Terbalut dalam kemilau guratan senja, ombak yang berdebur mulai terpapar pula akan sinarnya.
Semesta terbungkam, tak mampu bersuara malam ini. Awan-awan nampak tersisih, terbelah oleh sinar rembulan yang menembus lembut jendela sang empu.
Wanita itu, nampak menanti momen-momen ini. Duduklah ia dengan manis, dianggunkan tiap geriknya bahkan saat membolak-balik lembaran buku. Di antara gelap, dipancari oleh pelita yang terlihat remang-remang, wanita itu meniti tiap bait dan mengalunkannya diantara heningnya malam.
Kesendirian wanita itu tak mengerikan dirasa, justru menjadi sebuah kebebasan tak berarti baginya. Ditemani suara ombak pasang surut dan kicauan jangkrik cukup jadi alunan musik, menemani harmoni puitis yang tiap malam keluar dari bibirnya.
Dicengkram dalam gulita, berusaha dibungkam dalam heningnya petang. Namun dengan raga tenang, wanita itu tetap melanjutkan tindakannya. Dibawah suhu mencekam, dibawah langit malam, ia duduk manis melantunkan karya seninya, dalam keadaan aman tentram.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H