Mohon tunggu...
Andreas Erick Haurissa
Andreas Erick Haurissa Mohon Tunggu... profesional -

Penduduk DKI Jakarta dengan darah Indonesia-Tionghoa dari Pontianak, Kalimantan Barat, dokter umum lulusan UNIKA Atma Jaya Jakarta, Kanisian, poliglot, editor medis, pecinta jalan-jalan dan kisah sejarah, penggemar seri gim Final Fantasy

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Peliknya Banyak Nama Negara dalam Bahasa Indonesia

19 Desember 2013   15:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:44 606
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mencoba mencari sumber yang dianggap standar, misalnya senarai Nama-Nama Negara dan Negeri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang saya miliki edisi Kedua tahun 1995. Untuk pertanyaan di atas, berturut-turut adalah: Republik Rakyat Cina. Papua Nugini, Belarus, Greenland, Pantai Gading, Kampuchea, Cheska, dan Bangladesh. (Mungkin ada perubahan di KBBI terbaru?)

Kemudian kalau menurut sumber yang sering menjadi acuan pengetahuan,  Buku Pintar Seri Senior, edisi cetakan ke-34 tahun 2003: Republik Rakyat China, Papua Nugini, Belorussia, Tanah Hijau/Greenland, Pantai Gading, Kamboja, Ceko, Bangladesh. Dan di samping itu juga digunakan Belau (Palau), Brazilia, Brunai Darussalam, Chili, dan Guinea Khatulistiwa.

Dalam portal milik pemerintah Republik Indonesia pun kian menyemarakkan kebingungan ini, yakni dimasukkannya terminologi "Netherlands" dan "Royal Danish", yang lebih dikenal "Belanda" dan "Denmark".

Bagaimana Nama Negara Ini Diserap?

Menurut UU Suhardi, dari majalah Tempo, dalam suatu artikel menuliskan dalam proses penyerapan nama negara digunakan beberapa cara, yaitu kelaziman, penyesuaian ejaan dari nama asli dan internasional, nama asli dengan/tanpa penyesuian, nama internasional dengan/tanpa penyesuaian, dan hingga penerjemahan. Jadi, banyak sekali! Kita tidak bisa menggunakan standar yang tunggal.

Hasil pengamatan saya, kebanyakan nama negara ini biasa diterjemahkan melalui proses-proses berikut:


  • Penyesuaian dengan lidah Indonesia. Misalnya: Brasil (bahasa Inggris: Brazil, lafal "z" agak asing untuk diucapkan), Irak (bahasa Inggris: Iraq, akhiran "q" sangat jarang dalam bahasa Indonesia), Jamaika (bahasa Inggris: Jamaica), Kuba (bahasa Inggris: Cuba).
  • Nama sudah lazim digunakan sejak lama -mungkin ada faktor sejarah-, misalnya Mesir (bahasa Inggris:Egypt, kata Mesir berasal dari مصر‎ atau misr dalam bahasa Arab), Yunani (bahasa Inggris:Greece, kata Yunani berasal dari  يونان atau yunan dalam bahasa Arab, yang diturunkan dari kata "Ionia", salah satu daerah di Asia Minor. Tak hanya bahasa Indonesia, turunan "Ionia" ini juga diadopsi oleh beberapa bahasa Asia lainnya seperti Hindi, Nepali, Yahudi, Phasto, dan Turki.)
  • Jika nama negara sesuai dengan pelafalan bahasa Indonesia, maka biasanya diserap langsung, misalnya: Burkina Faso, Albania, Laos, India, Fiji, Guam.
  • Ada nama negara yang diserap langsung namun dilafalkan dengan pelafalan yang mirip bahasa Indonesia, walaupun sebenarnya tidak sesuai dengan ejaan khas Indonesia, misalnya Thailand (dibaca dengan /thailan/, bukan /thailen/).
  • Nama negara yang diserap langsung maupun dengan penyesuaian, tetapi dengan ejaan yang tak sesuai dengan lafal dalam bahasa Indonesia, misalnya Swiss (mungkin dari nama resmi internasional Swiss Confederation dibandingkan nama asli Schweizerische Eidgenossenschaf). Padahal tidak ada suku kata -ss- dalam bahasa Indonesia. Kemudian ada Liechtenstein, yang saya yakin pasti menjungkirbalikkan lidah orang Indonesia. Negara kecil yang memang jarang disebut ini, seharusnya dilafalkan sesuai ejaan bahasa Jerman /lih-ten-stain/. Masih ada juga, Sri Lanka (demikian juga dalam bahasa Inggris) yang dilafalkan /sri-langka/ dengan bunyi sengau di tengahnya.
  • Nama yang diserap langsung namun dengan penyesuaian, terutama bagi negara dengan lebih dari satu kata, misalnya Arab Saudi (bahasa Inggris: Saudi Arabia, penyesuaian karena prinsip Diterangkan-Menerangkan), Uni Emirat Arab (bahasa Inggris: United Arab Emirates).
  • Nama negara yang lazim digunakan sesuai nama resmi dalam bahasa Melayu, misalnya Singapura (bahasa Inggris: Singapore, dan Singapura memang nama resmi)


Belum Ada yang Baku?

Mungkin tidak akan ada yang memusingkan "Filipina" atau "Philippina". Namun untuk beberapa negara -terutama yang jarang disebut- ada yang memberi kebingungan, misalnya "Guinea Ekuatorial atau Guinea Khatulistiwa" (untuk Equatorial-Guinea), "Tanah Hijau" (untuk Greenland), "Santa Lusia" atau "Santa Lucia" (untuk Saint Lucia). Hal ini pun diungkapkan oleh Hasan Alwi dari Pusat Bahasa).

Cina atau China

Kata Tiongkok yang diturunkan dari bahasa Hokkien, mungkin sudah tak banyak dipakai, dibandingkan kata "Tionghoa". Yang lebih sering dipakai untuk menggantikan Tiongkok adalah sinonimnya, Cina atau China. Menurut KBBI, dan standar ejaan yang lazim, adalah Cina.

Nah, kata Cina ini ternyata ada cerita yang menarik. Pada Oktober 2013, Kedutaan Besar Cina merilis sebuah surat untuk sejumlah media massa. Isinya untuk menggantikan kata Cina menjadi China. Remy Silado, pengamat bahasa, menyayangkan hal ini. Memang, dahulu mungkin ada kejadian yang memeyorasikan kata "Cina". Namun menurut Remy, kebakuan bahasa tetaplah harus dipertahankan. Penggantian dengan "sok Inggris" bukanlah hal yang baik, seperti yang dilakukan oleh Metro TV yang kerap mengganti "China", bahkan melafalkannya dengan lafal bahasa Inggris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun