Mohon tunggu...
Haura Muafa
Haura Muafa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Amateur Writer

Rule number #1, Never be number #2.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Wanita Itu

5 April 2024   19:42 Diperbarui: 5 April 2024   20:09 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terbalut dalam kemilau guratan senja, ombak yang berdebur mulai terpapar pula akan sinarnya.

Semesta terbungkam, tak mampu bersuara malam ini. Awan-awan nampak tersisih, terbelah oleh sinar rembulan yang menembus lembut jendela sang empu.

Wanita itu, nampak menanti momen-momen ini. Duduklah ia dengan manis, dianggunkan tiap geriknya bahkan saat membolak-balik lembaran buku. Di antara gelap, dipancari oleh pelita yang terlihat remang-remang, wanita itu meniti tiap bait dan mengalunkannya diantara heningnya malam.

Kesendirian wanita itu tak mengerikan dirasa, justru menjadi sebuah kebebasan tak berarti baginya. Ditemani suara ombak pasang surut dan kicauan jangkrik cukup jadi alunan musik, menemani harmoni puitis yang tiap malam keluar dari bibirnya.

Dicengkram dalam gulita, berusaha dibungkam dalam heningnya petang. Namun dengan raga tenang, wanita itu tetap melanjutkan tindakannya. Dibawah suhu mencekam, dibawah langit malam, ia duduk manis melantunkan karya seninya, dalam keadaan aman tentram.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun