Mohon tunggu...
Hayat Ruhyat
Hayat Ruhyat Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar Penuh Jeda

Saat ini berprofesi sebagai Kaur Tata Usaha di MTsN 11 Indramayu dan Pengelola Pondok Pesantren Al Wathoniyah Cikedunglor Indramayu Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menguatkan Kesadaran Pendidikan

7 Mei 2024   21:56 Diperbarui: 7 Mei 2024   22:26 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto recastsoftware.com

Pendahuluan


Mengawali tulisan ini saya ingin mengajak anda untuk mengingat nama-nama tokoh muslim terkenal dan berpengaruh pada masa keemasan Islam (periode klasik) antara lain Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, Imam Hambali, Imam Al-Haromain, Imam Al-Ghazali, Imam An-Nawawi, Imam As-Suyuthi, Imam At-Thobari, Imam Ibnu Malik, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Farabi, Al-Khawarizmi, Jabir Ibnu Hayyan, Ibnu Haytham, Al-Razi, Al-Biruni,  dan tokoh-tokoh lain yang jumlahnya ratusan bahkan ribuan dalam bidang keilmuan yang sangat beragam. Mereka merupakan generasi muslim yang hasil karya, ijtihad, pemikiran, penelitian dan penemuannya berpengaruh besar terhadap kemajuan peradaban Islam khususnya dan peradaban dunia umumnya.


Kesuksesan mereka tercatat dalam tinta emas sejarah, padahal ketika mereka aktif menempuh pendidikan, madrasah saja belum berdiri apalagi universitas. Mereka hanya menempuh pendidikan pribadi dari seorang guru berpindah ke guru yang lain. Fasilitas pendidikan yang tersedia masih sangat sederhana, proses pendidikan yang ditempuh belum didasari visi dan misi lembaga secara formal, kurikulumnya masih sederhana dengan metode yang sederhana pula.


Azyumardi Azra menginformasikan bahwa jika pada masa sebelum Khalifah Al-Ma’mun, sains mencapai puncak kemajuannya, hampir dipastikan, bukan muncul dari madrasah. Kemajuan sains lebih merupakan hasil pengembangan dan penelitian individu-individu ilmuwan muslim yang didorong semangat penyelidikan (scientific inquiry) guna membuktikan kebenaran ajaran-ajaran Al-Quran, termasuk yang bersifat kauniyah.


Keberhasilan para tokoh di atas karena terdapat kesadaran pendidikan sebagai murid dan kesadaran pendidikan yang dimiliki gurunya. Spirit kemajuan yang ditangkap dari sumber doktrin Islam telah menjiwai mereka dan menumbuhkan kesadaran pendidikan yang sangat kuat dan tak pernah padam. 

Jarak yang sangat jauh yang ditempuh untuk mendapatkan ilmu bahkan tak menghalangi mereka untuk aktif dan bersemangat menemukan mutiara-mutiara keilmuan yang berharga. Oleh karena itu kesadaran pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam mewujudkan keberhasilan pendidikan.

Mendefinisikan Kesadaran Pendidikan
Secara etimologis, kesadaran berarti (1) keinsafan, keadaan mengerti, seperti kesadaran akan harga dirinya timbul karena ia diperlakukan secara tidak adil; (2) hal yang dirasakan atau dialami seseorang, seperti kesadaran diri, keadaan seseorang atas keadaan dirinya sendiri. Secara terminologis, kesadaran dapat diartikan sebagai sikap timbulnya sikap mengetahui, memahami, menginsafi, dan menindaklanjuti sesuatu kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Jika difokuskan dalam bidang pendidikan, maka kesadaran pendidikan dapat diartikan sebagai kehadiran sikap mengetahui, memahami, menginsafi, dan menindaklanjuti proses pembimbingan untuk mengembangkan potensi kemampuan seseorang menjadi sumber daya manusia yang kuat (strong human resources).
Bentuk ekspresi kesadaran pendidikan yang menjadi sikap dasar pada para pelaku pendidikan dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut :


Siswa.
Siswa yang sadar pendidikan adalah peserta didik yang utamanya belajar. Kesadaran ini mendorongnya untuk mengisi waktu dalam jumlah dominan dengan kegiatan belajar. Kegiatan belajar atas inisiatif dari siswa sendiri, tanpa tekanan dan pengondisian dari pihak lain. Kegiatan belajar didasarkan rasa ingin menghilangkan kebodohan dan diganti dengan kepandaian, wawasan luas dan pemahaman yang mendalam.


Guru
Guru yang sadar pendidikan adalah pendidik yang menggerakkan semua pemikiran, penghayatan dan tindakan untuk membangun kesadaran siswa dalam aktivitas belajar. Guru berusaha mengenali perbedaan siswa secara individual, menyelami kehidupan siswa baik dari sudut ekonomi, sosial, kesehatan dan psikologis. Dan guru yang sadar pendidikan juga menjadi seorang pembelajar sejati yang tidak pernah berhenti untuk terus belajar.


Kepala Sekolah/madrasah
Kepala sekolah/madrasah yang sadar pendidikan adalah kepala sekolah yang berfungsi sebagai pembimbing guru dalam proses belajar mengajar secara tulus. Ia menjadi figur teladan bagi warga sekolah/madrasahnya dalam ucapan, tindakan, perilaku dan pengetahuan baik di sekolah/madrasah, rumah dan masyarakat.


Masyarakat
Masyarakat yang sadar pendidikan adalah mereka yang mendukung sepenuhnya terhadap peningkatan pendidikan serta konsekuensinya. Mereka berperan aktif dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan melakukan pengawasan secara proporsional dan beradab.

Fungsi Strategis Kesadaran Pendidikan
Menurut Prof. Dr. Mujammil Qomar, M.Ag., jika diidentifikasi, beberapa fungsi strategis kesadaran pendidikan yang dapat kita pahami antara lain :


Pertama, menyadari dan melaksanakan tanggung jawab pendidikan secara optimal. Seseorang yang memiliki kesadaran pendidikan, biasanya mudah menyadari tanggung jawabnya tanpa diperintah orang lain. Kesadaran dan aksi tersebut tumbuh dalam dirinya sendiri sehingga merupakan kesadaran dan aksi yang alamiah (natural).


Kedua, menumbuhkan semangat belajar. Orang-orang yang sadar pendidikan selalu menempatkan pendidikan pada posisi yang penting dalam kehidupan dunia. Mereka akan menjadikan aktifitas belajar tidak melulu di ruang-ruang kelas madrasah dan tidak hanya belajar pada saat-saat jadwal bersekolah. Dimanapun dan kapanpun aktifitas belajar selalu dilakukan, bahkan dengan alat atau media belajar apa adanya.


Ketiga, mengoreksi kelemahan dan kekurangan diri sendiri (introspeksi). Orang-orang yang memiliki kesadaran pendidikan akan memiliki kecenderungan ke dalam lebih dahulu daripada keluar. Mereka akan memperhatikan, menelusuri, menilai dan mencermati kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan mereka sendiri dalam ranah pendidikan. Kesibukan melakukan introspeksi membuatnya tidak memiliki waktu untuk mengoreksi kekurangan-kekurangan orang lain. Jika pun diminta untuk mengoreksi orang lain maka mereka melakukannya hanya dalam kerangka tawaashou bil haq (saling menasihati dalam kebenaran) bukan untuk menumbuhkan kebencian, mendiskreditkan apalagi menjatuhkan harga diri orang lain.


Keempat, mengarahkan dan mengendalikan perilaku. Melalui kesadaran pendidikan yang ada pada seseorang, tidak mungkin ia akan melakukan skandal pendidikan hanya demi keuntungan pribadi. Sikap yang muncul adalah bukan sikap pragmatis dengan jalan pintas, melainkan sikap realistis bahkan idealis. Bagi orang yang memiliki kesadaran pendidikan jangankan ia mau membeli ijazah tanpa proses kuliah, ijazah diberikan secara gratispun ia tidak akan mau.


Kelima, menumbuhkan semangat berprestasi. Kesadaran pendidikan tidak dibatasi oleh usia seseorang. Ada banyak anak sekolah tingkat dasar yang memiliki kesadaran pendidikan yang diekspresikan melalui tanggung jawab belajar yang sangat tinggi, menjunjung tinggi nilai-nilai disiplin, menjaga kejujuran dan bersemangat mengejar prestasi. 

Tetapi sebaliknya banyak mahasiswa pascasarjana (S-2/S-3) yang belum memiliki kesadaran pendidikan, dan terkadang seorang doktor bahkan professor pun belum memiliki kesadaran pendidikan karena malas mengajar, tidak disiplin, tidak menganggap penting prestasi pendidikan dan sebagainya.


Keenam, menumbuhkan mutu pendidikan. Apabila semua pihak yang terlibat dengan pendidikan baik kepala madrasah/sekolah, guru, siswa, masyarakat, pengawas dan pengurus yayasan pendidikan memiliki kesadaran pendidikan, maka kualitas atau mutu pendidikan akan dapat dicapai sesuai yang diharapkan.

Penutup.
Mengharapkan pendidikan Islam yang berkualitas dan maju serta melampaui pencapaian pada masa keemasan Islam memang merupakan hal yang sangat sulit diwujudkan, tetapi bukan sebuah proyek peradaban yang mustahil. Kuncinya adalah kesadaran pendidikan yang dulu menjiwai aktifitas kehidupan dan ilmiah para tokoh dan masyarakat generasi keemasan Islam harus kita hidupkan kembali bahkan harus melebihi. 

Kemudahan-kemudahan yang disediakan teknologi canggih untuk pendidikan saat ini seharusnya tidak menjadikan umat Islam menjadi malas dan termanjakan, tetapi justru menjadi alat pendidikan agar lebih tertantang menemukan rahasia-rahasia ilmu yang belum tergali yang Allah isyaratkan melalui ayat-ayat-Nya, baik yang Quraniyah maupun yang Kauniyah.


Kesadaran pendidikan menjadi ruh bagi proses pendidikan dari tahap awal berupa perencanaan sampai tahap akhir berupa evaluasi. Tujuan pendidikan yang ideal, visi misi lembaga pendidikan yang futuristik, kurikulum yang bagus, metode pembelajaran yang up to date dan terbaik, sarana prasarana yang super lengkap dan guru yang profesional, jika semuanya tidak didukung dan dijiwai kesadaran pendidikan maka akan melahirkan hasil pendidikan yang rendah tak bermutu.


Sekali kita melibatkan diri dalam pendidikan secara total maka akan membutuhkan stamina yang harus selalu terjaga karena pendidikan adalah proses yang tidak pernah berhenti. “Education is the process without end” demikian yang dikatakan John Dewey. Pendidikan merupakan proses menuju kesempurnaan yang menjadi sebuah keniscayaan yang terus menerus dilakukan. 

“Carilah ilmu sejak dari saat buaian sampai masuk liang lahat”, demikian Nabi Saw. menegaskan. Islam tidak mengenal batas waktu tertentu sebagai garis akhir keterlibatan seseorang dalam proses pendidikan sampai kematian merenggut kehidupannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun