Mohon tunggu...
Rahmi H
Rahmi H Mohon Tunggu... Guru - Peskatarian

Ngajar | Baca | Nulis Kadang-Kadang Sekali

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Apa yang Hendak Kau Kisahkan Hari Ini?

5 Desember 2020   21:28 Diperbarui: 5 Desember 2020   21:37 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sekejap kesadarannya seperti tenggelam, ia larut pada bayangan tentang kisah-kisah yang pernah ia ceritakan. Di kursi itu, ia seolah mendengar suaranya sendiri, ia mendengar bagaimana dirinya bertutur tentang alam, beningnya danau, lebatnya hutan, tenangnya lautan dan pantai, dan seluruh hal yang ia sebut sebagai keindahan.

Di pusaran kesadarannya yang lain, ia mendengar dirinya bertutur tentang kesedihan, tentang kehilangan dan perjuangan hidup yang harus dilaluinya sendirian. Ada kegelisahan batin yang terselip amat dalam, di bagian itu, ia tak sanggup lagi bercerita, kisahnya terpotong, suaranya seperti terhenti.

Tiba-tiba jiwanya merindukan kepulangan perempuan itu, ia sedih, tak menemukan tempat kembali selain mata yang teduh itu. Ia ingin melanjutkan kisah itu, ia ingin menumpahkan seluruh rahasia kepedihan maupun kebahagiaannya.

"Jangan menceritakan kesulitan batinmu kecuali kepada Tuhan dan orang yang benar-benar bersedia hidup bersamamu"

Sebuah suara bergema di telinganya. Lelaki itu membuka mata, seketika ia seperti tak percaya pada apa yang ada dihadapannya.

Di kursi yang biasanya ia tempati, perempuan itu duduk seperti biasa, tatapannya tetap teduh seperti menembus seluruh pikirannya.

Sejenak ia tertegun, perempuan itu terlihat biasa saja di hadapannya, ia ingin menghadirkan kembali ingatan awalnya tentang perempuan itu, tentang perasaannya, tentang pengertiannya, namun, ia tak menemukan apapun.

Ia menatap perempuan itu dengan segenap energinya, di mata itu ia melihat segala hal yang ia titipkan pada Tuhan. Ia menyaksikan seluruh kisah hidupnya terpancar dari kedua pupilnya yang tajam.

Ia melihat seluruh dirinya hadir di sana, di kedalaman jiwa perempuan yang begitu setia mendengar cerita-ceritanya. Ia tersentuh, ruang batinnya seperti tak sanggup lagi membedakan siapakah yang kini ada di hadapannya, dirinya ataukah perempuan yang  sedang dicarinya.

"Apa yang hendak kau kisahkan hari ini?"

Suara perempuan itu lebih lembut dari sebelumnya. Lelaki itu tersadar, ia tak memiliki kisah apapun hari ini, semua cerita yang telah ia siapkan berhari-hari telah lenyap entah ke mana. Ia menunduk tak sanggup menyaksikan dirinya terpantul di mata perempuan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun