Rini Soemarno, Mentri BUMN yang sempat terus menerus di terpa isu miring, hingga DPR - RI melalui Pansusnya yang di motori Rieke Dyah Pitaloka merekomendasikan untuk melengserkan Rini, walaupun Rekomendasi tersebut mendapat kecaman dari berbagai pihak, tentu karena rekomendasinya yang premature dan sarat aroma kepentingan, bahkan apa yang menyangkut RJ Lino pun di sangkut pautkan dengan Rini, terbukti hingga saat ini Rekomendasi tersebut belum di respon oleh pemerintah.
melihat dari sisi berbeda tentang Rini Soemarno,
Rini sosok yang bersahaja dalam memimpin perusahaan - perusahaan swasta sebelum menjabat Mentri BUMN, pembaca Mungkin mengingat bagaimana Rini berhasil mengembalikan Astra ke dalam tracknya pada tahun 1999, lalu bagaimana Rini pernah juga menjadi Menperindag di era pemerintahan Megawati
tidak di pungkiri sejak menduduki Kursi Mentri BUMN di pemerintahan Jokowi, Rini selalu akrab dengan kritik,dari para pengamat Ekonomi maupun dari legislatif. Seperti penulis sebut di atas hingga Rekomendasi atas Pansus Pelindo II yang meminta Rini untuk di copot,
yang menarik adalah pengamatan hasil kepemimpinan Rini di kementrian BUMN di tahun 2015.
Pertama tentang kerugian BUMN, pada tahun 2014 kerugian BUMN adalah Rp.10,2 triliun, dan tahun 2015 menurun menjadi Rp.5,8 triliun, dari 27 perusahaan yang merugi di tahun lalu berkurang menjadi 18 perusahaan, dapat memimpin dengan meminimalisir kerugian adalah sebuah prestasi, karena mengingat memang BUMN - BUMN tersebut sudah merugi sebelumnya secara terus menerus,
Kedua, total aset BUMN tahun 2015 mencapai Rp 5.395 triliun dari tahun 2014 yang hanya sebesar Rp 4.577 triliun. dan di harapkan Rini tahun 2016 ini semakin besar lagi menjadi Rp 6.240 triliun, kenaikan aset tesebut mencapai 15 % lebih.
Peningkatan aset BUMN yang sangat baik, di antaranya yang terbesar dari sisi aset adalah Perusahaan Listrik Negara ( PLN ) peningkatan aset - aset BUMN tersebut di dorong dengan tindakan revaluasi aset dengan memanfaatkan insentif keringanan PPh menjadi 4-6 persen dari pemerintah. hasil nilai setelah revaluasi aset tersebut meningkat menjadi Rp.1,355 triliun dari Rp.1.047 triliun. dan ikut menyumbang pajak sebesar Rp.10,61 triliun.
Lalu mengenai PT Freeport Indonesia yang harus mendivestasikan 30% sahamnya kepada pemerintah Indonesia hingga 2019. ( kewajiban ) Rini pun mengungkapkan akan ikut mengambil bagian, Saat ini sebanyak 9,36% saham PT Freeport Indonesia sudah dimiliki oleh pemerintah Indonesia. Kini ada 10,64% saham yang ditawarkan oleh PT Freeport. dan 10% saham lagi harus ditawarkan sebelum 2019. dan penawaran 10,64% saham PT Freeport Indonesia ini merupakan bagian dari kewajiban divestasi 30% saham yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Mineral dan Batubara (PP 77/2014). Inilah kesempatan BUMN yang baik untuk ikut meramaikan Freeport dan menambah sumbangan kementrian tersebut untuk pemerintahan, apabila hal tersebut di lakukan tentu akan menambah sebuah prestasi lagi dari seorang Rini.
dalam keterangan terpisah lainya Rini mengatakan pada tahun ini, ada sedikitnya 62 proyek yang di groundbreaking sebesar Rp 347,22 triliun. dan juga proyek strategis yang akan selesai dan diresmikan pada 2016 sekitar 73 proyek, dan bernilai Rp 109,65 triliun,"
Pada 2015 lalu Rini menyebutkan total nilai proyek BUMN dalam jangka waktu pekerjaan antara 1 sampai 3 tahun senilai Rp 795,99 triliun, dengan realisasi 2015 sebesar Rp 248,52 triliun. harus kita sebut apakah hal ini apabila bukan sebuah pencapaian yang baik,
apabila Rini berhasil memangkas kerugian dengan me'manage BUMN, hingga revaluasi dan berhasil merampingkan beberapa BUMN menuju persaingan yang semakin kuat, dari sisi personal kepemimpinan Rini juga telah menunjukan hubungan yang harmonis antar petinggi BUMN dengan Dirinya, sebab tanpa keharmonisan tersebut sangatlah sulit merealisasikan program di kementrian BUMN,
Memanglah benar laba keseluruhan yang tercapai BUMN pada tahun 2015 menurun di banding tahun 2014, namun patut di ingat bahwa iklim Ekonomi Nasional dan internasional, serta geo politik Indonesia yang di masa awal kepemimpinan Jokowi - JK yang harus selalu di ributkan, kelambatan perekonomian melanda semua negara di dunia, ( termasuk Indonesia ) hingga ikon Asia ( tiongkok ) juga mengalami kelambatan Ekonomi, inilah dampak yang sangat berpengaruh di samping kondisi politik dalam Negri, namun Kita tidak menafikan di balik kelambatan perekonomian tersebut ada hasil kerja Rini dengan gerbongnya yang patut untuk di apresiasi.
Mungkin sebagian kalangan menilai masih ada yang lebih baik dari sosok Rini, bahkan ada yang mengatakan Rini tidak becus memimpin BUMN, namun hal tersebut hanyalah sebuah penilaian. tidaklah mudah memimpin BUMN di tengah keributan demi keributan yang sarat kepentingan politik, tidaklah mudah memimpin jika posisi tersebut selalu menjadi incaran orang orang tertentu, dan Rini mampu mengesampingkan keributan - keributan tersebut dengan tetap tenang memimpin.
Â
Salam siang
sumberÂ
kompas
kementrian BUMN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H