Masyarakat
Masyarakat yang sadar pendidikan adalah mereka yang mendukung sepenuhnya terhadap peningkatan pendidikan serta konsekuensinya. Mereka berperan aktif dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan dan melakukan pengawasan secara proporsional dan beradab.
Fungsi Strategis Kesadaran Pendidikan
Menurut Prof. Dr. Mujammil Qomar, M.Ag., jika diidentifikasi, beberapa fungsi strategis kesadaran pendidikan yang dapat kita pahami antara lain :
Pertama, menyadari dan melaksanakan tanggung jawab pendidikan secara optimal. Seseorang yang memiliki kesadaran pendidikan, biasanya mudah menyadari tanggung jawabnya tanpa diperintah orang lain. Kesadaran dan aksi tersebut tumbuh dalam dirinya sendiri sehingga merupakan kesadaran dan aksi yang alamiah (natural).
Kedua, menumbuhkan semangat belajar. Orang-orang yang sadar pendidikan selalu menempatkan pendidikan pada posisi yang penting dalam kehidupan dunia. Mereka akan menjadikan aktifitas belajar tidak melulu di ruang-ruang kelas madrasah dan tidak hanya belajar pada saat-saat jadwal bersekolah. Dimanapun dan kapanpun aktifitas belajar selalu dilakukan, bahkan dengan alat atau media belajar apa adanya.
Ketiga, mengoreksi kelemahan dan kekurangan diri sendiri (introspeksi). Orang-orang yang memiliki kesadaran pendidikan akan memiliki kecenderungan ke dalam lebih dahulu daripada keluar. Mereka akan memperhatikan, menelusuri, menilai dan mencermati kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan mereka sendiri dalam ranah pendidikan. Kesibukan melakukan introspeksi membuatnya tidak memiliki waktu untuk mengoreksi kekurangan-kekurangan orang lain. Jika pun diminta untuk mengoreksi orang lain maka mereka melakukannya hanya dalam kerangka tawaashou bil haq (saling menasihati dalam kebenaran) bukan untuk menumbuhkan kebencian, mendiskreditkan apalagi menjatuhkan harga diri orang lain.
Keempat, mengarahkan dan mengendalikan perilaku. Melalui kesadaran pendidikan yang ada pada seseorang, tidak mungkin ia akan melakukan skandal pendidikan hanya demi keuntungan pribadi. Sikap yang muncul adalah bukan sikap pragmatis dengan jalan pintas, melainkan sikap realistis bahkan idealis. Bagi orang yang memiliki kesadaran pendidikan jangankan ia mau membeli ijazah tanpa proses kuliah, ijazah diberikan secara gratispun ia tidak akan mau.
Kelima, menumbuhkan semangat berprestasi. Kesadaran pendidikan tidak dibatasi oleh usia seseorang. Ada banyak anak sekolah tingkat dasar yang memiliki kesadaran pendidikan yang diekspresikan melalui tanggung jawab belajar yang sangat tinggi, menjunjung tinggi nilai-nilai disiplin, menjaga kejujuran dan bersemangat mengejar prestasi.Â
Tetapi sebaliknya banyak mahasiswa pascasarjana (S-2/S-3) yang belum memiliki kesadaran pendidikan, dan terkadang seorang doktor bahkan professor pun belum memiliki kesadaran pendidikan karena malas mengajar, tidak disiplin, tidak menganggap penting prestasi pendidikan dan sebagainya.
Keenam, menumbuhkan mutu pendidikan. Apabila semua pihak yang terlibat dengan pendidikan baik kepala madrasah/sekolah, guru, siswa, masyarakat, pengawas dan pengurus yayasan pendidikan memiliki kesadaran pendidikan, maka kualitas atau mutu pendidikan akan dapat dicapai sesuai yang diharapkan.
Penutup.
Mengharapkan pendidikan Islam yang berkualitas dan maju serta melampaui pencapaian pada masa keemasan Islam memang merupakan hal yang sangat sulit diwujudkan, tetapi bukan sebuah proyek peradaban yang mustahil. Kuncinya adalah kesadaran pendidikan yang dulu menjiwai aktifitas kehidupan dan ilmiah para tokoh dan masyarakat generasi keemasan Islam harus kita hidupkan kembali bahkan harus melebihi.Â
Kemudahan-kemudahan yang disediakan teknologi canggih untuk pendidikan saat ini seharusnya tidak menjadikan umat Islam menjadi malas dan termanjakan, tetapi justru menjadi alat pendidikan agar lebih tertantang menemukan rahasia-rahasia ilmu yang belum tergali yang Allah isyaratkan melalui ayat-ayat-Nya, baik yang Quraniyah maupun yang Kauniyah.