Dalam pembelajaran, sebaiknya pendidik juga memperhatikan bahwa kodrat anak adalah bermain. Dengan bermain, anak merasakan kegembiraan yang akan membekas dalam hati dan pikirannya.Â
Untuk itu, pendidik hendaknya memasukkan unsur bermain dalam pembelajaran agar siswa senang dan tidak mudah  bosan. Contoh permainan tradisional seperti congklak, gobag sodor, bola bekel, dan sebagainya. Selain konsep bermain yang menyenangkan, anak juga sambil belajar tentang strategi, perhitungan, kekompakan, dan tentunya melestarikan kebudayaan yang ada di sekitar.
Pendidikan Berhubungan dengan Kodrat Alam dan Kodrat ZamanÂ
Kodrat alam berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal anak. Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya, adat istiadat. Semuanya mempunyai ciri masing-masing yang belum tentu cocok jika dipakai di daerah yang berbeda, sehingga pendidik perlu menyesuaikan dengan lingkungan tempat tinggal anak.Â
Kodrat zaman berkaitan dengan zaman atau waktu saat ini. Â Pendidik perlu membekali keterampilan sesuai konteks pembelajaran saat ini yakni menghadapi era globalisasi dengan kemajuan teknologi. Akan tetapi, pendidik juga harus bisa menyelaraskan kebudayaan dari luar serta menuntun anak agar dapat menyaring pengaruh yang dapat menimbulkan hal negatif.Â
Anak Bukanlah Kertas Kosong
Ki Hajar Dewantara menentang teori tabularasa. Anak bukanlah kertas putih kosong yang bisa digambar sesukanya oleh orang dewasa. Akan tetapi, anak terlahir dengan kodrat masing-masing yang masih samar. Tugas pendidik adalah menebalkan kodrat yang masih samar tersebut dengan membimbing mereka agar muncul sifat baiknya dan menguburkan sifat yang jeleknya.
Hal yang dapat dilakukan oleh pendidik dalam menebalkan garis kodrat tersebut dengan kekuatan konteks diri anak sesuai dengan tahap perkembangan serta sosio budaya anak tersebut.
Pendidikan  Budi Pekerti
Ki Hajar Dewantara juga mengungkapkan pentingnya budi pekerti. Budi pekerti, watak, karakter, merupakan perpaduan harmonis antara pikiran (cipta), perasaan (rasa), Â kehendak atau kemauan (karsa/karya) sehingga menimbulkan tenaga/semangat (pekerti).Â
Pendidik harus memberikan teladan yang baik bagi siswa dalam mengembangkan budi pekerti. Penanaman budi pekerti bisa dilakukan dengan kegiatan pembiasaan di sekolah seperti memberi salam dan mencium tangan guru ketika datang atau pulang sekolah.