Mohon tunggu...
Hawa Anbilda
Hawa Anbilda Mohon Tunggu... Lainnya - Public Health Enthusiast

cp : @anbildahawa | anbildah@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Waspada Covid-19 Kluster Keluarga, Kenali Faktor Risiko dan Pencegahannya

25 Oktober 2020   13:03 Diperbarui: 26 Oktober 2020   10:02 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : https://www.pexels.com

Tidak digunakannya APD lengkap dapat terjadi karena murni kelalaian tenaga medis maupun ketersediaan APD yang terbatas. Sebagai kelompok garda terdepan, petugas kesehatan selalu melakukan kontak dengan orang lain baik dengan ataupun tanpa APD, dan kondisi inilah yang dapat menyebabkan petugas kesehatan berisiko lebih tinggi terpapar COVID-19.

Kelompok pekerja selanjutnya yang berisiko terpapar COVID-19 adalah pekerja kantor yang berada di ruangan ber-AC. Praktisi kesehatan, Ari Fahrial Syam, menyebutkan virus dapat bertahan lebih lama di udara dingin. Dengan aliran angin dari AC yang kencang, droplet corona virus dapat berubah menjadi partikel-partikel kecil sehingga membuat virus beterbangan dan bertahan di udara. Selain itu, dr. Tirta Mandira Hudhi menyebut rutinitas pekerja kantor tidak banyak melakukan aktivitas fisik, hanya duduk dengan menghadap monitor dan berada di ruangan ber-AC. Jika dalam kantor itu terdapat seseorang yang tidak tahu dirinya terinfeksi COVID-19 dan berinteraksi dengan pekerja lain, maka dengan rutinitas kantor yang demikian akan menimbulkan risiko penularan COVID-19.

Kepadatan Hunian dan Kondisi Rumah

sumber gambar : https://pixabay.com/images
sumber gambar : https://pixabay.com/images

Kepadatan hunian yang tinggi dapat mempercepat penularan COVID-19. Kondisi rumah dengan pencahayaan, sirkulasi udara, lantai dan dinding yang tidak sesuai standar juga dapat mempercepat penularan virus ini. Keadaan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Sumampouw, bahwa kepadatan hunian yang tidak didukung dengan rumah sehat yang memadai dapat menjadikan lingkungan tersebut sebagai reservoir penyakit, sehingga persebaran penyakit menular seperti COVID-19 menjadi lebih mudah. Kepadatan hunian yanng baik minimal memiliki rasio luas lantai seluruh ruangan dibagi jumlah penghuni adalah 10 m²/orang.

Seperti yang telah diketahui, SARS-CoV-2 sangat mudah menular dan menginfeksi dibandingkan jenis virus lain. Penelitian menunjukkan bahwa penderita COVID-19 dapat menularkan virus ke orang lain hanya melalui percikan droplet yang keluar saat batuk/bersin. SARS-CoV-2 yang terdapat dalam droplet akan terdorong dengan jarak kurang lebih 1,8 meter. Bahkan, studi terbaru yang dilakukan di bangsal rawat inap dan ICU RS di kota Wuhan melaporkan bahwa virus mampu ditransmisikan dalam jarak 4 meter.

SARS-CoV-2  dapat menular melalui jabat tangan dengan orang yang terinfeksi, menyentuh benda/permukaan yang terinfeksi, sering menyentuh hidung atau mulut maupun bersentuhan dengan kotoran penderitta COVID-19. Kemudian virus berpindah dari penderita melalui droplet dan bertahan di udara, selanjutnya menempel pada selaput lendir mulut, hidung atau mata orang yang berada di dekat penderita. 

Status Ekonnomi Masyarakat

sumber gambar : https://www.pexels.com
sumber gambar : https://www.pexels.com

Pada April 2020, data World Food Programe (WFP) menyebutkan bahwa COVID-19 lebih banyak menginfeksi masyarakat dengan status ekonomi menegah keatas. Hal ini sesuai dengan analisis yang dilakukan Dewi et dkk. (2020), bahwa berdasarkan kelompok pendapatannya, semakin tinggi pendapatan negara-negara di Asia maka jumlah kasus positif COVID-19 diperkirakan cenderung meningkat.

Salah satu pertimbangan dalam menerapkan gaya hidup adalah pendapatan, semakin tinggi pendapatan seseorang semakin tinggi juga pengeluaran yang digunakan untuk memenuhi gaya hidup (Fadila, 2017). Beberapa kelompok masyarakat dengan pendapatan menengah keatas memiliki gaya hidup yang tidak sehat, seperti sering mengkonsumsi makanan cepat saji, makanan tinggi lemak, merokok, juga kebiasaan bergantung pada teknologi yang menimbulkan rasa mager (malas gerak). Makanan cepat saji dapat meningkatkan risiko beberapa penyakit tidak menular seperti obesitas, diabetes, hipertensi dan dislipidemia (Pamelia, 2018).

Mengingat banyak penelitian juga menyebutkan bahwa orang dengan kondisi medis seperti diabetes, hipertensi dan penyakit jantung lebih berisiko terinfeksi COVID-19 (WHO, 2020), maka faktor pendapatan atau status ekonomi masyarakat dengan gaya hidup ini dapat berpengaruh pada kejadian kasus COVID-19. Kondisi ini juga behubungan dengan peningkatan prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas akibat terbatasnya aktifitas fisik dan meningkatnya konsumsi makanan olahan secara terus-menerus yang mengandung kadar gula, garam, dan lemak yang tinggi.

Aktivitas Sosial dan Budaya Masyarakat

sumber gambar : https://www.pexels.com
sumber gambar : https://www.pexels.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun