Penggunaan EM secara umum adalah pada bidang pertanian dan pengelolaan lingkungan. Manfaat EM di kedua bidang tersebut telah dilaporkan di banyak negara dan dipresentasikan pertama kali secara luas pada International Conferences of IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movements) tahun 1987 dan the International Conferences on Kyusei Nature Farming tahun 1989.
Penggunaan EM pada awalnya adalah untuk pertanian khususnya untuk meningkatkan produktivitas sistem pertanian organik. Pada saat itu EM diaplikasikan langsung pada bahan organik yang diberikan di lapangan atau pada kompos untuk mengurangi waktu yang diperlukan dalam mempersiapkan pupuk biologis. EM juga diberikan dalam bentuk Bokashi yang terbuat dari limbah seperti jerami, serbuk gergaji dengan campuran kaya nitrogen seperti tepung ikan, beras dan gandum.
Secara umum pembuatan kompos dapat dilakukan dengan berbagai cara, dan konsep dasar dari masing-masing cara tersebut adalah sama. Adapun prosedur umum yang dilakukan adalah persiapan, penyusunan tumpukan, pemantauan suhu dan kelembaban tumpukan, pembalikan dan penyiraman, pematangan, pengayakan kompos serta pengemasan dan penyimpanan. Dalam pembuatan kompos/bokashi tersebut, potensi bahan bakar berupa daun dari berbagai jenis tumbuhan bawah dapat menjadi bahan utama yang diusahakan waktu pengomposannya dipercepat dengan bantuan teknologi EM .Â
Kelompok 14 KKN UPI mengadakan praktek langsung mengenai pembuatan pupuk kompos yang dihadiri oleh Kepada Desa Cikidang. Setelah pelaksanaan praktek pembuatan pupuk, Kelompok 14 KKN UPI juga mengadakan diskusi bersama kepala desa mengenai permasalahan apa saja jika program pupuk kompos ini berjalan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H