Mohon tunggu...
Haura Muafa
Haura Muafa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Amateur Writer

Rule number #1, Never be number #2.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Cerbung: Melodi Sunyi dan Dunia kecil (Bagian Tiga)

28 Februari 2024   16:28 Diperbarui: 28 Februari 2024   16:35 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

"Aldearra, masuklah ke duniaku"

"Masuk ke...dunianya?"

.

Yash dengan perangai santai meletakkan foto yang telah ia jepret. Wajah Aldearra terpatri pada kertas itu, meski matanya sedikit mengecil karena silau.

"Cantik" pikir Aldearra tersenyum kecil. Namun, ia masih bingung soal ucapan Yash. Apa maksud dari kata "Masuklah ke duniaku?", Apakah dunia tuli dan pendengar memang berbeda, apalagi seorang pemotret dunia?.

"Aku adalah pemotret pemandangan dunia, seluruh panorama dan tampilan penjuru negara ada di tanganku"

Aldearra membaca ulang kalimat itu, mencoba mencerna dan memahami arti yang hendak disampaikan Yash. Ia menatap Yash yang menyeringai geli, kemudian merunduk dan menuliskan segala kebingungannya di atas kertas.

"Apa maksudmu? Masuk ke duniamu?" tanyanya, di secarik kertas itu. 

Melihatnya Yash tersenyum makin lebar. Ia mengambil pena itu, dan menjelaskan semuanya di atas kertas itu.

"Seperti yang telah ku katakan, aku adalah pemotret dunia. Aku bisa memotret apapun, mengelilingi seluruh sudut bumi dan memastikannya terpatri pada sehelai kertas dan menjadi kenangan"

Membacanya, Aldearra mengerutkan kening penuh tanda tanya. Seaakan bisa membaca kata hati seseorang, Yash menjawab seluruh kebingungan tak terucapkan dari Aldearra.

"Menjadi seorang Fotografer adalah impianku sejak dulu, impian Yash kecil dengan sifatnya yang penasaran. Aku ingin tahu tentang apa yang terjadi di seluruh dunia, di setiap sudut-sudutnya yang mengandung keindahan"

Aldearra manggut-manggut, mulai memahami apa yang hendak Yash sampaikan.

"Akhirnya aku mencoba membeli satu kamera waktu kecil. Saat pertama kali aku memakainya, sunggub luar biasa indahnya. Aku bisa memotret dan menjaga keindahan dunia dalam selembar kertas, menceritakannya pada semua orang dan menjadikannya kenangan. 

Itu membuatku semakin bersemangat, aku ingin menjadi fotografer dunia. Aku berkeliling ke seluruh penjuru negara, memotret setiap panorama paripurna yang ada. Aku memastikan bahwa diriku mengetahui apa yang ada di seluruh dunia, dan memotretnya dengan kameraku. Sungguh, setiap jepretan adalah berharga.

Termasuk kamu"

Pena Yash terhenti, Aldearra terkejut. Ia menatap Yash perlahan dengan mata berbinar, dengan pipi yang perlahan menumbuhkan semburat merah. Akhirnya ia paham kenapa Yash tiba-tiba memotretnya. Yash tersenyum, ia tak memberikan jeda dan menulis lagi.

"Kamu adalah sesuatu yang sama berharganya, pantas dipatrikan dalam sebuah potretan. Kamu menarik, kamu adalah sisi dunia yang belum ku ketahui. Seorang tuli yang ingin menulis, luar biasa sekali"

Yash berhenti menulis, kemudian menatap Aldearra secara frontal. Kemudian, ia mulai menggoreskan kalimat penutupnya,

"Maka dari itu, masuklah ke duniaku. Akan kuberikan jepretan setiap sudut negara agar kau bisa menumpahkannya dalam tulisan, dan memotretmu sebagai koleksi panorama dunia yang indah pula.

Akan kubuat duniamu luas, dengan kameraku"

Aldearra tertegun, kalau boleh jujur ia sangat tersipu. Ia menunduk, tersenyum malu dengan tawarannya. Berdampingan dengan seorang fotografer yang bahkan rela memotret belahan dunia demi karya sastranya, sungguh manis.

Aldearra mengangguk, sebagai tanda persetujuan. Kepingan putih Valdiostok perlahan memudar dan hilang, memberikan kehangatan pada sang tuli yang akan memulai perjalanan barunya. Mengarungi dunia luas, sebagai sang tuli.

TAMAT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun