Mohon tunggu...
Haura Muafa
Haura Muafa Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Amateur Writer

Rule number #1, Never be number #2.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Cerbung: Melodi Sunyi dan Dunia Kecil

7 Februari 2024   14:27 Diperbarui: 7 Februari 2024   14:33 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pinterest.com/TramLuanPage/

Ketika rona merah langit ditutupi salju, bumantara seketika pucat dengan berbagai kepingan putihnya. Namun di sana, Rusia, setitik kehangatan melingkupi dua insan dan menciptakan harmoni yang serasi bagi kota dingin pada abad ke-20 itu.

Di sana ada Aldearra Feonitta, seorang gadis tuli pecinta karya sastra dan segala bentuk seninya. Sembari menerawang langit Vladivostok yang memanjakan mata, ia mencoba membuat rangkaian kata-kata prosa sambil mengamati setiap gerak awan dan buliran salju yang perlahan turun.

Namun, tak bisa dipungkiri. Langit kotanya memanglah paripurna, namun baginya itu membosankan. Pemandangan antariksa yang terlalu familiar tidak membuatnya mendapatkan ide yang lebih jauh, ia tidak mau menceritakan Vladivostok secara terus menerus.

"Aku tak bisa, hatiku sudah terlalu jelah. Perlukah aku menulis tentang panorama Vladiostok secara terus menerus?"

Aldearra yang berada di balkon asrama menatap sekitar, mencoba mencari sesuatu yang unik untuk dituliskan selain salju dan Vladivostok. Namun nihil, seluruh sisi dari sekolah tuli ini sudah ia tumpah ruahkan dalam karya sastra. Itu membuat otaknya kosong, tetiba saja kehilangan banyak ide.

"Sepertinya aku kehilangan ide, aku tak tahu apa yang perlu kutuliskan..." renung Aldearra dengan raut murung. Ia kembali meletakkan diarinya dan duduk di balkon, mengayunkan kaki bosan sembari terus mencari tema yang akan ia tuliskan hari ini.

Ia mulai menerka, apa sekiranya yang ada di luar sekolah tuli yang ia tempati. Dikurung selama dua-belas tahun tentu saja menumbuhkan rasa penasaran yang makin kuat. Aldearra tetiba saja ingin mengetahui, apa saja yang ada di dunia luar? Apakah ada hal dan tempat menarik yang bisa kutuliskan selain langit biru dan salju yang putih?.

Namun, wajah Aldearra kembali muram, setelah menyadari 'ketidak-mungkinan' dari rasa penasaran yang ia miliki. Ia tuli, tentu saja wawasan tentang dunia luarnya sungguh terbatas. Ia tak boleh keluar dari sekolah tuli, dan kalaupun ia sudah lulus ia akan kembali menetap di rumah asalnya.

"Sesempit itukah dunia bagi sang tuli..?" gumam Aldearra penuh rasa jelu, setelah merenung mengenai kekurangannya sebagai penulis tuli. Ia mulai kehilangan semangat.

"Hei?"

Kehadiran seseorang yang asing mengagetkan Aldearra. Tentu saja ia tak bisa mendengarnya, namun tepukan lembut yang ada di bahunya benar-benar membuatnya terkejut.

Saat berbalik, Aldearra menatap seorang pria dengan jas kuliah sembari menenteng sebuah tas kotak. Di lehernya juga terdapat sebuah benda hitam aneh. Ini adalah pemandangan yang asing, bagi seorang tuli seperti Aldearra. Siapakah ia? Dan apa benda hitam berlensa yang ada di lehernya?.

Aldearra mengerutkan kening, ketika pria itu mulai berkomat-kamit sembari memegang buku diarinya. Dengan paksa, Aldearra merebut kembali buku diarinya dan bertanya dengan bahasa Isyarat,

"Siapa Kamu?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun