Pada hari Senin, 12 Juni 2023. Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga mengadakan Bedah Buku dengan mengusung tema "Religiusitas Dari Layar Kaca (Potret Program Siaran Religi di Televisi Indonesia)", yang bertempat di Conference Room Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora.
Bedah Buku ini turut mengundang beberapa Pemimpin KPI Pusat, Dosen Universitas Ahmad Dahlan, dan beberapa Dosen UIN Sunan Kalijaga.
Dalam sesi sambutan, Ubaidillah yang merupakan Ketua KPI Pusat menyampaikan bahwa program keagamaan mempunyai rating tersendiri di dalam televisi, layar kaca, dan radio. Kemudian Dr. Mochammad Sodik, M.Si. yang merupakan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga juga mengatakan bahwa religiusitas itu tidak mudah, sehingga perlu diadakan pengembangan tentang religiusitas dan ketika dinamika baru terjadi, banyak alat ukur terhadap religiusitas.
Penyampaian sinopsis oleh Alip Kunandar, M.Si. sebagai perwakilan dari penulis buku, beliau mengatakan bahwa dari survey survey yang telah dilakukan oleh KPI, religius merupakan nilai terbaik. Mengapa religiusitas dari layar kaca? Karena ada kecenderungan dari media massa untuk program religiusitas tersebut menjadi terkenal.
Program religi di media penyiaran yang pertama adalah radio. Dengan seiring perkembangan teknologi, program program religi mulai masuk ke media penyiaran lainnya, seperti televisi dan internet.
Televisi yang paling pertama adalah TVRI muncul pada tahun 1962, dan program religi mulai muncul pada tahun 70 an. Saat ini hampir semua stasiun televisi, terutama yang bersiaran nasional memiliki program siaran religi.
Program religi mulanya hanya dipandang sebagai tuntutan moral. Dan kemudian saat ini program religi dipandang sebagai segmen yang memiliki pasar. Secara positif, program religi mulai dikerjakan secara serius mulai dari pemilihan waktu tayang hingga format programnya. Mulai dari format ceramah, dialog interaktif, magazine, hingga variety show.
Riset yang dilakukan dengan standar KPI, indeksnya selalu naik, seperti pada saat bulan ramadhan, karena pada saat bulan ramadhan banyak stasiun televisi yang menyiarkan program religi, sehingga waktu tayangnya menjadi tinggi bagi program religi tersebut.
Ketika dilakukan riset tentang keefektifan program religi, apakah tidak ada masalah ketika indeks programnya yang paling baik, padahal justru ada masalah dengan sisi komodifikasi yaitu dari sisi komodifikasi agama, komodifikasi tokoh agama, dan komodifikasi khalayak.
Komodifikasi Agama: ajaran agama ditetapkan sebagai konten, maka yang harus dipilih adalah mana yang disukai khalayak dan cenderung dangkal isu.
-
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!