[caption caption="Haydie kompasiana/Dokpri"][/caption]
Seperti pernah saya tuangkan dalam sebuah analisa. bahwa Ridwan Kamil bukan lawan Ahok, dan Ahok bukan Lawan Ridwan Kamil dalam Pilkada DKI Jakarta 2017. setelah para politisi dan pengamat berpolemik secara liar, akhirnya Ridwan Kamil memberikan keterangan jika dirinya tidak akan maju dalam Pilkada DKI Jakarta kelak, "bukan takut kalah, namun karena sesuatu hal.'dan tidak ingin menyakiti orang," kutipan keterangan Ridwan Kamil dalam permohonan maafnya karena tidak maju dalam Pilkada DKI Jakarta, lalu menambahkan juga atas saran-saran kolega, termasuk di dalamnya perbincangan dengan Presiden Jokowi.
menarik mencermati ke "Jakarta tapi tidak ke Jakarta", point penting tidak ingin menyakiti orang dan karena sesuatu hal.dalam kesempatan lain kepada media RK juga menyebut "setelah berbincang dengan Presiden." apapun yang mereka perbincangkan menjadi urusan mereka, satu hal yang pasti, Jokowi menyukai pemimpin daerah yang bersih dan kreatif. entah itu Ahok,Ridwan Kamil ataupun Risma. terlihat sekali Jokowi memberikan apresiasi terhadap mereka,
Hal yang mengundang tanya adalah, Ridwan Kamil tidak dapat mengungkapkan sesuatu hal tersebut menjadi gamblang. [berhenti dalam kalimat dan tersimpan di lubuk hatinya,] dan siapa saja kah yang akan tersakiti jika Ridwan Kamil maju dalam Pilkada DKI.? [di luar masyarakat Bandung.] menurut Ridwan Kamil, memenangkan Pilkada DKI Jakarta bukan sesuatu yang mustahil, jika Ridwan Kamil berusaha memberikan alasan-alasan yang tepat dalam permohonan maafnya,namun tidak mencapai titik klimaks sebuah pernyataan,[baca : ada yang tersembunyikan.] adakah rencana hebat dari Ridwan Kamil selain DKI 1 ? atau adakah tawaran yang lebih besar atau lebih menguntungkan menghampiri Ridwan Kamil.?
tanpa bermaksud mengecilkan tokoh yang hendak mencalonkan diri dalam Pilkada DKI Jakarta, saya mengatakan hanya Ridwan Kamil yang mampu bersaing dengan ahok. tidak ada yang mampu mendekati elektability Ahok, sejauh ini saya masih tetap memegang analisa tersebut. menjadi suatu tanda tanya besar setelah Ridwan Kamil menyatakan tidak akan maju dalam perebutan DKI 1,
analisa mempertanyakan, apakah ahok masih bisa mendapat lawan sepadan kelak,? ataukah ahok bisa dengan mulus meneruskan pencalonan dirinya dalam Pilkada 2017 nanti,? melihat fenomena yang berkembang, di tambah keputusan Ridwan Kamil, harus saya katakan, hal ini membuat sulit ahok. jika ahok tidak dapat memainkan peran politisnya, maka ahok [bisa] tersingkir. untuk menghindari dirinya tersingkir, ahok harus mampu merangkul, atau mau dengan sukarela, bahkan terpaksa [memohon] menerima pinangan dari parpol. dan ini harus di lakukan mulai saat ini, boleh ahok dan teman ahok saling bergembira atas perolehan pengumpulan KTP, namun faktor X harus di perhitungkan, 1 juta KTP akan menjadi hal yang tidak berarti jika iklim politik berubah,
yang pertama,faktor x tersebut adalah tangan politik yang tidak terlihat. ingat, ahok adalah anak politik yang kelahirannya sukses namun juga memberikan kekecewaan terhadap kalangan lain.inilah yang mungkin di takutkan parpol besar untuk meminangnya, [belajar melihat sepak terjang ahok] hingga membuat parpol dalam dilema yang tinggi, meminang Ahok dengan segala resiko atau beramai-ramai tidak menyentuh ahok.[dalam politik tidak ada yang mustahil.]
Kedua,hingga saat ini [baca : setelah meneruskan kepemimpnan dari jokowi] ahok menerapkan single domain atas peranan pemerintahan DKI Jakarta, berbeda di saat jokowi memimpin.walaupun selalu ada solusi dalam setiap konflik ahok, dengan legislatif maupun yudikatif, selalu ahok dapat tertolong.[tetap lancar. menjalankan kepemimpinan,] tentu tangan politik tersebut yang di mungkinkan membantu ahok. apakah menjadi wajar jika ridwan kamil yang sudah di gadang-gadang parpol dan mempunyai kans cukup baik ternyata mengatakan tidak akan bersaing dalam pilkada DKI.?
dalam perpolitikan, apapun alasan ridwan kamil untuk tidak maju dalam pilkada DKI adalah suatu kekecewaan dalam politik.[kekecewaan parpol] kekecewaan politik bisa mengakibatkan iklim yang bisa bertolak belakang dengan harapan publik. harapan publik DKI saat ini dan mungkin di pilkada DKI 2017, masih milik Ahok,namun apakah parpol rela jika harus tersandung kepentingan? mengingat ahok sosok yang terkenal "No Compromise" kepada bargaining parpol. di balik No compromise tersebut ahok bukan politisi handal yang lahir dan besar karena karier politik yang cemerlang. suka tidak suka saya harus mengatakan Ahok sedikit di naungi keberuntungan.[ tiga partai pernah di sambangi ahok, terakhir gerindra yang membuatnya duduk menjadi DKI 2, hingga sebagian kalangan menyebut kutu loncat.]
sebagai penikmat politik saya berharap ada calon lawan yang seimbang dalam pilkada DKI kelak. Mengingat Ridwan Kamil sudah mengatakan mundur, walaupun saya melihat masih ada sedikit celah untuk Ridwan Kamil, yang di kawatirkan adalah jika iklim berubah,dan tidak ada satupun parpol yang meminang ahok. secara otomatis ahok akan menggunakan jalur independen, lalu semua parpol mengusung calon sendiri, jika ini terjadi maka ahok tersingkir.[kemungkinan besar tidak terpilih] walaupun "konon" Presiden jokowi adalah sahabat ahok, namun beliau bukan pengambil keputusan dalam PDIP.
Kedua Faktor inilah yang harus di pertimbangkan ahok dan teman ahok, apabila saya menjadi seorang ahok, sudah pasti mulai saat ini "merayu PDIP.[ satu partai cukup untuk ahok] apabila ahok dan relawan " teman ahok" masih menjaga gengsi, maka semakin sulit meraba iklim politik. dan apabila ahok dan teman ahok bersikeras independen, maka kekalahan siap menyambut mereka dalam pilkada DKI kelak.mundurnya Ridwan Kamil jelas membuat sulit ahok dan partai politik dalam melangkah, bukan sebaliknya membuat mudah permainan politik.