Mohon tunggu...
Tuwi Haydie
Tuwi Haydie Mohon Tunggu... -

Amatir yang terus belajar menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Politik

Euforia Raja Salman dan Kalimat Bijak Jokowi

15 April 2017   18:04 Diperbarui: 16 April 2017   03:00 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sewaktu terjadi kunjungan dari Raja Arab,Kita mungkin ada yang berpersepsi sama mengenai tata cara penyambutan, kenapa euforia itu berlebihan dan tidak mencerminkan ke-Indonesia-an?

Kini banyak pihak yang sedikit kecewa dengan hasil yang di dapat atas investasi Negeri Arab terhadap kita (Indonesia). apakah kita harus menyalahkan tata cara penyambutan, sama sekali tidak ada yang salah atas penyambutan, hanya saja mungkin berlebihan (sambutan tersebut sudah melebihi segalanya tak kurang suatu apapun).

Seperti kita ketahui Investasi Raja Salman di Indonesia hanya di kisaran US$6 miliar atau sekitar Rp.89 triliun (dengan kurs Rp13.300), dan untuk investasi di China mereka (Raja Arab) menggelontorkan US$65 miliar atau sekitar Rp.870 triliun.

Amazing wise words (kalimat bijak) dari Presiden Joko Widodo yang mengatakan perlunya introspeksi atas apa yang terjadi "mengapa Raja Salman hanya menginvestasikan jumlah yang sedikit di banding China."

kita sampaikan dalam forum yang santai dan cair, guyonan.tapi apapun, memang investasi di Tiongkok lebih besar dan itu harus menjadi instropeksi kita, koreksi kita, kenapa kita tidak bisa meraih jumlah yang lebih," Jokowi.

Bukan persoalan mudah untuk menerima investasi jika kita sendiri sebagai bangsa Indonesia belum siap menerima investasi tersebut, tentunya pihak yang akan menginvestasikan dananya akan memandang faktor-faktor yang dirasa menunjang bentuk investasi tersebut (fairness and legal certainty as well as legal political advantage).

Dan berlebihan penyambutan yang saya sampaikan di atas adalah, karena kita tidak menyadari "perlunya persiapan untuk menerima investasi." tidak salah jika Jokowi mengatakan "intropeksi."

Intropeksi pertama mencakup persiapan payung hukum yang jelas untuk para investor, keadilan untuk para investor, dan iklim politik yang dirasa nyaman untuk investor, karena hal itu berkaitan dengan nila imbal balik atas investasinya di Indonesia. Negara Arab sendiri merasa perlu melakukan investasi untuk memperbaiki perekonomian di negaranya, (mencari bisnis di luar negeri).

Kapan kita siap menerima investasi dan kapan investor siap menanamkan dananya di Indonesia? Parameter itu hanya kita (elemen pendukung pemerintahan, menteri dan para birokrat) yang harus bisa merumuskan pentingnya intropeksi dan melakukan pembenahan-pembenahan di segala bidang. selagi itu belum bisa dan masih terkotak-kotak, kecil kemungkinan Indonesia akan menerima investasi besar dari negara lain. dan yang tidak kalah pentingnya, setelah semua terbenahi ada hal penting lainya, diantaranya adalah diperlukannya pelobi handal untuk melobi negara-negara kaya.

euforia kunjungan Raja Salman hanyalah sedikit dari contoh banyaknya euforia berlebihan yang tanpa ada persiapan atas euforia tersebut. bagaimana jika kedepan kita (Pembantu Presiden dan para birokrat) menyiapkan dengan mental yang sudah terevolusi agar kita siap mempertanggungjawabkan atas euforia tersebut. bukankah Revolusi Mental yang di canangkan Presiden adalah (sudah) mencakup segala aspek.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun