dosen/Widyaiswara tentang implementasi moderasi beragama di daerah masing-masing.
Bukan bermaksud menyombongkan diri, namun tugas best practice tidak terlalu sulit mengingat moderasi beragama di Kantor Kementerian Agama Kota Blitar sudah diimplemntasikan. Sayapun sudah mempunyai konsep artikel tentang moderasi beragama di lembaga pendidikan yang secara tidak terrencana menulisnya. Dari sini saya menyadari betapa pentingnya kita membiasakan menulis tentang apa saja dan jangan pernah menghapus tulisan yang dianggap kurang sesuai saat itu. Akan lebih baik dicopy file siapa tahu suatu hari nanti akan diperlukan.
Hasil tulisan sederhana itu ditambah penilaian keaktifan dalam kelas saat berdiskusi menghantarkan meraih  penghargaan sebagai terbaik 2. Ini diluar dugaan dan tidak pernah menjadi target. Semuanya berjalan dan mengalir begitu saja. Reward ini semakin mendorong saya untuk segera menyelesaikan konsep naskah feature yang harus terkirim ke panitia  paling akhir tanggal 2 Juni.
Empat hari setelah perayaan hari ulang tahun saya  tepatnya 24 Mei tulisan yang kedua dimuat di media online yakni website Direktorat Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama Republik Indonesia. Semakin menambah motivasi untuk mencoba mengirim tulisan lagi. 20 Mei adalah hari kelahiran saya yang kebetulan bersamaan dengan peringatan  hari kebangitan nasional. Maka dari itu saya menyebutnya sebagai hari kebangkitan dalam hidup saya dalam berliterasi dan memulai belajar menulis .Â
Tulisan ketiga saya sebenarnya saya kirimkan ke media online Kompas namun karena satu dan lain hal belum lolos verifikasi dari tim redaktur. Karya itu akhirnya saya upload di blog Kompasiana sekaligus menjadi penanda 29 Mei awal  bergabung di media ini.
Pertengahan Juni mendapat kejutan yang benar-benar diluar dugaan. Panitia lomba feature memberitahukan berita acara hasil penilaian lomba. Karya berjudul "Kantor Kementerian Agama Kota Blitar dalam Perspektif Sejarah" meraih penghargaan sebagai pemenag terbaik 3. Kemenangan ini bukan saja milik pribadi melainkan juga untuk institusi tempat saya bernaung.
Sejak saat itulah semangat belajar menulis terus berkobar meski masih dengan segala keterbatasan. Mencoba terus menulis dan mengirim karya ke majalah MPA Jatim juga ke website Direktorat Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama Republik Indonesia pada bulan September dan November.
Menulis bukan hal yang gampang namun  bukan pula hal yang sulit. Menulis adalah keterampilan yang harus dilatih dan diasah. Siapapun bisa menulis asal ada kemauan untuk belajar. Setidaknya itulah pelajaran yang saya dapatkan dari pengalaman .Terima kasih Kompasiana.... salam literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H