Mohon tunggu...
Haura Awalin
Haura Awalin Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

MAHASISWA AKTIF SEMESTER 1 UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kenaikan Harga BBM Memberatkan Rakyat

29 November 2022   21:04 Diperbarui: 29 November 2022   21:15 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia merupakan salah satu dari lima negara dengan penduduk paling banyak di dunia, dengan banyaknya mobilitas penduduk di Indonesia menimbulkan banyaknya rakyat yang menggunakan kendaraan dalam setiap kegiatan aktivitasnya, agar kendaraan yang di naiki dapat berjalan tentunya memerlukan yang namanya Bahan Bakar Minyak.

Bahan Bakar Minyak (BBM) adalah bahan bakar yang digunakan oleh rakyat Indonesia sebagai bahan bakar kendaraan seperti mobil dan sepeda motor. Banyaknya kendaraan di negara ini mengakibatkan besarnya akan permintaan Bahan Bakar Minyak. Harga Bahan Bakar Minyak (BBM), sangat menentukan besarnya tarif pada angkutan umum, BBM juga merupakan urat nadi dari transportasi,

Apakah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak merupakan sebuah hal yang mengkhawatirkan masyarakat dari berbagai kalangan?  Sebenarnya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia bukanlah hal baru yang terjadi di negeri ini, mulai masa presiden Soeharto sampai presiden Joko Widodo Bahan Bakar Minyak (BBM)terus merangkak naik, hanya Pesiden Habibie yang tidak menaikkan Bahan Bakar Minyak (BBM) namun malah menurunkannya sebesar Rp 200 perliter.

Kebijakan perubahan harga yang dilakukan oleh pemerintah belakangan ini dapat kita lihat di berita televisi maupun sosial media bahwa harga Bahan Bakar Minyak (BBM)Pertamax telah naik dari Rp 9.000-9.400/per liter menjadi Rp 12.500 per liter sejak 1 april 2022 dan menetapkan BBM Pertalite sebagai Bahan Bakar Minyak subsidi. 

Berdasarkan catatan Kementrian ESDM bahwa BBM Pertalite merupakan jenis bahan bakar yang paling banyak dan sering digunakan oleh pengendara yaitu mencaoai 23 juta kilo liter sepanjang tahun 2021. Lebih banyak 79 persen dari jenis bahan bakar mesin lainnya seperti Pertamax,Pertamax Turbo dan Premium yang tercatat 21 persen penggunaannya.

Apakah kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) memberikan dampak negatif? Dalam berbagai sektor, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tentu saja memberikan dampak negatif. Meningkatnya harga Bahan Bakar Mesin (BBM) tentunya akan sangat membuat masyarakat menjadi resah dan menaiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) akan berdampak kepada semua sektor harga dan usaha seperti sektor sandang, pangan dan ada kemungkinan akan menyebabkan Inflasi kedepannya.

Dengan menaiknya harga Bahan Bakar Mesin (BBM) contohnya Pertamax tentunya akan berdampak bagi masyarakat Indonesia. Disamping itu rumor mengenai harga Pertalite dan Solar akan ikut menaik juga semakin memperdampak bagi masyarakat. 

Mungkin dengan menaiknya harga BBm akan memberikan banyak dampak positif bagi pemerintah seperti lebih hematnya Anggaran Pendapapatan dan Belanja Negara) tetapi sangat berdampak negatif bagi maskarakat dari berbagai kalangan baik kalangan kecil maupun besar.

Dari sisi ekonomi, kenaikan harga BBM jelas akan mendorong kenaikan biaya produksi, mendorong inflasi (cost push inflation) yang pada gilirannya akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, penurunan upah riil dan konsumsi rumah tangga. Padahal kita tahu konsumsi rumah tangga memiliki kontribusi yang tinggi terhadap Produk Domestik Bruto (sekitar 50%) dan merupakan penghela utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Menaiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) akan sangat berdampak pada beban hidup masyarakat, baik pada kalangan bawah maupun perusahaan besar karena menaiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) akan mempengaruhi harga barang yang ikutan menaik  contohnya menaiknya harga Bahan Bakar Minyak membuat masyarakat juga menaikkan harga barang dan jasa seperti dalam pembuatan Roti ataupun kue, harga barang bahan seperti tepung,gula,minyak dan sebagainya akan terus meningkat mengikuti naiknya harga BBM.

Harga bahan ataupun barang lainnya akan ikut menaik mengikuti menaiknya harga BBM sehingga akan mempengaruhi laju dari inflasi dan kenaikan BBM juga akan memicu penimbunan-penimbunan barangbarang pokok seperti kasus kelangkaan minyak waktu lalu yang mana banyaknya mereka akan menimbun barang untuk mencari untung yang berlipat ganda.

Jika terjadi seperti itu maka daya produksi dan daya beli masyarakat berkurang yang mengakibatkan tidak adanya produksi dan tidak adanya pembelian sehingga perekonomian terhambat yang berujung perekonomian negara akan menurun dan susah meningkat.

Selain itu dampak lainnya dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) maka tarif ongkos transportasi akan ikut pula meningkat sehingga masyarakat akan terbebani dengan menaiknya harga ongkos dan membuat angkutan transportasi menurun dan sepi.

Dengan menaiknya harga barang dan menurunnya daya beli masyarakat mengakibatkan banyak UMKM yang gulung tikar karena besarnya modal yang dikeluarkan sementara harga jual tidak bisa dinaikkan apalagi penjualan yang dicapai hanya sedikit sehingga penjual terkadang tidak balik modal sehingga banyak UMKM yang terpaksa gulung tikar.

Seperti rumah makan yang terpaksa gulung tikar karena membludaknya harga minyak goreng,tepung dan daging ayam membuat pemilik rumah makan mengeluarkan modal yang besar namun tidak bisa menaikkan harga karena takut akan tidak laku sehingga hanya memperoleh untung sedikit saja bahkan tidak untung sama sekali dan rugi.

Dampak menaiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) mengakibatkan tingkat inflasi mencapai titik terendah.  Pada tahun itu harga bahan bakar premium turun sekitar 25 persen dan bahan bakar solar turun 18,80 persen, yang mengakibatkan tingkat inflasi yang negatif atau deflasi sebesar 0,07 persen.

Keadaan terakhirnya pada bulan juli 2013 pemerintah menaikkan harga bahan bakar premium 44,44 persen dan bahan bakar solar sebesar 22,22 persen sehingga tingkat inflasi juga meningkat menjadi 1,03 persen. Menurut dampak tertinggi dari menaiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) adalah pada sektor perkebunan seperti kelapa,tebu,sawit dan karet yang merupakan proses pengolahan produksinya membutuhkan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang sangat besar dibandingkan sekotr lainnya.

Referensi
Ikhsan, M., Dartanto, T., & Usman, S. H. (2005). Kajian dampak kenaikan harga BBM 2005 terhadap Kemiskinan. Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEUI.
Hartono, D. S. (2011). Dampak Kenaikan Harga BBM di Pasar Dunia Tantangan bagi Perekonomian Indonesia. Value Added: Majalah Ekonomi dan Bisnis, 7(2).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun