Sistem pendidikan di Indonesia saat ini masih memiliki beberapa kekurangan, salah satunya yaitu pendidikan yang tidak berfokus kepada minat dan bakat masing-masing siswanya dan membuat siswanya tidak memiliki kesempatan untuk mendalami bakatnya. Siswa dituntut untuk bisa menguasai segala jenis bidang yang diajarkan di sekolah. Pada era ini perlunya inovasi yang harus dikembangkan yaitu sistem pembelajaran yang dapat mendukung minat serta bakat agar para siswa lebih semangat dalam belajar.
Generasi milenial atau generasi Y yang juga akrab disebut generation me atau echo boomers. Istilah tersebut berasal dari millennials yang diciptakan oleh dua pakar sejarah dan penulis Amerika, William Strauss dan Neil Howe dalam beberapa bukunya. Era milenial ini dikenal untuk anak-anak yang lahir pada tahun 1980-2000. Era milenial ini menjadi era pertama yang menikmati komputer di rumahnya masing-masing. Pada saat itu perkembangan dan pertumbuhan sangat didominasi oleh keadaan lingkungan, sehingga mengalami pertumbuhan secara pesat. Pada era ini perkembangan internet dan teknologi sedang berkembang pesat. Keberadaan teknologi ini pun harus disikapi secara positif dan dipergunakan untuk kepentingan yang baik. Contohnya seperti digunakan untuk pembelajaran.
Adapun mengenai karakteristik generasi ini dikemukakan oleh Grail yang dikutip oleh Hariadi dan Sudamaningtyas diantaranya yaitu :
- Sangat nyaman dan bebas dalam menggunakan teknologi.
- Multitasking terhadap berbagai produk daring dan peralatan canggih teknologi.
- Memiliki rasa tanggung jawab sosial yang tinggi dengan banyaknya informasi yang diakses.
- Selalu terhubung dengan media sosial lintas negara dan budaya.
Banyak sekolah yang sudah menerapkan pola belajar mengajar sesuai karakteristik dari generasi milenial ini. Proses belajar yang awalnya hanya berjalan satu arah, yaitu dengan guru menjelaskan materi yang akan dipelajari dan muridnya hanya mendengarkan dan mencatat materi tersebut. Sekarang pembelajaran banyak pembelajaran yang sistemnya dua arah, yaitu dengan cara berdiskusi antara guru dan muridnya. Dalam pembelajaran ini guru dapat membuat sebuah sistem belajar dimana para murid sebelumnya harus mencari tentang materi yang akan dipelajari, memahami materi tersebut sebelum dibahas dalam kelas, lalu akan didiskusikan kecil di dalam kelas.
Pada saat ini media pembelajaran tidak hanya dengan bertatap muka. Bisa juga dilakukan melalui media social seperti sms, whats app, facebook, Instagram, dan lain-lain. Media sosial ini dapat digunakan untuk guru memberikan materi kepada muridnya dalam jarak jauh, sehingga murid dapat tetap melangsungkan pembelajaran tanpa bertatap muka. Perkembangan internet juga menyebabkan banyaknya forum belajar yang diciptakan secara gratis untuk menunjang dan memudahkan dunia pendidikan, karena dapat diakses dimanapun dengan syarat internet yang memadai.
Pendidikan yang ada saat ini, banyak yang telah menyediakan fasilitas seperti laptop, Komputer, akses internet untuk media pembelajaran murid-muridnya. Keberadaan akses internet ini dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk mendukung pembelajaran didalam kelas. Dengan disediakannya fasilitas ini, diharapkan dapat membangun pengetahuan, keterampilan (skill), dan karakter dari setiap siswa. Membiasakan siswa-siswi belajar dengan menggunakan teknologi masa kini akan membuat mereka lebih berfikir secara kreatif dan terbuka. Mereka dapat mengakses sebuah informasi atau materi yang dibutuhkan dengan cepat karena bantuan teknologi.
Dengan kebiasaan yang sudah diterapkan sejak dini dan menyesuaikan dengan ritme belajarnya, generasi milenial ini lebih cocok menggunakan gaya belajar e-learning yaitu suatu system atau konsep Pendidikan yang memanfaatkan teknologi informasi dalam proses belajar mengajarnya. Dari beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa generasi milenial ini lebih merasa nyaman ketika berkomunikasi dengan pengajarnya atau gurunya melalui media sosial, mereka juga lebih menyukai materi pembelajaran yang bersifat elektronik karena lebih mudah diakses dimana saja dan kapan saja, serta mereka juga mempercayai bahwa teknologi memiliki pengetahuan yang lebih dibandingkan pengajar/guru mereka sendiri.
Selain e-learning ada pula gaya belajar lain yang para peneliti sarankan untuk mengajar generasi milenial ini yaitu flexible learning. Flexible disini berkaitan dengan berbagai hal seperti waktu, lokasi, program pembelajaran, interaksi, dan komunikasi. Pertama, flexible dalam hal lokasi adalah dengan cara lebih memanfaatkan media yang ada disekitar kita sehingga pembelajaran tidak hanya dilaksanakan di dalam ruang kelas namun dapat dilakukan dimana saja. Kedua, flexible dalam hal program pembelajaran artinya peserta didik atau siswa dapat memilih materi yang sesuai dengan kebutuhan dan ketertarikannya tetapi harus tetap sesuai dengan target pembelajaran. Ketiga, flexible dalam hal berinteraksi artinya peserta didik atau siswa dapat mengambil keuntungan berinteraksi dalam pembejaran kelompok dan project kelompok, lalu kelompok ini dibebaskan untuk menentukan dan mengatur waktu belajarnya sendiri. Keempat, flexible dalam hal komunikasi artinya komunikasi antar pelajar atau siswa tidak hanya dilaksanakan secara tatap muka tetapi juga secara jarak jauh melalui media social yang mereka miliki. Kelima, flexible dalam hal bahan belajar artinya peserta didik atau siswa dapat memilih secara bebas sumber belajarnya dan merekapun dapat mencari tambahan sumber belajar selain dari yang telah disediakan pengajar/guru mereka.
Selain para siswa yang harus terbiasa dengan perkembangan teknologi, para guru yang diharapkan oleh generasi milenial saat ini adalah yang bisa menggunakan teknologi dan cerdas dalam mengetahui situasi pembelajaran. Ada beberapa kriteria guru yang mengajar pada era milenial ini yaitu :
- Guru harus melek digital, maksudnya disini guru harus memahami dan bisa menggunakan kecerdasan teknologi yang ada pada saat ini. Guru harus memiliki kemampuan dalam menggunakan alat-alat berupa elektornik, dan kecakapan perilaku dalam memanfaatkan kecanggihan teknologi. Kemampuan mengoperasikan komputer sudah menjadi keharusan, dan juga dapat memudahkan guru dalam menjalankan tugas dan fungsi profesinya.
- Guru harus bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi sebagai sumber belajar dan komunikasi pembelajaran. Misalnya dalam penggunaan media social sebagai media komikasi anatar murid dan gurunya diluar kelas belajar. Contohnya melakukan panggilan video melalui handphone atau laptop.
- Guru harus bisa menyuguhkan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, maksudnya di sini adalah cara mengajar yang menggunakan teknik atau metode yang menyenangkan dan mudah untuk dipahami siswa, agar siswa pun tidak merasa bosan ketika pembelajaran sedang berlangsung.
- Guru harus menjadi role model siswanya, maksudnya guru harus dapat memberikan contoh sikap yang baik agar dapat ditiru oleh siswanya dan diharapkan juga mampu menghadapi tantangan generasi milenial sehingga melahirkan generasi yang cerdas dan berkarakter.
Berdasarkan kriteria guru cerdas di era generasi milenial tersebut, diharapkan dapat membangkitkan semangat belajar siswa, karena sesuai dengan perkembangan zaman karakteristik siswa dan juga perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Agar guru bisa lebih kreatif dan dapat menggunakan strategi, metode, dan media pembelajaran yang tepat.
Selain siswa dan guru untuk mendukung pembelajaran diperlukan juga strategi pembelajaran yang baik. Para ahli mengembangkan lima strategi belajar yang berkenaan dengan penerapan model pembelajaran yang disingkat REACT yaitu :
- Relating artinya belajar yang dikaitkan dengan konteks pengalaman nyata.
- Experiencing artinya belajar yang ditentukan pada penggalian, penemuan, dan penciptaan sesuatu.
- Applying artinya belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan didalam konteks pemanfaatannya.
- Cooperating artinya belajar melalui konteks komunikasi interpersonal, pemakaian bersama dan sebagainya.
- Transfering artinya belajar melalui pemanfaatan pengetahuan, dari dalam situasi atau konteks.