Semalam nonton Lensa Olahraga di televisi dimana diberitakan bahwa untuk sampai saat ini PT Liga selaku pengelola liga profesional ditanah air alias ISL belum mendapatkan sponsor resmi menjelang 2 minggu kompetisi resmi bergulir, mata yang kedau-kedau merem jadi terbuka lebar dan telinga langsung pasang lebar-lebar untuk mendengar apa sebab PT liga yang ke-Profesional nya bahakan sudah mendapat Akreditasi 'A' dari AFC untuk kawasan Asia adalah number 1, bersaing dengan liga Jepang dan Korea dan akhirnya ISL unggul dengan angka yang sangat-sangat tipis. Apa gerangan sih yang membuat PT Liga belum mendapat sponsor?, di Lensor tidak dijelaskan kenapa, hanya dijelaskan kewajiban PT Liga untuk mensubsidi setiap klub ISL dengan gelontoran dana sebesar 2,5 Milyar permusim.
Dijelaskan lebih lanjut oleh prensenter kewajiban itu mutlak harus ditanggung oleh BV Sport yang mau tidak mau harus bayar, meskipun nanti kalau tidak dapat sponsor harus menanggung itu semua, menurut saya malah tidak mungkin malah kalau sampai nanti tidak ada yang jadi sponsor. Paling banter nanti nilai sponsorship saja bisa saja kurang dari yang ditargetkan atau malah nanti nilainya lebih. Menjadi pertanyaan sebenarnya posisi BV sport disini?, apakah sebagai pemegang hak kelola liga seperti dijelaskan prensenter termasuk juga apakah hak siar televisi oleh BV sport juga? barangkali ada yang tahu karena presenter lensor tidak menjelaskan lebih jauh.
Yang menjadi pikiran saya adalah berarti BV sport disini adalah calo atau makelar kalau menurut saya. Itu mah masalah sebutan saja jelek kalau pakai bahasa Calo / Makelar, bahasa Inggris malah lebih keren sebutanya menjadi Broker/Agent. Karena seandainya ni, jikalau nanti nilai sponsorship katakanlah mencapai nilai 100 m berarti menurut logika ane yang sederhana, BV sport hanya membayar sebesar 45 M ke klub, masih ada sisa 55 m yang menjadi keuntungan mereka, bayangkan kalau hak siar juga harus melalui mereka, taruh lah 25 m, berarti untuk satu musim mereka mendapatkan sebesar 80 m, nilai yang sangat besar. Trus kalau mereka tidak dapat sponsor saya yakin mereka akan menolak kewajiban untuk membayar 2.5 m/musim kepada klub, boleh liat nanti pasti ada saja alasan mereka.
Itu baru dari hasil perhitungan secara sederhana saja oleh saya sebagai orang awam, tidak tertutup kemungkinan malah ada pos-pos keuntungan yang tidak diketahui, memang ya kalau seseatu yang hak kelolanya diserahkan kepada Mafia pasti akan ada kongkalikong dan output yang tidak jelas kedepan nantinya. Mengharapkan Sepakbola nasional berkembang dan maju sepertinya masih jauh panggang dari api untuk saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H