Hari Raya Idul Fitri identik dengan keramaian dan banyak pekerja yang cuti untuk berjumpa dengan keluarga. Namun rupanya ada pekerja yang masih aktif bekerja di hari besar ini. Salah satunya yaitu pedagang kuliner, karena makanan menjadi kebutuhan pokok manusia. Ternyata tidak hanya pedagang kuliner yang identik dengan hari raya saja.Â
Namun kuliner yang tidak identik dengan hari raya Idul Fitri pun bisa laku keras pada saat Hari Raya Idul Fitri. Misalnya di Kelurahan Mentikan, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, terdapat kuliner yang menjadi favorit masyarakatnya. Pertama, pedagang rujak dan gado-gado Bu Al. Kedua, sate Madura Cak Har.Â
Bu Al merupakan warga asli Mentikan, Kota Mojokerto. Sedangkan Cak Har adalah warga madura yang merantau ke Mojokerto untuk berdagang sate Madura. Keduanya memiliki kekuatan besar dalam cita rasa kuliner yang dihidangkan kepada pelanggan. Itulah salah satu alasan keduanya tetap memiliki eksistensi yang tinggi pada saat Hari Raya Idul Fitri. Bahkan masyarakat luar Mentikan, Kota Mojokerto juga mengenal cita rasa dari kuliner yang didagangkan, karena dikenalkan oleh warga lokal Mentikan, Kota Mojokerto.Â
Berdasarkan penjelasan dari Yuniatu, dkk (2017) Gado-gado adalah makanan tradisional Indonesia yang umumnya dijual di Jawa Timur. Makanan ini terbuat dari berbagai macam sayuran seperti wortel, selada, bengkoang, kentang, tomat, dan kubis  yang dicampur dengan saus kacang sebagai bumbu. Tidak ketinggalan juga keurpuk sebagai bahan pelengkap. Bumbu gado-gado disajikan dengan hangat.Â
Sedangkan kuliner yang kerap dijual bersama gado-gado yaitu rujak cingur. Rujak cingur merupakan makanan tradisional asli Indonesia yang mudah ditemukan di daerah Jawa Timur. Rujak cingur berisi lontong, sayur-sayuran, nanas, bengkoang, lontong, tahu, tempe, dan hidung sapi (cingur). Bumbu rujak cingur terdiri dari kacang tanah yang digoreng sebagai bahan utama, bersama dengan petis, gula merah, dan berbagai rempah lain seperti cabai, garam, serta irisan tipis pisang klutuk. Biasanya, pedagang rujak cingur membuat bumbu rujak cingur untuk langsung dikonsumsi pada saat itu juga (Sarastuti, dkk, 2015).
Sedangkan untuk sate Madura, ada banyak hal yang perlu diperhatikan. Pertama, memilih daging ayam yang berkualitas di pasar. Kedua, daging harus diiris setipis mungkin agar menghasilkan potongan daging yang melimpah. Ketiga, perlu dipahami cara menusuk sate dengan benar. Selain itu, teknik memanggang sate juga harus diperhatikan agar tidak terlalu hangus. Terakhir, lokasi berjualan juga harus dipertimbangkan sebagai rute calon pedagang sate Madura (Zulaihah, 2021).Â
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang didapatkan penulis, Bu Al berjualan rujak dan gado-gado di depan rumahnya, tepatnya di salah satu rumah di Mentikan Gang 1 Kota Mojokerto. Beliau sudah berjualan lebih dari 10 tahun dan sudah dikenal oleh penjuru gang, bahkan di gang lain dan kerabat-kerabat dari lingkungan sekitarnya. Maka sudah tidak heran kalau rujak beliau selalu rame sekalipun lebaran. Bahkan saat lebaran, ketika banyak orang pulang kampung ke Mentikan Gang I Mojokerto, orang-orang akan berburu rujak dan gado-gado Bu Al.Â
Sedangkan Cak Har berjualan sate Madura keliling di area Mentikan, Kota Mojokerto. Beliau berasal dari Madura yang merantau ke Mojokerto. Anak dan istrinya tinggal di Madura dan beliau ke Mojokerto untuk mencari nafkah. Meskipun lebaran, beliau tidak pulang karena memahami bahwa orang-orang akan tetap membeli dagangannya dengan harga lebih tinggi. Maka ini menjadi kesempatan bagi Cak Har.
Berbeda dengan Bu Al yang tidak menaikkan harga jualannya, karena harga yang ditawarkan sudah diketahui oleh hampir setiap orang yang ingin membelinya. Beliau juga merasa cukup dengan harga hari-hari biasanya.Â
Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada Bu Al dan Cak Har, berjualan makanan yang tidak identik dengan lebaran ternyata tetap laku saat lebaran. Hal ini karena orang-orang kerap tidak masak untuk siang, sore, atau malam. Selain itu, orang yang pulang kampung juga seringkali ingin mencoba makanan yang ada di daerahnya. Baik karena nostalgia maupun keinginan semata.Â
Maka dapat diketahui bahwa pedagang kuliner tetap aktif berdagang di Hari Raya Idul Fitri karena permintaan tinggi dari konsumen yang merupakan masyarakat Mentikan, Kota Mojokerto. Berkaitan dengan peringatan hari besar yang banyak keluarga berkumpul dan mudik, maka ada kebutuhan pelanggan karena tidak sempat memasak sehingga memberikan peluang bisnis yang menguntungkan.Â
Meskipun Hari Raya Idul Fitri memiliki hidangan khas yang terkait erat dengan perayaan tersebut, masih ada kuliner yang tidak identik dengan Idul Fitri tetapi tetap laku keras. Hal ini dapat disebabkan oleh ragam selera kuliner individu, pilihan alternatif yang memiliki variasi, dan adanya warga non lokal yang mencari hidangan lokal atau populer di daerah tersebut.
Daftar Pustaka
Sarastuti, M., & Yuwono, S. S. (2015). PENGARUH PENGOVENAN DAN PEMANASAN TERHADAP SIFAT-SIFAT BUMBU RUJAK CINGUR INSTAN SELAMA PENYIMPANAN [IN PRESS APRIL 2014]. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 3(2), 464-475.
Yuniatun, T., Martini, M., Purwantisari, S., & Yuliawati, S. (2017). Hubungan Higiene Sanitasi Dengan Kualitas Mikrobiologis Pada Makanan Gado-Gado Di Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(4), 491-499.
Zulaihah, S. (2021). Jaringan Kekerabatan Penjual Sate Madura di Yogyakarta. Makalah UIN K.H Achmad Siddiq Jember.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H