Mohon tunggu...
HAFIDH MAULANA
HAFIDH MAULANA Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati Masalah Kesehatan Masyarakat

Alumnus Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

PSBB dan Konspirasi Pandemi

12 Juni 2020   08:06 Diperbarui: 12 Juni 2020   08:07 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hal ini, diperlukan kolaborasi dengan media massa mengingat kemampuan mereka dalam mempengaruhi persepsi publik. Kolaborasi tersebut diharapkan dapat membentuk perceived susceptibility (kerentanan yang dirasakan) dan perceived threat (ancaman yang dirasakan). Kedua faktor tersebut sangat penting dalam mendorong terjadinya perubahan perilaku disiplin dalam pencegahan COVID-19.

Momen PSBB 

Strategi PSBB yang lebih memberdayakan kampung/desa menjadi momen tepat untuk menghapus opini tentang konspirasi sekaligus mereduksi sikap abai masyarakat. Upaya gugus tugas covid kampung seyogyanya tidak hanya dalam hal pengamanan kampung seperti mendirikan portal di setiap pintu masuk. Peran mereka juga dibutuhkan untuk melakukan edukasi mengenai COVID-19 sekaligus mengikis disinformasi dan hoax yang beredar.

Edukasi mengenai COVID-19 sebenarnya merupakan bagian dari langkah pemberdayaan masyarakat yang telah diatur dalam Buku Pedoman Pemberdayaan Masyarakat dalam Pencegahan COVID-19 di RT/RW. Buku tersebut sebenarnya telah diterbitkan Kementerian Kesehatan sejak bulan April yang lalu, namun sosialisasi masih belum maksimal hingga ke garda depan yaitu RT/RW. Salah satu inti materi buku tersebut adalah warga perlu memahami upaya pencegahan dengan memaksimalkan potensi masyarakat dan aparat setempat.

Akses terhadap informasi dan pengetahuan yang benar tentang COVID-19 merupakan elemen esensial dalam pemberdayaan masyarakat. Pengetahuan adalah modal dasar yang menggerakkan mereka melakukan pencegahan dengan penuh kesadaran. Kita bisa belajar dari warga Jepang yang sangat disiplin melakukan pencegahan. 

Mencuci tangan, berkumur dengan larutan desinfektan dan mengenakan masker sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka sehari-hari. Mayoritas orang Jepang memahami bahwa setiap orang dapat terinfeksi tanpa menunjukkan gejala. Mereka mengenakan masker untuk saling melindungi diantara mereka. Faktor humanity sangat dominan dalam mendorong mereka berperilaku demikian sehingga sangat efektif dalam memutus rantai penularan.

Diseminasi informasi mengenai fakta tentang penularan COVID-19 yang telah menelan korban pada kelompok rentan seharusnya bisa memperkuat sisi humanity setiap orang. Dengan demikian, masyarakat dapat membuang jauh anggapan bahwa pandemi ini hanya skenario konspirasi belaka. 

Mereka perlu disadarkan bahwa mempercayai konspirasi justru akan membahayakan diri dan keluarga yang mereka cintai. Semoga momen PSBB jilid III benar-benar menjadi awal pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan. Sebenarnya, tanpa perpanjangan PSBB pun, aktivitas pemberdayaan masyarakat tetap harus digalakkan karena pemulihan kondisi negara dimulai dari partisipasi rakyatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun