Mohon tunggu...
Yuniar Hayati
Yuniar Hayati Mohon Tunggu... Guru - Perempuan

Guru SMPN 4 Mataram

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Memaknai Hari Santri, Membangun Akhlak Mulia

26 Oktober 2022   17:28 Diperbarui: 26 Oktober 2022   17:39 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar. Kegiatan Imtak hari Jumat. (Dokpri)

                                                                                        Memaknai Hari Santri, Membangun Akhlak Mulia.

Hari Sabtu tanggal 22 Oktober 2022 kemarin kita memperingati hari Santri Nasional. Moment yang baru berlangsung beberapa tahun belakangan ini membawa pesan-pesan yang mendalam. Kesan yang tergambar dari sosok santri yang religius, agamis, berakhlak mulia, santun dan berwawasan luas. Santri yang sholeh dan sholehah.

Pemerintah menetapkan hari Santri Nasional untuk mengenang peran dan jasa Ulama dan Santri. Mereka turut serta memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan mempertahankan Negara Kesatuan Indonesia. 

Di samping itu juga untuk meneladani dan melanjutkan perjuangan mereka dalam mengisi kemerdekaan. Salah satu cara mengisi kemerdekaan dengan menanamkan pendidikan kepada seluruh lapisan masyarakat, agar Indonesia menjadi negara yang maju dan bermartabat di mata dunia.

Pendidikan bukan hanya menyampaikan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) saja tetapi juga menanamkan nilai-nilai karakter atau akhlak  mulia (Akhlakul Karimah) kepada peserta didik. Hal ini merupakan tantangan bagi para pendidik di jaman milenial seperti sekarang ini. 

Kaum muda dihadapkan kepada kemajuan IT dan gempuran budaya-budaya asing yang semakin deras. Terutama setelah diberlakukannya Pembelajaran Daring beberapa waktu yang lalu.

Pada tahun ajaran baru 2022/2023 tepatnya bulan Juli yang lalu, pertama kali mulai diberlakukannya Pembelajaran tatap muka secara penuh. Di masa-masa awal pembelajaran, peserta didik sangat antusias menyambut pembelajaran tatap muka. Namun hanya mampu berjalan beberapa minggu, mereka sudah mulai kurang motivasi dan tidak disiplin.

Baik dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Seperti ada yang kurang dan terlewatkan begitu saja. Ataukah peserta didik sedang mengalami masa transisi atau kejutan budaya (culture shock) dari Daring menjadi Offline. Seperti saat pemberlakuan Work From Home dan Pembelajaran Jarak Jauh saat pertama kali.

Bila kita melihat efek negatif dari pembelajaran Daring adalah learning loss (kehilangan masa belajar) yang dialami oleh sebagian besar peserta didik. Setelah pelaksanaan Pembelajaran Daring selama pandemi Covid-19, banyak sekali proses pembelajaran yang terlewatkan karena tidak mengalami secara langsung/nyata. 

Saat ini ketika peserta didik belajar di kelas, rata-rata mereka sangat sulit konsentrasi. Dan motivasi belajar mereka sangat kurang untuk mempelajari ilmu yang baru. Mereka kurang perhatian dan kurang menghormati guru. 

Di samping itu banyak yang tidak betah duduk lama di kelas. Setiap ganti jam pelajaran mereka selalu ijin keluar untuk ke toilet atau sekedar membuang sampah. Inilah fenomena yang terjadi di sekolah saat ini. 

Boleh jadi karena mereka terbiasa belajar dengan santai selama pandemi. Bisa di mana saja, kapan saja, dengan kondisi bebas sambil duduk selonjoran atau bahkan tiduran. Atau mereka telah terbiasa belajar secara online dan lebih nyaman belajar bersama Google dari pada teman dan guru.

Efek negatif selama pembelajaran Daring lainnnya adalah pengaruh buruk HP terhadap prilaku peserta didik, karena tontonan-tontonan yang tidak mendidik.  

Di antaranya tontonan yang mengandung pornografi, tiktok yang berbau meme (olok-olokan), game online yang berbau judi online dan lain sebagainya. 

Intensitas tontonan lainnya yang sering mereka lakukan selama diberlakukannya Pembelajaran Daring selama 2 tahun, sedikit tidak sangat mempengaruhi perilaku anak dan pola pikirnya. Karena selama itu mereka lebih sering berinteraksi dengan HP dari pada keluarga, teman dan guru.

Untuk mengatasi kesenjangan akhlak peserta didik dalam mengatasi masa transisi dari pembelajaran Daring ke Offline, perlu menanamkan kembali pondasi akhlak mulia (Akhlakul Karimah). Secara garis besar akhlak mulia dibagi menjadi empat yaitu:

1.Akhlak kepada Allah SWT/Tuhan.

  • Bagaimana kita menempatkan diri kita sebagai hamba Allah kepada Tuhannya. Tugas manusia di muka bumi sebagai kholifah (pemimpin) hanyalah beribadah kepada Allah SWT. Baik itu ibadah khusus (mahdhoh) maupun ibadah secara umum (ghaiu mahdhoh).Yang termasuk ibadah khusus yaitu shalat, puasa, haji, zakat dan lain sebagainya. Sementara ibadah secara umum adalah segala aktivitas yang positif didasari dengan niat ikhlas lillaahi ta'aala. Insha Allah termasuk ibadah. "Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaku". (QS. Adz Dzariat: 56)

2. Akhlak kepada orang tua dan guru.

Islam mengajarkan untuk hormat kepada orang tua atau orang yang dituakan, termasuk guru-guru di sekolah. Menghargai mereka, mendengarkan nasehatnya, mematuhi perintahnya selama tidak melanggar aturan agama dan hukum negara/norma masayarakat. Keutamaan taat kepada orang tua antara lain:

  • Ridha Allah tergantung kepada ridhanya orang tua, dan murkanya Allah tergantung kepada murkanya orang tua (Hadis Riwayat Turmuzdi).
  • Berbakti kepada orang tua termasuk amalan yang dicintai Allah (Hadis Riwayat Bukhari).
  • Di samping itu anak yang berbakti kepada orang tua akan selalu didoakan orang tuanya, dan dikabulkan oleh Allah SWT (Hadis Riwayat Ibnu Majah).
  • Anak yang berbakti kepada orang tua akan dipanjangkannya umurnya dan dimudahkan rezekinya (Hadis Riwayat Ahmad).

3. Akhlak kepada sesama manusia.

Akhlak/prilaku kepada sesama keluarga, tetangga, teman dan masyarakat. Selalu berbuat baik, tolong-menolong, menciptakan kedamaian, ketentraman, ketertiban dan lain sebagainya. 

Akhlak terhadap teman selalu berbuat baik, saling tolong-menolong, toleransi, berbaik sangka, saling simpati dan empati, sopan santun, tidak emosi, suka memaafkan dan lain-lain. "Jika kamu berbuat baik, maka kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu untuk dirimu sendiri" (QS. Al Isra: 7). 

Jika nilai-nilai akhlak/karakter sudah tertanam di hati peserta didik maka insha Allah tidak akan lagi timbul kenakalan remaja. Dan akan tercipta suasana sekolah yang aman, damai serta kondusif untuk belajar.

4. Akhlak kepada alam semesta.

Menjaga kelestarian alam termasuk akhlak terpuji. Caranya dengan tidak membuang sampah sembarangan, tidak merusak fasilitas/sarana prasarana sekolah, tidak melakukan vandalisme (aksi corat-coret di sembarang tempat),  tidak menebang pohon, tidak membakar hutan/ladang, menanam pohon untuk penghijauan, mengelola hutan, sungai, danau, laut dan lain sebagainya. 

Dalam banyak ayat dijelaskan bahwa Allah melarang manusia untuk merusak alam. "Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya, yang demikian itu lebih baik bagimu jika benar-benar kamu orang-orang yang beriman" (QS. Al-A'raf:85). 

Karena alam yang lestari merupakan warisan yang tak ternilai harganya bagi anak cucu kita di masa depan. Kita mengajarkan peserta didik untuk cinta kepada alam sejak dini.

Demikian salah satu upaya untuk menanamkan akhlak/karakter peserta didik. Semoga bermanfaat.         

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun