Mohon tunggu...
Hawa Hawa
Hawa Hawa Mohon Tunggu... wiraswasta -

nothing

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Romantic Violin

20 Maret 2011   16:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:36 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13006371001786978914

duduk ditaman ditemani payung merah jambu dan sebuah buku, terselip surat " Sebab diam-diam aku sayang kamu…meski tak tahu siapa gerangan engkau…Pleasse buatkan satu saja sebelum aku mati……satu saja.....please……

Pemuja rahasiakah.... ?

Kelelahan mencari tak menemukan, kepenatan menanti tak kunjung tiba, habis jari menghitung berapa lama ini berlangsung. tiba-tiba datang.

Pangeran cintakah...?

Gerangan engkau, menyatukan serpihan hati patah berkeping-keping, seperti ksatria berkuda putih dengan setangkai mawar, datang menjumpai pada jamuan padat berkesan. berdansa indah dengan rayuan penuh nuansa, anggur cinta, lantai dansa, penuh kunang-kunang, kau peluk pinggangku dan kita menari, hanya kita. kunikmati setiap aksara rayuanmu ditelingaku, berbisik penuh cinta, kunikmati setiap hasrat nan memikat.

Pesta usai.....!

ternyata ilusi, dalam kemayaan, tak bisa kuberikan utuh hatiku padamu, kau terlalu jauh, tak terjangkau olehku, cinta semu. dan aku ingin lebih dari itu.

Ya, aku ingin....

kau memelukku ketika aku rapuh, dicintai seratus persen,  ada air mataku pada bidang dadamu, ada kepalaku direngkuhanmu, jadi selimutku ketika aku dingin, menjadi penjaga dari bidadari-bidadari kecilku sampai mereka menemui pujaan hatinya, menjadi mataku ketika nanti aku rabun, menjadi kakiku ketika nanti aku sulit berjalan, mengingatkan aku tentang indahnya cinta yang kita jalani berdua ketika pikun menyerangku, menceritakan kabar anak dan cucu kita setelah nanti aku tidak mampu lagi mengingatnya, dan seperti saat ini, duduk ditaman ditemani payung merah jambu dan sebuah buku, bacakan cerita indah buatku.

Aku menangiss...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun