Isabel mengatakan, "Tunjukkan bahwa Anda memahami perasaan anak dan membantu mereka memberi label pada emosi. Memvalidasi emosi berarti memberi tahu mereka bahwa apa yang dirasakan adalah wajar."
Tanyakan selalu perasaan anak. Setelah mereka memberi tahu Anda apa yang terjadi, pastikan bahwa perasaan mereka benar. "Seiring berjalannya waktu, mereka akan semakin percaya pada setiap perasaan yang mereka alami," tambahnya lagi.
3.Jangan Abai Pada Perilaku Narsis Anak
Jangan biarkan anak menangis di tempat umum karena tidak mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Sebaliknya, bantu mereka keluar dari situasi. Isabel mengatakan bahwa orang tua harus membantu anak mengatasi kesulitan dengan mengajukan tiga pertanyaan: "Apa yang terjadi?" "Bagaimana perasaanmu?" dan "Menurutmu, bagaimana orang-orang memandangmu saat ini karena reaksimu?"
Isabel menambahkan bahwa orang tua harus membantu anak-anak belajar kesadaran sosial dan empati daripada menerima disfungsi emosional. Ada banyak pilihannya. Isabel mengatakan, "Jika ada hal buruk dalam film yang ditonton bersama, tanyakan kepada anak-anak apa yang mereka pikirkan tentang perasaan karakter-karakter tersebut."
Menurutnya, "Jika mereka mengatakan, "Mereka sedih atau marah," maka tingkat EQ anak mulai berkembang. Namun, jika anak tidak memedulikan perasaan karakternya, ada sesuatu yang salah."
Bagaimana menurut kamu? Tulis pendapat kamu di kolom komentar ya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H