Padahal beliau adalah kekasih Rasulullah dan sahabat baiknya yang tentunya ketakwaannya kepada Allah dan pemahamannya terhadap wahyu bisa dikatakan terbaik dibanding rakyatnya.
Begitu pula dengan Khalifah kedua, Umar bin Khattab r.a juga memiliki banyak keutamaan, bahkan ada banyak ayat Al Qu'an yang turun karena perkataannya.Â
Namun begitu, ia bahkan menerima kritikan seorang wanita yang disampaikan di depan umum ketika beliau menetapkan batasan mahar bagi kaum wanita.Â
Beliau berkata, "Wanita ini benar dan Umar salah," setelah mendengarkan argumentasi kuat si Muslimah tadi yang membacakan surat An-nisa' ayat 20 untuk mengkritik kebijakan Umar.
Sistem politik Islam menetapkan adanya majelis umat yang beranggotakan orang-orang yang mewakili kaum Muslim dalam memberikan pendapat sebagai tempat merujuk bagi Khalifah untuk meminta masukan atau nasihat mereka dalam berbagai urusan.Â
Mereka mewakili umat dalam melakukan muhsabah (mengontrol dan mengoreksi) para pejabat pemerintahan (al-Hukkm). Keberadaan majelis ini diambil dari aktivitas Rasul Saw. yang sering meminta pendapat dan bermusyawarah dengan beberapa orang dari kaum Muhajirin dan Anshar yang mewakili kaum mereka.
Terlebih bila nampak kezaliman yang dilakukan penguasa, wajib atas seluruh kaum muslim untuk menasehati dan mengkritiknya. Umm Athiyah, dari Abu Said, mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:
"Jihad yang paling utama adalah mengatakan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim" (HR Abu Dawud no. 4344)
Sudah seharusnya kaum Muslimin bergegas menerapkan sistem Islam saja, sistem yang  berasal dari wahyu dan terjamin keshahiannya, memuliakan dan mensejahterakan manusia. Bukan sistem Demokrasi yang rusak dan merusak bangunan peradaban manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H