Mohon tunggu...
Haya Hasanah
Haya Hasanah Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Psikologi Universitas Brawijaya

saat ini menjadi mahasiswi aktif jurusan Psikologi Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Kenapa Sakit Hati Lebih Tertanam Dibandingkan Kata-Kata yang Menyakiti? Penjelasan Otak, Emosi, dan Solusi Kesehatan Mental

5 Desember 2024   11:48 Diperbarui: 5 Desember 2024   12:17 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto orang stress (Sumber gambar: https://hellosehat.com/) 

Dalam kasus trauma atau stres berat, memori menjadi lebih sulit dikelola karena otak terus mengaktifkan kembali pengalaman tersebut sebagai mekanisme perlindungan. Proses ini, yang dikenal sebagai ruminasi, dapat menyebabkan seseorang terus-menerus memikirkan peristiwa negatif, memperkuat memori dan emosi yang pernah dirasakan pada masa lalu yang terkait setiap kali diingat. 

Pengulangan ini menciptakan siklus kelelahan mental dan emosional yang sulit diputus.Oleh karena itu, penting bagi seseorang untuk menemukan cara yang sehat dalam mengelola dan memproses kenangan negatif.

Lalu bagaimana sih cara kita untuk mencegah hal tersebut bisa semakin parah?

Kita bisa melakukan teknik seperti meditasi, konseling kepada para ahli seperti psikolog, atau terapi yang dapat membantu mengurangi beban emosional dan mencegah dampak negatif jangka panjang pada kesehatan mental. 

Mengubah cara kita merespons dan memaknai pengalaman negatif juga dapat membantu melemahkan koneksi memori yang menyakitkan, sehingga mengurangi intensitas emosi yang muncul saat memori tersebut diaktifkan kembali.

foto sedang berlangsung konseling & (sumber gambar: https://www.ciputramedicalcenter.com/ )
foto sedang berlangsung konseling & (sumber gambar: https://www.ciputramedicalcenter.com/ )

Perlu kita ketehui bahwa kata-kata memang memiliki kekuatan untuk menyakiti, tetapi sejatinya dampak tersebut hanya terjadi jika kita memberikan izin atau membiarkan diri kita terpengaruh olehnya. Artinya, bukan kata-kata itu sendiri yang melukai, melainkan bagaimana kita memaknai dan meresponsnya. 

Saat seseorang mengatakan hal yang tidak menyenangkan, otak kita secara otomatis menilai dan mengaitkan kata-kata tersebut dengan pengalaman, keyakinan, atau rasa harga diri. Jika kita menganggap kata-kata itu sebagai ancaman atau penghinaan, emosi negatif seperti marah, sakit hati, atau kecewa akan muncul. 

Namun, yang menarik adalah kita cenderung tidak mengingat kata-kata spesifik yang diucapkan. Sebaliknya, yang kita ingat dengan jelas adalah perasaan yang ditimbulkan oleh kata-kata tersebut. Hal ini terjadi karena otak lebih fokus pada emosi yang dirasakan dibandingkan dengan informasi verbal.

Emosi yang kuat memicu aktivitas di bagian otak yang disebut amigdala, yang berfungsi memperkuat penyimpanan memori emosional, sehingga kenangan tersebut terasa lebih melekat. Inilah mengapa dampak emosional dari kata-kata bisa bertahan lama, bahkan ketika kita sudah lupa detail percakapannya. 

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk belajar mengelola respons emosional dan tidak memberikan kekuatan berlebih pada kata-kata negatif. Dengan mengubah cara kita memandang dan merespons kata-kata yang menyakitkan, kita bisa melindungi diri dari dampak emosional yang berkepanjangan dan menjaga keseimbangan mental.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun