Mohon tunggu...
Hauro aljannah
Hauro aljannah Mohon Tunggu... Lainnya - Umm's of Three

Menulis untuk Peradaban Cemerlang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Remaja Gelar Pesta Seks, Bukti Sekulerisme Gagal Melindungi Generasi

18 Juli 2020   21:13 Diperbarui: 18 Juli 2020   21:11 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Syubanu al-yaum rijalu al-ghaddi" (Pemuda hari ini adalah tokoh pada masa yang akan datang). Begitulah ungkapan bahasa arab menggambarkan kedudukan para pemuda. Bahwa mulia dan berkualitasnya pemuda hari ini, cerah lah masa depan sebuah bangsa. Sedangkan bila rusak kondisi para pemuda hari ini, suramlah nasib bangsa tersebut di kemudian hari.

Namun realitanya, potret pemuda hari ini masih diwarnai dengan beragam kenakalan dan kerusakan. Sebagaimana yang terjadi baru-baru ini, sebanyak tiga puluh tujuh anak di bawah umur yang hendak menggelar pesta seks terjaring razia di hotel di Kecamatan Pasar, Kota Jambi, pada kamis (9/7/2020) lalu. 

Para remaja tersebut kepergok setelaha danya razia tim gabungan TNI, Polri, dan Pemerintah Kecamatan Pasar Kota Jambi. Bahkan diantara mereka ada yang kedapatan membawa obat kuat hingga alat kontrasepsi.

Temuan ini telah menambah deretan angka seks bebas remaja yang terjadi di negeri ini. Bahkan semakin hari semakin parah dan tidak terkendali. Generasi telah berada di ambang bahaya. 

Atas fenomena yang mengkhawatirkan ini, maka siapakah yang harus bertanggung jawab? Cukupkah kesalahan hanya kita tunjukkan kepada para remaja? 

Saat pendidikan seks usia dini terbukti tidak mampu menutup trend gaul bebas pada remaja, keluarga juga belum berhasil membentengi remaja dengan aturan Islam sehingga bijak menentukan batasan halal haram. Dan kontrol masyarakat belum sepenuhnya hadir memberi penjagaan saat terjadi aktivitas pacaran ataupun campur baur laki-laki dan perempuan (ikhtilat).

Di sisi yang lain absennya kehadiran negara dalam melindungi remaja dari ganasnya dunia maya dengan konten-konten yang merusak pemikiran dan perasaan remaja berikut puluhan aplikasi-aplikasi di gadget mereka yang bermuatan gaya hidup hedonis dan permissive. Bahkan tersedianya penginapan muda mudi yang tak pandang status pernikahan mereka adalah sebuah keabaian yang fatal.

Persoalan moral hanya dipandang sebagai urusan personal, tanggungjawab keluarga, bukan menjadi tanggung jawab negara. Alih-alih melarang pergaulan bebas di kalangan remaja, negara justru mengampanyekan bahaya pernikahan dini. Padahal prosentase kasus nikah dini amat rendah dibandingkan dengan perilaku pacaran dan seks bebas di kalangan pelajar. Negara mempersoalkan nikah dini yang sah secara hukum agama, sementara pacaran yang jelas mendekati zina justru dibiarkan.

Sesungguhnya ini adalah problem sistemis yang saling berkelindan buah pemisahan agama dari kehidupan (Sekulerisme) sebagai asas dalam tatanan kehidupan hari ini. 

Akibatnya generasi pun jauh dari nilai-nilai agama yang seharusnya menjadi pedoman bagi pola fikir dan pola sikap. Parahnya lagi, ketika para pemuda mulai menyadarai untuk kembali kepada kehidupan Islam, mereka justru dicurigai dan distigmatisasi sebagai intoleran, bahkan radikal.

Seharusnya negaralah yang menjadi benteng utama dalam melindungi generasi dari berbagai kerusakan pemikiran dan tingkah laku mereka. Bukankah Rasulullah Saw bersabda: "Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai. (HR. Al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll).

Al-Imam yang menjadi perisai yang disebutkan dalam hadist ini, memang hanya akan terwujud dalam sistem terbaik yang pernah dicontohkan Rasulullah Saw dan para sahabat beliau dalam sistem kekhilafahan yang menerapkan Islam kaffah. 

Dalam negara Khilafah, sistem pendidikan akan melahirkan  generasi muda yang kokoh iman, punya integritas, pola pikir dan sikapnya sesuai ajaran Islam, punya ilmu dan keterampilan untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat. Sistem pergaulan sosial dalam Islam mampu menjaga kesucian generasi dari rusaknya pergaulan bebas. Sistem ekonomi Islam akan memberi dukungan finansial yang cukup dalam rangka pengembangan potensi dan pengabdian generasi terhadap umat. Sistem persanksian dalam Islam memberi efek jera sekaligus menggugurkan dosa.

Hanya dengan penerapan Khilafah lah potensi penting generasi muda dapat teroptimalisasi dalam masyarakat serta terjaga fitrah nya. Selayaknya kita segera perjuangkan sistem terbaik yang akan menjamin generasi muda tumbuh berkembang dalam tatanan hidup yang akan memuliakan manusia dan seluruh alam semesta. Allahu a'lam bisshawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun