Mohon tunggu...
HAFIDH MAULANA
HAFIDH MAULANA Mohon Tunggu... Human Resources - Pemerhati Masalah Kesehatan Masyarakat

Alumnus Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Memanfaatkan Momen Wabah Corona

27 Februari 2020   08:14 Diperbarui: 27 Februari 2020   08:54 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyakit COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) telah ditetapkan WHO sebagai darurat global dan telah terkonfirmasi di 41 negara. Jumlah kasus hingga hari Rabu (26/2) telah mencapai 80.967 kasus di seluruh dunia dengan jumlah kematian 2.763 jiwa dan belum ada tanda-tanda penurunan. 

Jumlah ini membuat COVID-19 telah jauh melampaui Severe Acute Respiratory Syndrom (SARS) yang membunuh 774 orang dan menginfeksi 8000 orang pada periode 2002-2003. Indonesia harus tetap waspada walau belum ada 1 kasus yang terkonfirmasi sebagai kasus corona.

Walaupun episentrum penyakit corona berada di China, selayaknya kita manfaatkan momen tersebut untuk mulai membiasakan upaya preventif, terutama dalam mencegah penyakit yang mempunyai cara penularan yang sama seperti penyakit corona (penularan melalui udara/airborne disease). 

Salah satu airborne disease yang masih menjadi beban Indonesia dan paling mematikan yaitu penyakit Tuberkulosis (TBC). Indonesia masih menduduki peringkat ke-3 dalam hal jumlah penderita TBC. 

Hanya karena kematian akibat TBC tidak secepat penyakit akibat virus corona, masyarakat cenderung tidak terlalu memperhatikan penularan penyakit ini. Padahal, di Indonesia 1 orang tertular TBC setiap 30 detik dan rata-rata 13 orang meninggal setiap jamnya.

Ada banyak faktor yang membuat airborne disease seperti TBC sulit diberantas. Namun, momen mewabahnya penyakit corona membuat kita harus belajar merubah perilaku agar berkontribusi dalam menekan laju penularan airborne disease di Indonesia. 

Airborne disease merupakan cara penularan yang hingga saat ini sulit dikendalikan. Selain karena faktor lingkungan tempat tinggal yang mendukung bertahannya kuman, perilaku yang tidak bersih dan sehat turut mendukung penyebaran kuman tersebut.

Perilaku penderita saat batuk dan bersin menjadi hal yang perlu diperhatikan dalam penularan penyakit. Saat batuk atau bersin, penderita ini menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam.

Seseorang dapat terinfeksi jika droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernafasan. Setelah terinfeksi kuman, daya tubuh seseorang akan berpengaruh dalam menentukan seseorang jatuh sakit atau tidak. 

Sebagai contoh dalam penularan penyakit TBC, kuman Mycobacterium tuberculosis lebih mudah menyerang penderita HIV, DM dan kurang gizi. Pada prinsipnya, individu dengan kekebalan tubuh yang lemah, akan mudah terjangkit penyakit TBC.

Selain TBC, penyakit lain yang juga sering diremehkan adalah penyakit influenza. Data WHO menyebutkan bahwa influenza menyebabkan 500.000 kematian setiap tahunnya. Perlu diketahui, influenza merupakan penyakit saluran napas akut yang mudah menular dan virusnya telah menyebar hingga ke seluruh penjuru dunia. 

Di Indonesia, influenza selalu masuk jajaran teratas diantara 10 penyakit terbanyak di Puskesmas. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat, komplikasi akibat influenza dapat terjadi pada kelompok berisiko tinggi yaitu orang lanjut usia di atas 50 tahun, individu dengan penyakit kronis dan kekebalan tubuh rendah, ibu hamil, bayi dan balita. 

Komplikasi akibat influenza dapat berupa pneumonia, radang otot, infeksi telinga, dan sinus. Tidak hanya itu, influenza juga dapat memperburuk kondisi medis seperti gagal jantung kongestif, asma, atau diabetes hingga menyebabkan kematian.

Memang kejadian penyakit-penyakit tersebut tergantung pada kondisi kekebalan tubuh masing-masing individu. Bagi individu yang mempunyai kekebalan tubuh yang bagus, mungkin dia tidak akan tertular. 

Sebagai contoh penyakit TBC, dari sekian banyak yang terinfeksi, hanya 10% yang jatuh sakit. Namun, perlu kita ketahui bahwa kuman TBC mempunyai fase dorman yang berarti akan kembali menyerang ketika kekebalan tubuh seseorang sedang menurun.  

Fakta-fakta tersebut membuat setiap orang perlu membiasakan upaya pencegahan karena setiap orang tidak ada yang tahu persis kondisi tubuhnya dan kondisi kekebalan tubuh orang di sekitarnya. Seseorang diharapkan tidak tertular ataupun menulari orang lain. Dengan demikian, perilaku individu yang sakit maupun yang sehat menjadi sangat penting untuk memperkecil terjadinya penularan penyakit baik langsung maupun tidak langsung.

Kasus corona memberi pelajaran kepada kita bahwa penyakit harus diputus penularannya dengan membiasakan diri untuk melakukan upaya pencegahan. Diantara upaya tersebut antara lain selalu menjaga etika batuk/bersin, mencuci tangan dengan sabun, memakai masker bagi penderita, tidak meludah sembarangan, makan-makanan yg bergizi, dan lain-lain. 

Untuk mendukung pembiasaan perilaku tersebut, diperlukan peran pemerintah bermitra dengan swasta dalam memfasilitasi masyarakat agar mampu melakukan hal-hal tersebut.

Momen kasus corona seharusnya menjadi perhatian bagi pihak-pihak terkait untuk mempermudah masyarakat dalam melakukan tindakan pencegahan. Selama ini masyarakat mungkin telah banyak membaca himbauan-himbauan mengenai cara pencegahan penularan penyakit. 

Namun ketika berada di tempat umum, mereka kesulitan untuk melakukan karena tidak ada fasilitas atau peralatan yang mendukung. Peran pemerintah akan memicu perilaku masyarakat sekaligus memfasilitasi mereka sehingga mampu melakukan pencegahan. Sudah saatnya di setiap fasilitas umum, disediakan tempat cuci tangan atau hand sanitizer, tissue dan masker gratis disertai himbuan tentang etika batuk dan bersin.

Pencegahan penularan airborne disease hingga saat ini ditentukan oleh kemampuan pencegahan oleh masing-masing individu. Dengan membiasakan tindakan pencegahan disertai dukungan fasilitas, penyakit dengan cara penularan airborne disease yang lain juga dapat ditekan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun