Mohon tunggu...
Haykal Assegaf
Haykal Assegaf Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa Teknik Perkapalan, Universitas Diponegoro

Hallo, Saya Haykal Assegaf, Mahasiswa Universitas Diponegoro, bagi saya menulis akan membuat pengetahuan apa yang sudah pernah saya dapatkan bisa menjadi lebih banyak yang mengetahui dan semakin banyak manfaat yang bisa diperoleh, karna dengan menulis membuat dirimu menuju keabadian.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pengembangan Transportasi Publik di Tangsel, Tidak Selalu Butuh Anggaran Besar!

20 Agustus 2023   08:00 Diperbarui: 20 Agustus 2023   11:29 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kolaborasi dengan Operator Transportasi Publik juga bisa menjadi opsi, agar wilayah Kota Tangerang Selatan Terjamah Transportasi Publik yang mencakupi wilayahnya, seperti memperbanyak rute feeder Transjakarta yang beroperasi di Kota Tangerang Selatan, ataupun berkerjasama dengan pihak pengembang kawasan dalam melakukan penambahan rute secara masif seperti bus kawasan Bintaro jaya atau BSD Link, dan bisa dengan sekema kerjasama dengan operator swasta yang hari ini digunakan oleh Transjakarta. sehingga pemerintah bisa menggarkan Subsidi Tarif dan membangun fasilitas pendukung.

Reroute solusi awal menghindari Konflik 

Reroute menjadi opsi kedua dalam mengindari pertemuan antara transportasi lokal (Angkot) dengan Transjakarta atau apapun Transportasi umum nantinya, seperi pada kasus Transjakarta S41  rute Pondok Cabe-Tanah Abang, dimana terdapat konflik antara Angkot dengan Transjakarta karena saling mengambil wilayah operasi.

Agar konflik dalam pengembangan transportasi publik bisa terhindarkan, maka perlu di lakukan re route dan membuat fungsi Angkot sebagai Feeder, dimana Angkot 106 bisa mengambil penumpang lebih masuk kedalam Jalan Talas II - Talas I - jalan Purnawarman, di Pondok Cabe, sehingga bisa mengambil penumpang di wilayah jalan tersebut, dan sebagai feeder ke transjakarta yang menggunakan jalan pondok cabe raya.

Dan memiliki potensi peningkatan penumpang bagi Angkot 106, karena melintasi pemukiman warga dan tempat kegiatan warga, sehingga reroute ini menjadi solusi atas konflik yang ada, dan ini bisa di terapkan nantinya apabila di rute oprasional transportasi publik berbasis bus tersinggung dengan rute angkot.

Dari hal ini juga membuat ketercakupan transportasi publik di Kota Tangerang selatan akan semakin luas, dan Angkot kembali menjadi primadona warga dalam berpegian dibandingkan menggunakan ojek online nantinya

Opsi Re-Route Angkot 106 (openstreetmap.org )
Opsi Re-Route Angkot 106 (openstreetmap.org )

Setelah Tegas, Kolaborasi dan Reroute, saatnya Mengajak warga kota

Setelah melakukan berbagai langkah yang "Minim" anggaran ini, Pemerintah Kota sudah selayaknya mengajak warga uuntuk menaiki transportasi publik sebagai Last/First Mile menuju pusat transportasi publik, seperti Stasiun, Halte atau Terminal, dengan melakukan contoh dan menyediakan fasilitas pendukung yang ramah untuk penjalan kaki dan ruang untuk transit antar moda transportasi.


Sehingga Hal ini semua ada di tangan pemerintah Kota Tangerang Selatan, apakah mau merubah warganya menaiki transportasi pubik yang akan mengurangi kemacetan dan polusi kendaraan atau masih mau tetap seperti ini ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun