Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan suatu rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan. SDGs berisi 17 Tujuan dan 169 Target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2030. Sustainable Development Goals (SDGs) dirancang sebagai kelanjutan dari Milineum Development Goals (MDGs) yang belum tercapai tujuannya sampai pada akhir tahun 2015. SDGs adalah suatu rencana aksi untuk umat manusia, planet dan kemakmuran. Juga tujuannya untuk memperkuat perdamaian universal dalam kebebasan yang luas selain itu untuk mengatasi kemiskinan yang ekstrim adalah tantangan global yang paling besar dan merupakan prasyarat yang tidak dapat dilanjutkan untuk pembangunan berkelanjutan (Bappenas 2015).
Ekowisata atau yang dikenal dengan istilah ecotourism sudah tidak asing lagi bagi warga, khususnya yang tinggal di bantaran sungai Ciliwung. Warga di sekitar Sungai Ciliwung sudah paham betul tentang Program Ekowisata, menjadikan sungai ciliwung menjadi bagian dari daya Tarik wisata lokal. Ekowisata merupakan konsep pariwisata yang menitik beratkan pada pesona alam yang indah dan menarik bagi siapapun yang mengunjunginya. Dimana ada kekayaan alam, harmoni lingkungan, dan tentu saja keberlangsungan (sustainable) di dalamnya.
Demikian yang terungkap dari pemerhati lingkungan yang juga pengurus Rt 008/ 02, Kp, Parung Serab Sukmajaya Depok, Sugianto dalam kesempatan wawancara terkait ekowisata.
"Selain dari sisi finansial, Program Ekowisata juga dapat menjadikan benefit dari lintas sector diantaranya, dapat menjadikan Lingkungan yang ASRI (Aman, Sehat Rapih dan Indah) dan ada keuntungan lain yang jauh lebih penting daripada itu, yaitu kesimbangan dan kelestarian alam," kata Sugianto di kediamannya pada kesempatan wawancara oleh Hawa Ellythia Azhari, Kamis (18/03/2021).
 Selanjutnya Sugianto mengatakan bahwa karena wilayahnya sedang berbenah menuju ekowisata, Ia berharap bahwa nantinya para warga bisa semakin mencintai kebersihan dan keindahan lingkungan sehingga malu untuk membuang sampah di sekitar sungai. Ia berharap para warga bisa lebih meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan dan lingkungan sekitar.
"Inilah dunia wisata yang "sambil menyelam minum air", disatu sisi menawarkan keuntungan perekonomian, dan di sisi lain juga menjaga ke-Asrian lingkungan," imbuhnya.
Konsep ekowisata menurut Sugianto adalah konsep yang bertujuan untuk menjadi indah dan bersih agar bisa menjadi objek wisata, sehingga mau tidak mau bantaran Sungai Ciliwung ini harus ditata sedemikian rupa supaya layak dan dapat dijadikan wahana alam yang patut dikunjungi.
"Untuk membangun kesadaran warga akan kebersihan, kami menerapkan aturan yang kami sudah sepakati bersama yakni, kami terapkan aturan bagi warga yang kedapatan membuang sampah disungai, maka warga yang bersangkutan diminta mengambil kembali sampah yang telah dibuangnya, atau kami laporkan kepada dinas yang terkait untuk ditindak," tegas Sugianto.
Kemudian Sugianto mengatakan dan mengusulkan agar bantaran Sungai Ciliwung di lokasinya tersebut untuk dilanjutkan pembangunan Turab, yakni membangun sebuah dinding beton penyangga sehingga pinggiran sungai tidak tergerus arus air dan dapat mencegah longsor.
"Memang sudah ada pembangunan turab sepanjang 30 m2 dari hasil Musrembang, cuma masih tersisa 170 m2 yang belum dibangun, dan mengapa kami ingin dilanjutkan karena pak Walikota Idris pernah mempertanyakan kelanjutannya," ungkap Sugianto.
Bank Sampah
Berkaitan dengan penanganan sampah di wilayahnya, Sugianto mengatakan, persoalan sampah di wilayahnya memang menjadi tanggung jawab bersama, "Karena semakin lama kan jumlah warga semakin bertambah, maka kita harus mengetahui bagaimanakah cara kita untuk mendorong warga agar tetap menjaga kebersihan lingkungan dan sungai, ya dengan tidak membuang sampah ke sungai, apalagi kita ingin menjadikan wilayah kita sebagai ekowisata, maka kita harus saling bekerja sama untuk mewujudkan hal ini. Untuk terkait sampah, kami telah menyediakan gerobak sampah yang kita dapatkan dari Dinas Lingkungan Hidup Kota (DLHK) Depok di berbagai titik yang terdapat di lingkungan sekitarCuma masalahnya, kata Sugianto biaya untuk tenaga angkut (biaya operasional) belum jelas atau belum ada kesepakatan yang pasti, mungkin nanti ada arahan dari pihak terkait tentang mekanisme pengangkutan dan pembuangan sampahnya.
"Karena kita juga pernah dipertanyakan warga kalau sampah cepat menumpuk di gerobak dan diangkutnya lama, sedangkan untuk disini lokasi pembuangan akhir sampah masih sangat jarang dan jauh," ungkapnya.
Selanjutnya terkait hal tersebut pihaknya juga ingin mengusulkan adanya Bank Sampah di wilayahnya. "Ya seperti yang ada di wilayah-wilayah lain yang pernah saya lihat, saya akan usulkan hal tersebut untuk diterapakan disini," pungkasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H