Area Kampus Untirta yang baru di Sindangsari memang cukup luas. Letaknya tidak terlalu jauh dari pusat keramaian kota. Banyak gedung baru yang belum terpakai. Mungkin ini juga menjadi salah satu alasan pemilihan tempat ini.Â
Protokol Kesehatan yang KetatÂ
Mengadakan sebuah festival besar di masa pandemi tentu saja membuat khawatir jika acara tersebut akan mengundang keramaian. Namun, sepertinya pihak panitia sudah mempersiapkan dengan baik. Protokol kesehatan dilakukan, antisipasi agar pengunjung tidak ramai juga dilakukan. Panitia membagi acara inti tersebut dalam tiga sesi setiap hari.Â
Begitu masuk pintu gerbang, petugas satpam sudah bersiap mengecek suhu pengunjung. Ketika memasuki tempat acara, kami dipersilakan untuk mengisi buku tamu. Panitia, yang kebanyakan mahasiswa, memberi masker medis. Mereka menyarankan agar yang memakai masker kain menggantinya dengan masker medis.
Kami dicek kembali suhu tubuh, serta memakai cairan pembersih tangan. Di dalam ruangan terdapat beberapa stand penerbit serta dua area bazar buku. Kami diberi sarung tangan plastik, agar saat memilih dan memegang buku tidak langsung bersentuhan dengan tangan.Â
Saat berada di sana, kami memang tidak melihat adanya penumpukan pengunjung.Â
Di area kasir pun, sudah ada garis pembatas untuk pengunjung agar menjaga jarak. Beberapa panitia dengan sigap langsung memperingatkan jika terjadi penumpukan.Â
Diikuti 150-an Penerbit
Melihat banner yang terpasang di pintu masuk, terdapat daftar nama 130 penerbit yang mengikuti acara tersebut. Seperti Al Manar, Benua Publishing, BIP, Indonesia Terra, Gramedia, Grasindo, Mizan Publishing House, KKPK, dsb.Â
Namun, hanya beberapa yang mengikuti dengan mendirikan stand pameran khusus, seperti Erlangga. Â dan beberapa nama penerbit yang tidak terpasang di banner, seperti Huta Media, Risalah Nur Press, Rajagrafindo Persada, dsb. juga mendirikan stan pameran.Â