Mohon tunggu...
Hatta Syamsuddin
Hatta Syamsuddin Mohon Tunggu... lainnya -

jalan-jalan berbagi inspirasi, penikmat sejarah & kuliner, guru ngaji dan jualan roti di pesisir bengawan solo \r\n\r\nwww. indonesiaoptimis.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Krisis Yunani Berawal dari Masjid ?

2 Juli 2015   14:19 Diperbarui: 4 April 2017   16:50 5636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sang PM termuda

Kondisi Terkini
Lantas bagaimana kondisi terkini paska 30 Juni dimana Yunani tidak bisa memenuhi deadline pembayaran ke IMF sebesar 1,6 milliar euro, yang itu berarti gagal bayar dan terancam keluar dari Uni Eropa. Sebenarnya IMF mencoba ‘berbaik hati’ dengan bersama negara-negara uni Eropa menawarkan lagi-lagi pinjaman atau dana talangan sebesar 7,2 miliar euro atau setara dengan Rp 108 triliun. Yang dengan dana itu setidaknya Yunani bisa menyelesaikan kewajiban hutang yang jatuh tempo tersebut. Ibaratnya pepatah, ini mirip gali lubang tutup sumur.

Namun tentu saja pinjaman dari IMF dan negara-negara uni Eropa tidak ‘gratis’, mereka mensyaratkan beberapa syarat yang tentu saja akan berpengaruh pada perekonomian rakyat secara langsung. Dan bukan itu saja, syarat-syarat dari IMF itu jelas sangat bertentangan dengan yang dikampanyekan Perdana Mentri Alexis Tsipras pada Januari yang lalu. Perdana Mentri berusia 40-tahun itu - tercatat sebagai Perdana Menteri termuda dalam sejarah Yunani sejak 150 tahun terakhir (sejak 1865)- menjadikan point penting janji kampanye nya adalah : mengembalikan gaji pegawai negeri dan pensiunan yang pernah turun 30% pada pemerintahan sebelumnya, serta mengembalikan para buruh dan pekerja yang di-phk pada pemerintahan sebelumnya.

Janji yang teramat manis bagi rakyat Yunani ditengah situasi krisis. Karenanya, partai Syriza yang mengusung Alexis Tsipras, meski berhaluan komunis, berhasil mendongkrak perolehan suara secara bombastis. Jika pada pemilu 2009 partai ini mendapat 4,6 % suara rakyat Yunani, pada pemilu 2012 naik menjadi 27%, dan puncaknya pada pemilu 2015, januari yang lalu berhasil memenangkan pemilu dengan mengumpulkan dukungan 36% suara rakyat Yunani. Karena itu, saat ini menjadi sangat dilematis bagi Alexis Tsipras untuk memenuhi syarat pencairan dan lanjutan dari IMF, yang utamanya berupa pengurangan belanja pegawai dan pensiunan, menaikkan pajak diberbagai sektor, dan pengurangan atau penjualan BUMN yang berarti juga PHK masal terancam dihadapan.

Alternatif lain yang lebih memungkinkan bagi Alexis Tsipras adalah dengan menolak syarat IMF,  keluar dari Uni Eropa dan kembali berdikari dengan menggunakan mata uang sendiri Drahma. Kedua pilihan yang sama-sama sulit, karenanya sang PM ingin mendapatkan legitimasi yang kuat dengan menggelar referendum hari Ahad 5 juli besok, yang diikuti seluruh rakyat yang memiliki hak pilih, untuk menolak atau menerima syarat yang diajukan oleh IMF.

Kondisi di Lapangan
Jika sahabat bertanya kondisi lapangan yang terjadi, maka benar apa yang diberitakan terjadi antrian ATM dan perbankan tutup, rencana dibuka kembali tanggal 7 Juli. Beberapa demonstrasi juga terjadi di gedung parlemen Yunani di Syntaqma Square, namun dengan intensitas yang masih kecil dan relatif terkendali. Hal yang berbeda mungkin bisa terjadi dalam beberapa hari ke depan. Mengingat pada tahun 2010 yang lalu memang sempat terjadi kerusuhan dan pembakaran di sejumlah titik di Athena, yang tentu saja karena pemberlakuan syarat IMF pada waktu itu, yaitu pengurangan gaji PNS dan pensiunan serta PHK masal karena pengurangan BUMN dari 6000 menjadi 3000.  Pada waktu itu PNS dan Pensiunan Yunani dipotong gaji sebesar 30%, bayangkan jika itu terjadi di Indonesia, pastilah ada efek kekacauan yang tidak jauh berbeda.

Jadi untuk saat ini masih wait and see, mengingat perkiraan hasil referendum saat ini masih sama besar antara pihak yang menolak dan menyetujui. Lantas bagaimana pengaruh krisis ini pada masyarakat Indonesia yang di Yunani ? Tentu pasti berpengaruh dalam hal-hal tertentu, mengingat perekonomian secara umum terdampak perkembangannya. Namun sebagian besar pekerja Indonesia di sini bekerja pada mereka yang bergerak di sektor swasta dan pengusaha. Sehingga masih ada waktu untuk berhitung kembali tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi.

Pelajaran bagi kita selaku negara, terlebih secara pribadi. Agar tidak menumpuk hutang dari tahun ke tahun untuk kepentingan konsumtif yang berlebihan, apalagi untuk kepentingan menonjolkan diri dan kemewahan sebagaimana terjadi di Yunani pada penyelenggaraan Olimpiade Athena tahun 2004.  Lebih penting juga agar kita senantiasa berupaya meningkatkan pendapatan dengan multi tasking, tidak hanya berasal dari satu sumber saja. Sehingga ketika kita berhutang pun, masih bisa mengangsur dengan tepat dan baik. Mudah memang untuk diucapkan, soal aplikasi kita semua diuji dihadapan Allah SWT dan manusia.

Oya, jangan lupa untuk ‘wastainu bishobri wa sholat”, menjadikan kesabaran dan menegakkan sholat sebagai kekuatan utama dalam menghadapi ujian kehidupan. Tentang hal ini, ada beberapa sahabat yang berkomentar serius dengan nada bercanda : kalau mau lepas krisis, Yunani harus bangun satu masjid yang resmi dan cukup besar di tengah kota. Hmm, benar juga .. negara dan rakyat Yunani ini sudah terlampau lama dalam kesombongan, tidak mengijinkan pendirian masjid yang resmi. Perjuangan melalu parlemen saja sudah dimulai sejak awal tahun 1980, 35 tahun yang lampau. Insya Allah postingan berikutnya tentang hal tersebut.

Selamat Ramadhan, salam hangat dari Athena

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun