Mohon tunggu...
Hawia Algor
Hawia Algor Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hobi berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Otonomi Khusus Papua: Peluang dan Tantangan Meningkatkan Pendididkan Masyarakat Papua

27 November 2023   06:24 Diperbarui: 27 November 2023   06:29 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Otonomi khusus papua : peluang dan tantangan  meningkatkan pendidikan masyarakat papua


Pendahuluan

Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua adalah kewenangan khusus yang diakui dan diberikan kepada Provinsi Papua untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi dan hak-hak dasar masyarakat Papua.Dalam konteks ini meningkatkan pendidikan masyarakat Papua, Otonomi Khusus (Otsus) Papua dapat menjadi peluang dan tantangan yang perlu diperhatikan. Otsus Papua adalah kebijakan pemerintah yang memberikan kewenangan khusus kepada Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat untuk mengelola sumber daya alam dan pembangunan di wilayah tersebut .Otsus Papua bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, mewujudkan keadilan, penegakkan hak asasi manusia, dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Namun, implementasi Otsus Papua masih memiliki tantangan yang perlu diatasi, seperti optimalisasi dan efektivitas pemanfaatan Otsus secara tepat, ketersediaan perangkat peraturan pelaksanaan Otsus, serta kesiapan dan kesungguhan dari stakeholder Otsus Papua, termasuk pemerintah provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat sipil di Papua.Papua merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi besar untuk berkembang. Namun, potensi tersebut belum dapat dioptimalkan secara maksimal karena berbagai faktor, salah satunya adalah rendahnya kualitas pendidikan masyarakat Papua.

peluang otonomi khusus papua

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2022, angka partisipasi kasar (APK) pendidikan dasar di Papua sebesar 79,73%, sedangkan angka partisipasi dasar pendidikan menengah sebesar 52,67%. Angka tersebut masih di bawah rata-rata nasional yang masing-masing sebesar 92,11% dan 77,53%.

Selain itu, angka putus sekolah di Papua juga masih tinggi. Pada tahun 2022, angka putus sekolah pada jenjang pendidikan dasar sebesar 1,59%, sedangkan angka putus sekolah pada jenjang pendidikan menengah sebesar 2,25%. Angka tersebut juga masih di atas rata-rata nasional yang masing-masing sebesar 0,90% dan 1,32%.

Rendahnya kualitas pendidikan masyarakat Papua disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:

Kurang tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai. Masih banyak sekolah di Papua yang belum memiliki fasilitas yang memadai, seperti gedung sekolah yang layak, sarana dan prasarana pembelajaran yang lengkap, dan tenaga pendidik yang berkualitas.

Kurang meratanya persebaran sekolah. Masih banyak daerah di Papua yang belum memiliki akses yang memadai ke sekolah. Hal ini menyebabkan anak-anak di daerah tersebut sulit untuk mendapatkan pendidikan.

Budaya dan adat istiadat yang masih kental. Di beberapa daerah di Papua, budaya dan adat istiadat masih menjadi penghalang bagi anak-anak untuk mendapatkan pendidikan. Hal ini disebabkan oleh adanya anggapan bahwa perempuan tidak perlu mengenyam pendidikan tinggi.

Meskipun demikian, terdapat beberapa peluang yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pendidikan masyarakat Papua, antara lain:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun