Mohon tunggu...
Heavy Nala Estriani
Heavy Nala Estriani Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer at the Department of International Relations University of Mataram

http://heavynala.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Semenanjung Korea di Ambang Perang Nuklir, Konsekuensi bagi Asia Tenggara dan Diplomasi Indonesia

15 September 2024   22:46 Diperbarui: 16 September 2024   00:11 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Semenanjung Korea di Ambang Perang Nuklir: Konsekuensi bagi Asia Tenggara dan Diplomasi Indonesia

Oleh:

Heavy Nala Estriani

 

Potensi Perang Nuklir 

Ketegangan di wilayah Semenanjung Korea Kembali memanas. Sebelumnya, pada Tahun 2022 Korea Utara melakukan lebih dari 70 uji coba rudal balistik, menandai retaknya Comprehensive Military Agreement (CMA) yang merupakan bagian dari Implementasi Deklarasi Panmunjom yang ditandatangani oleh Presiden Moon Jae In dan Kim Jong Un pada tahun 2018 lalu. Wacana reunifikasi nampaknya semakin sukar untuk terealisisasi, ketika Kim Jong-un mengumumkan penghentian upaya reunifikasi dengan Korea Selatan pada kuartal akhir 2023. Ia juga menyebut upaya 'reunifikasi' sebagai sesuatu yang 'mustahil' dan melabeli Korea Selatan sebagai "musuh." Langkah Kim Jong Un tentu berbalik terbalik dengan sikap pendahulunya yang mengupayakan reunifikasi antara Korea Selatan dan Korea Utara. Pada Juni 2024 Korea Selatan secara resmi menangguhkan CMA serta melanjutkan operasi militer di sepanjang Garis Demarkasi Militer, sebagai respons terhadap provokasi Korea Utara, baik uji coba rudal balistik maupun pelepasan ratusan balon berisi sampah dan kotoran ke wilayah Korea Selatan.

Sejalan dengan situasi diatas, baru-baru ini Korea Utara menandatangani perjanjian strategis dengan Rusia, sementara Korea Selatan dan Jepang meningkatkan kerja sama militer dengan Amerika Serikat. Jika berkaca secara historis, konflik dan ketegangan di Semenanjung Korea memang tidak pernah lepas dari intervensi negara-negara besar yang mendukung masing-masing pihak. Ditengah polaritas politik tersebut, uji coba rudal nuklir yang semakin intens dilakukan Korea Utara sangat berdampak terhadap stabilitas regional Kawasan Asia Timur maupun dalam lingkup global.

Ancaman Stabilitas Regional dan Global

Ditangguhkannya Comprehensive Military Agreement (CMA) antara Korea Selatan dan Korea Utara menambah kerentanan di Semenanjung Korea, yang sebelumnya berfungsi sebagai mekanisme untuk meredakan ketegangan militer. Ketegangan meningkat dengan uji coba rudal nuklir oleh Korea Utara, yang tidak hanya mengancam keamanan Korea Selatan tetapi juga stabilitas seluruh Asia Timur. Ancaman ini meluas hingga ke Asia Tenggara, mengingat kedekatan geografis dan hubungan ekonomi serta politik yang erat di kawasan. Potensi perang nuklir antara Korea Utara dan Korea Selatan tidak hanya berdampak pada keamanan kawasan, tetapi juga membawa risiko besar bagi keamanan internasional. Dalam konteks global, konflik nuklir ini akan memicu keterlibatan kekuatan besar. Washington DC dipastikan akan mendukung Korea Selatan secara militer, sementara Moskow cenderung memperkuat aliansinya dengan Korea Utara. Eskalasi ini dapat memperburuk hubungan diplomatik antara Amerika Serikat dan Rusia, yang sudah tegang akibat berbagai konflik global lainnya. Ketegangan nuklir ini tidak hanya mengancam stabilitas regional, tetapi juga memperburuk ketidakpastian keamanan internasional, dengan risiko melibatkan negara-negara di luar kawasan dalam konflik yang lebih luas.

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun