Kepada laut yang telah menghampar di depan mata…
Kepada langit yang telah memberikan keteduhan dan berkah hujan…
Kepada Tuhan yang telah menciptakan keduanya dalam proporsi sempurna…
Betapa kesempurnaan adalah milik-Mu yang paling nyata.
Perjalanan itu di gagas oleh temen-temen jenius barisan depan di ruang kelas yang pengen banget pergi ke pantai. Saya di ajak sama temen satu kos buat ikutan pergi. Karena kepingin banget juga jalan ke pantai yang berbeda, bukan ‘Batakan’ dan’Tangkisung’ lagi, jadi saya mengiyakan. Meski dana di dompet lagi tipis setipis tipisnya.
Dan…… kebayar semua kekhawatiran itu dengan keanggunan sunset pantai Angsana yang memukau.
Angsana berada di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Sekitar 6-8 jam perjalanan darat dari Banjarmasin. Pantai ini bener-bener keren. Walaupun pasirnya nggak seputih seperti yang dibayangkan. Dibandingkan kedua pantai yang saya sebut di atas kebersihannya masih jauh lebih baik.
Di sana, kami ber-11 menginap di resort, satu-satunya resort yang ada di tempat itu. Harga permalamnya 400 ribu, jadi kami menyewa 2 kamar. Satu untuk cewe dan satu untuk cowo. Kamarnya bagus, masih baru, ranjangnya king size, kami pikir cukup untuk empat orang, ternyata tiga orang aja sudah penuh. Maaf buat Ayu yang terpaksa tidur di lantai… maafkan kami yuuu… :’)
Karena ceweknya ber6, kami nambah bed lagi, satu bed harganya 50.000, cukup buat menampung 2 orang.
Yang kurang oke dari resortnya adalah, kamar mandinya di luar kamar. Dan ada 2 kamar mandi untuk 3 kamar. Sebenarnya itu cukup, tapi kurang nyaman aja, karena harus gantian sama tamu lain.
Kalau nggak mau di resort, pilihannya adalah rumah warga. Biayanya 350 ribu untuk satu malam. Untuk tranportasi dari Banjarmasin ke Angsana, bisa pakai mobil sewaan. Sehari 300 ribu, untuk mobil yang lama, dan 350 ribu untuk yang baru. Kami pinjem mobil lama, nyaman-nyaman aja. Cuma, ada insiden kecil yang bikin mobilnya amblas. Jadi jalan keluar itu ada dua jalur. Nah, kami keambil jalur yang ada sungai-sungaian kecilnya. Sebenarnya jalur itu nggak dipake, tapi nggak dikasih tanda. Alhasil mobilnya amblas. Setelah di dorong sekuat tenaga sama kaum lelaki, akhirnya mobilnya berhasil keluar dari genangan air itu, dan cusssssss…. Trernyata ban belakang kiri bocor. Karena alat yang ada nggak memenuhi standar penggantian ban, akhirnya kami meminta bantuan orang resort. Untung masih dekat resort.
Untuk makanan, nah ini yang harus disiapkan benar-benar. Di Angsana, Cuma ada satu rumah makan. Itu ada di atas resort. Rumah makan lain, ada juga di pinggir pantai, warung kecil punya warga yang menyediakan nasi bungkus dan mi bekuhup. Kalau ada yang belum pernah makan mi bekuhup, wajib di coba. Temen kami yang dari bandung belum pernah nyoba makan mi gaya ini. Mi nya di rendem air panas di dalam bungkusnya, nanti di potong di bagian ujung untuk mengeluarkan airnya. Enaknya makan mi bekuhup pakai telur asin. Sayangnya saya lupa harga mi bekuhup. Ingatnya harga pop mi, 7000, dan telur asin 5000, aqua 4000, dan telur rebus biasa 3000.
Untuk makanan, itu menu yang seadanya. Tapi dalam keadaan lapar habis berenang dan di hawa malam yang dingin. Makan mi bekuhup di pinggir pantai bareng temen-temen di bawah langit berbintang dan liat kerlip lampu penangkaran terumbu karang di tengah laut, itu momen yang nggak kebayar dengan uang sebesar apapun. This moment is priceless.
Jadi saran saya, bawa aja pop mi yang cukup kalo nggak mau boros buat makan di rumah makan yang harganya lumayan. Nggak mahal banget sih, tapi nggak murah juga. Tapi masakannya enak kok. Saya pesan sop untuk sarapan. Dan itu porsinya gede dan enak. Harganya 25-30an ribu.
Yang penting lagi makan di perjalanan menuju dan pulang dari Angsana. Karena memakan waktu 6-8 jam. Kami berangkatnya masih kurang pengalaman. Jadi berakhir di rumah makan yang sangat mengecewakan. Ayamnya bau dan lalat di mana-mana. Itu rumah makan di pinggir jalan raya. Kalo mau makanan yang familiar sama lidah, mending makan di Sungai Danau, ada rumah makan Wong Solo yang sudah terjamin kualitasnya.
Pantai Angsana memang baru tersentuh pembangunan. Jalan masuknya baru di kasih batu, belum di aspal, si pinggir-pinggir jalan masuknya banyak pohon sawit. Di depan gang Cuma ada satu papan tanda masuk ke area pantai. Itu membuat kami nyasar keterusan setengah jam. Ada baiknya kalau tanda masuknya di bikin besar. Di sesuaikan dengan keindahan yang akan di dapatkan pengunjung di dalam.
Kami nggak menyesal harus kebocoran ban. Karena di sepanjang jalan pulang, kami di suguhi sunset berbagai warna yang menjadi atap bagi pegunungan meratus. Di tambah lagi lautan awan yang menyelimuti pegunungan itu. Bagi kami, perjalanan itu adalah berkah.
Yang sedih adalah, di hari kedua, saat rencana mau snorkling, ternyata hujan dari jam 3 pagi sampai siang. Salahnya adalah kami nggak nanya sama orang resort tentang cuaca di hari kedatangan kami. Yah, semoga bisa ke sana lagi buat snorkling dan menikmati keindahan pantai Angsana.
Semoga juga waktu ke sana jalannya sudah di aspal dan Angsana masih sebersih yang sekerang.
Jangan sampai tercemari sampah dari pengunjung yang tidak bertanggung jawab.
“The serenity of the lulling ocean is a wondrous thing to behold… more precious than the gems coveted and covered in platinum or gold…”
― Okana Rus
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H